Sesuatu yang Telah Terjadi

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Suasana di VynCastle masih suram, seperti biasanya sejak delapan tahun terakhir. Sepi? Sudah biasa.

Dan Raja yang memimpin pun hanya menghela nafasnya ketika melihat keadaan di sekitar kerajaan dari atas balkon tingkat tiga.

Dia kembali masuk dan memandang satu lukisan yang cukup besar bergambar anak perempuan memegang apel.

Raja Niguel mendekat, tangannya terulur mengusap sisi lukisan itu, air matanya keluar. Dirinya sungguh kehilangan seorang anak selama delapan tahun terakhir.

Kreiitt!

Pintu terbuka, menampilkan wanita cantik bak bidadari. Mata Raja Niguel tertuju padanya. Dia Ratu Bella, pendamping hidup Raja Niguel.

"Ada apa Rajaku? Kau menangis?" Tanya Ratu Bella Perhatian, tangan kecilnya mengusap pipi sang Suami.

"Aku hanya merindukan malaikat kecil kita," balasnya dengan suara yang sangat terdengar menyedihkan. "Tenanglah, serahkan pada Arabigail ...." Ratu Bella memeluk Raja-Nya supaya tenang.

"Semua salahku, karena tak menjaganya dengan baik," isak Raja Niguel, Ratu Bella mengusap lembut punggung Suaminya.

"Ini bukan salahmu, tetapi salah dia." Rahang Ratu Bella mengeras, ia tak ingin menyebut nama yang telah menculik anaknya.

Raja Niguel tak membalas, dia mendekap tubuh istrinya kuat dengan perasaan kehilangan yang mendalam. Hatinya yang terasa kosong itu, temaram merasakan hangat dari kekasihnya.

____________________________

"Jadi ... kita akan pergi Wann Island?" tanya Estefania ketika Arabigail mengajaknya pergi ke tempat tujuannya.

"Tapi untuk apa?" lanjut Estefania. "Ya kita akan ke pulau itu untuk mendapat ke empat batu elemen," balas Arabigail membuat semua yang mendengar mengangguk paham.

"Ada yang ingin ditanyakan lagi? Dan apa kau paham Estefania?"

"Tentu ... mmm apa akan naik kuda itu?"

"Tidak. Leo hanya akan membawa barang-barang, okay kita berangkat."

.

.

.

"Mereka terlalu naif," ucap Evelyn Tynan, seorang penyihir golongan hitam  kala melihat Arabigail, Davy, Estefania, dari bola kristal yang menunjukan keadaan mereka.

Tangannya terulur mengusap bola itu, dengan kuku runcingnya itu ia membuat pola acak di atas bola kristal itu. "Kalian tahu? Aku sangat membenci kalian," tekan Evelyn. Sihir gelap keluar dari sulur nadinya, menyelimuti bola kristal yang perlahan warnanya menggelap.

"Kujamin ramalan itu hanya bualan dan kalau perlu sebaliknya." Evelyn tertawa, ia tak sabar akan marahabaya yang akan menghampiri ketiga orang itu.

____________________________

Anak kecil itu terus-menerus menatap ke arah luar dari dalam kereta kudanya, ia sungguh tak sabar ketika ibunya bilang jika dirinya akan bertemu dengan Putri Raja.

Akmanya terus menerus menatap ke segala arah, banyak hal yang ia lihat, tanah, pohon, juga langit dan air yang terlihat menyegarkan. 'Aku akan menyukai tempat ini!' Ucap batinnya.

Sesekali ia bersenandung membuat kedua orang tuanya tersenyum hangat, ibunya berada di dalam dan ayahnya sedang mengemudikan kereta kuda mereka.

Kereta kuda itu mulai memasuki wilayah pedesaan, dan terlihat ayahnya sedang turun dari tempatnya.

"Mom apa ini tempatnya?" Tanyanya tanpa melihat ibunya, karena pandangannya berfokus pada pemandangan yang ada di depannya.

"Tentu, kita akan berjalan untuk sampai sana. Kau siap? Little girl?" jawabnya sekaligus bertanya pada gadis kecilnya.

"Iyak mom! Ara siap hehe,"

Di sana Ara terdiam, ia berdecak kagum sambil berputar-putar. Sambil mengagumi banyaknya hal indah yang tak pernah dilihatnya.

Di sana Ara lagi-lagi mengagumi tempat yang sedang dirinya lihat. Banyak sekali orang yang lalu lalang, membuat suasana menjadi ramai dan terlihat sejahtera tanpa ada konflik yang berarti.

Mereka bertiga mulai masuk ke dalam wilayah kerajaan, dan terlihat kastil yang sangat besar terpampang di depan mata Ara dan kedua orang tuanya.

Tapi Ara sendiri langsung berlari ke halaman depan dan memutari tempat itu.

"Wah besar sekali," kagumnya pada kastil di depannya, seraya berputar-putar sampai dirinya kehilangan keseimbangan dan terjatuh.

"Ouch," rintihnya seraya mengusap bagian belakangnya, saat sibuk membersihkan diri terlihat ada tangan yang disodorkan padanya, sontak Ara mendongan dan menatap siapa yang menyodorkan tangan itu.

Terlihat dari matanya, seorang gadis cilik sama sepertinya dengan mata hijau dan rambut ikal namun tak terlalu berwarna emas terang. Tanpa sadar tangan Ara meraih tangan gadis satunya.

"Kau tak apa?" Tanya gadis yang menolong Ara.

"Aku tak apa, kau siapa? Terlihat cantik sekali." Antusiasnya seraya memutar tubuh gadis itu sampai kelimpungan.

"Diam!" titahnya ketika Ara memutar tubuhnya. "Hehe maafkan aku," ujarnya tanpa tahu malu, namun tetap memberikan cengiran khas Seorang Arabigail.

"Oh ya, kenalkan aku Renzy Elmeira, Putri Mahkota dari Vyn Castle." Ucapnya memperkenalkan dirinya sendiri dengan sedikit membungkuk dan mengangkat rok gaunnya.

"A-apa? Kau pasti bercanda," balas Ara tak terima, ia heran. Benarkah orang yang di depannya seorang Putri raja? Sungguh ia terlihat seperti orang idiot.

"PUTRI ELMEIRA, KEMBALI JANGAN KAU KABUR!" panggil salah satu pembantu dari 3 pembantu yang terlihat keluar dari dalam istana dengan berlari mengejar Elmeira.

"Oh tidak aku harus pergi!" geram Elmeira saat melihat para pembantu itu, lalu berlari pergi, seraya mengangkat gaunnya dengan sangat tinggi.

Sedangkan Ara? Dia hanya menatap bingung ke arah, Elmeira dan para pembantu yang mengejarnya.

Lalu ia kembali berjalan dan ... 'Astaga di mana aku?!' Dirinya tersadar, matanya langsung mencari Ibu dan Ayahnya.

____________________________

Arabigail terbangun dari tidurnya, matanya terbuka dengan lebar, nafas tak beraturan juga keringat dingin sebesar biji jagung terus keluar.

'Apa itu tadi?' Tanyanya pada batinnya sendiri. Ingatan yang ingin sekali dia kubur kembali meluap kepermukaan.

'Jangan membuatku bimbang dengan keputusanku. Kumohon,' mohonnya entah kepada siapa.

Langit masih berwarna gelap, ah ... dia ingat bahwa sekarang dirinya juga Estefania dan Davy berada di perbatasan kerajaan VynCastle dan WynCastle.

Dia meremas rambut abu-abunya perlahan, dirinya menangis dan terisak dalam diam. Sungguh tersiksa rasanya, tapi dia harus kuat.

'Setidaknya beri aku alasan untuk takdir yang ada ini, aku hidup dalam belenggu. Terlalu menyakitkan untukku.' ucap Arabigail membatin. Perlahan ia lepaskan tangannya dari surainya, lalu membuang nafas dengan perlahan.

'Secepatnya aku akan menyelesaikan ini. Aku akan menemuimu Putri Elmeira!' tekadnya bulat dalam dada.

____________________________

Dulu semuanya tidak begini, dulu semuanya indah tidak seperti ini. Apa ini balasan dari seseorang yang menciptakan pulau ini? Bahkan dunia ini?

Mungkinkah dunia ini sudah menjadi tempat yang kotor? Gelap? Dan tak akan ada lagi kebahagiaan di dalamnya? Semuanya akan menyerah pada masa itu.

Masa kelam, yang membuat semua orang merasa hidupnya terlalu berat dan solusi untuk menyelesaikan masalah itu adalah dengan mengakhiri hidup mereka masing-masing.

Lalu di kala mayat sudah tak dapat terkubur ada empat orang yang mewakili kebajikan serta satu orang yang akan memurnikan dunia ini. Mereka akan mensucikan Flitcher Island lalu menyejahterakan, seperti mereset waktu dan memgembalikannya kembali untuk masuk dalam masa pemulihan.

Maka dari itu mereka diktadirkan menyelamatkan seorang putri yang memiliki kemampuan hebat untuk mencapainya dari tangan seorang putra iblis.

"Sayangnya juga ini adalah potongan terakhir dari buku nenek," Nenek tersenyum memandang cucunya, memikirkan skenario lain yang mungkin saja terjadi jika semua ini tidak ada. Tetapi, ia kembali terkekeh karena di sana, cucunya terlihat kesal

"Ah! Nenek aku penasaran ...."

____________________________

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro