Terpilih

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Suara kaki kuda terus terdengar di telinga gadis cilik berambut abu-abu itu, dirinya sedang tidur dalam pelukan sang bunda.

"Bangun Ara," bisik ibunya tepat di daun telinga sang anak, di lanjutkan dengan memberikan beberapa kecupan dan usapan pada gadis ciliknya itu.

Merasa ada sesuatu yang terus mengganggunya, gadis bersurai abu-abu itu membuka matanya lalu melihat ibunya menatap dengan hangat dan melemparkan senyuman kepadanya.

"Morning my girl, bagaimana tidurmu sayang? Apa nyenyak?" tanya bundanya seraya membantunya membenarkan posisinya dalam kereta kuda tersebut.

"Pagi juga mom, tidak terlalu nyenyak, badanku terlalu sakit karena kudanya berjalan dengan cepat," keluhnya seraya menatap ibunya dengan tatapan tanpa minat.

"Uh~ gadis kecilku yang imut, sini peluk sama mommy lagi." Ibu gadis kecil itu langsung mendekap sang anak dengan hangat, menyalurkan rasa kasih dan sayangnya.

"Memangnya kita akan kemana, sih mom?" Tanya gadis itu dengan kening yang berkerut.

"Kita akan pulang, ke tempat kelahiranmu," jawab ibunya cepat sambil mengusap pucuk kepala sang anak.

"Mmm pulang? Memang rumah kita bukan di greenwoods?"

"Bukan sayang, itu hanya tempat sementara kita. Tempat kita seharusnya di sana," jawab ibunya lalu menunjuk ke arah luar celah dari balik pintu yang menunjukan istana megah di atas bukit dan di kelilingi banyak rumah, gadis kecil itu pikir mungkin itu pedesaan.

"Kita akan tinggal di dalam kastil itu?"

"Tentu, kau akan bertemu temanmu."

"Temanku? Siapa mom cepat ceritakan! " tuntut gadis itu penasaran dengan mimik muka bertanya-tanya.

"Dia putri di kerajaan itu, dan kamu akan menjadi pengawal pribadinya," kalimat itu terucap dengan nada yang sedikit tegas, membuat gadis cilik itu merasa mempunyai sesuatu yang mengemban pada dirinya, tapi ia tak tahu apa itu.

"Kenapa? Aku, pengawal?"

"Ya itu kamu, kamu harus menjaganya, setia padanya, jangan sampai dia terluka baik luar maupun dalam. Kau adalah penjaga, sama seperti nenekmu, ini adalah tugasmu dan tanggung jawabmu. Kau harus berjanji pada ibu untuk menuruti segala sesuatu apa yang diperintahkan olehnya, ibu, ayah, raja juga ratu, selebihnya tidak okey?"

"Ah okey mommy! Arabigail pasti akan selalu menuruti apa yang mommy perintahkan."

.
.
.

Tahun berlalu begitu cepat, meninggalkan penampilan lucu dari gadis yang sebelumnya sangat manja menjadi gadis mandiri. Gadis yang sekarang sudah berumur sembilan belas tahun itu sedang menghadapi pelatihan berat.

Pelatihan untuk menjadikan dirinya sebagai seorang pengawal.

Seperti apa yang telah dikatakan oleh orang tuanya.

"Bangun Ara! Kau harus menjadi lebih kuat jika ingin melindungi tuan putri." Suara itu menggema keseluruh ruangan, membakar panas hati yang mendengarnya.

Arabigail tak tahan lagi, pelatihan yang cukup keras ini bisa saja membunuhnya sekarang. Atau mungkin lain kali.

Napas memburu kuat, ia tak dapat menahan ketika cambuk itu mendarat di punggungnya saat dirinya tak dapat menahan fokus pada serangan demi serangan yang di lontarkan oleh monster itu.

Demi sang putri ya? Kau memang sudah terpilih Arabigail.

Kemudian ia menatap dingin, setelah napasnya berembus lambat Arabigail mengangkat pedangnya dengan gagah. Memperhatikan monster besar berkepala dua itu dengan tajam.

Si monster nampak tak sabar, ia langsung menyerang Arabigail dengan melemparkan cairan-cairan beracun yang jika dikenai maka kulit serta dagingnya akan langsung membusuk. Si gadis bermata abu-abu itu terus berlari, melewati segala rintangan dan medan yang diciptakan untuk menghalaunya dalam mengalahkan sang monster.

"KaAmu tiDakk boOlleh LarIi!!" teriak monster itu menirukan suara yang pernah di dengarnya, Arabigail yang mengerti bahwa si monster mulai kesal mulai mengumpulkan energi sihir di kakinya.

Lalu menginjak tembok yang menjadi pembatas wilayah bertarungnya. Dengan sekali hentak, Arabigail melesat begitu cepat, menembus udara dengan ringan, dan melayangkan tebasan pedangnya pada kedua leher monster hitam itu.

"Mati kau, monster sialan!" decihnya seraya kembali menebas sisa tubuh monster itu hingga terbelah menjadi dua. Membiarkan darah berwarna hitam itu bercecer kemana-mana, bahkan hingga mengotori tubuhnya.

"Kau memang yang terpilih." Si pelatih mengangguk mantap dari sana, memandang Arabigail dengan tatapan yang sulit dibaca.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro