Arabigail

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Saya Arabigail. Berjanji, Akan menjalankan tugas sebaik mungkin dan mengutamakan keselamatan nyawa Putri di atas nyawa saya sendiri---sebagai pengabdi sekaligus pengawal untuk Tuan Putri Renzy Elmeira." Kalimat yang diucapkan secara jelas dan tegas itu terdengar sampai ke seluruh ruangan aula istana.

Arabigail, gadis yang dirahasiakan marganya karena di sebabkan suatu alasan. Sedang berikrar janji di depan seluruh pejabat tinggi istana dan di hadapan Raja juga Ratu dari kerajaan Vynlx Castle.

Lalu diturunkan sebuah pedang ke atas pundak Arabigail oleh Raja Renzy Niguel. "Saya, sebagai Raja dan seorang Ayah. Menerima anda sebagai pengawal juga pengabdi setia untuk anak saya."

Saat kalimat terucap dan terdengar ke seluruh ruangan semuanya tersenyum, dan Arabigail sendiri menunduk lalu mendongak. Dan meraih pedang yang disodorkan padanya.

"Terima kasih yang Mulia." Arabigail menunduk, lalu pergi meninggalkan ruangan dan semua orang yang menatapnya penuh harap.

____________________________

Arabigail berjalan ke arah kandang kuda, sesampainya di sana ada kuda yang terlihat sangat menunggu kehadiran gadis berambut abu-abu itu.

"Hai Leo, kau menungguku hm?" tanya Arabigail pada kuda berwarna coklat tersebut, dan hanya dijawab dengan suara kikikan khas kuda.

"Apa kau siap? Kita akan pergi jauh, untuk menyelamatkan Tuan Putri dari kerajaan ini," ujarnya dengan sedikit rasa takut dan kurangnya kepercayaan terhadap diri sendiri.

Apa dirinya bisa? Mengapa ia yang dipilih?

Arabigail terus menanyakan itu pada dirinya sendiri, namun tak pernah terjawabkan. Yang ada hanya adalah abu-abu, samar, dan tidak jelas.

Arabigail menatap lekat mata Leo---kudanya, lalu mengangguk mantap dan mulai mengendarai kuda tersebut.

Dengan cukup gesit kuda itu mulai keluar dari wilayah kerajaan dan berada di wilayah pedesaan, terlihat semua orang mendukungnya untuk pergi, juga banyak yang berharap dia bisa membawa Putri kembali ke kerajaannya.

Matanya terus waspada, kuda bernama Leo itu terus berlari cepat. Melewati hutan dan membelah sepi dari rindangnya pohon-pohon yang saling berdampingan.

Suara ranting berjatuhan, membuat Arabigail menoleh lalu memberhentikan Leo.

Dia mulai turun, dan berbisik pada Leo agar diam di tempatnya. Langkah kecilnya tercipta, si gadis mulai mencari asal suara itu, dengan mengandalkan pendengarannya yang cukup tajam.

Lalu dirinya menemukan tali, tanpa berpikir panjang Arabigail mengikuti tali itu, hingga Arabigail lihat tali itu terikat di ranting pohon bagian atas.

Ia mendekat ke arah pohon yang cukup besar di bandingkan pohon yang lainnya. Dan terlihat seorang laki-laki tergantung dengan posisi terbalik.

Sebelum membantu pria itu Arabigail berpikir, "Hey kau! Cepat bantu aku!" teriak pria di atas itu, membuat Arabigail sedikit tersentak.

"Apa aku bisa menjamin keselamatanku jika diriku menyelamatkanmu?" Tanyanya, membuat pria itu kesal dan rambutnya berubah sedikit-demi sedikit yang tadinya berwarna hitam menjadi merah terang.

"Lakukan saja! Tak usah banyak omong," sahut pria itu geram, sedangkan Arabigail? Dirinya dengan santai melemparkan pisau ke arah tali tepat di atas kaki pria yang diikatkan tersebut.

Gubrak!

Lelaki itu sangat kesal saat melihat gadis berambut abu-abu hanya diam memandangnya tanpa membantunya berdiri.

"Apa kau idiot?!" Bentaknya dengan tangan yang perlahan mengeluarkan api, dan sorot mata juga mulai memerah.

"Tidak aku masih waras," jawab Arabigail santai. "Tenanglah, aku sudah membantunu. Kau harus membalas jasaku bukan?"

Mendengar kalimat itu terucap, laki-laki yang di ketahui dari rasnya adalah 'Ignery' atau pengendali elemen api itu langsung membuang napasnya secara kasar dan mulai menenangkan dirinya.

Perlahan api yang menjalar di telapak tangannya memudar serta rambut merah itu perlahan menjadi warna hitamnya kembali.

"Jadi? Kau mau apa? Cepat beri tahu! Aku tidak mau kau memperalatku."

"Kau hanya perlu menemaniku pergi," balas Arabigail memandangi pria itu, ia pikir cukup berguna juga jika dirinya membawa bala bantuan dan mencari rekan sekarang.

"Kemana?" tanya sang Pria setelah mendecih, sesungguhnya jika bukan karena ia memiliki hutang budi. Dirinya tak akan sudi membantu orang dengan cuma-cuma.

Peraturan dari klan Ignery-lah yang patut disalahkan, pasalnya mereka adalah kaum api yang sangat loyal serta setia dan akan membalas hutang budi dari siapapun itu.

"Wann Island."

Mendengar nama pulau tersebut membuat laki-laki itu terkejut, "Tak usah banyak berpikir Davy," tutur Arabgail, kepalanya pusing sesaat ketika mendapati lelaki di depannya itu kembali berpikir lagi.

"Hah? Kau mengetahui namaku?" Lagi-lagi Davy terlihat seperti orang idiot di hadapan seorang Arabigail.

"Ya. Kau Davy Ignery, anak ke 2 dari keluarga petani yang termasuk ras pengendali api atau ras Ignery." Jawab Arabigail, membuat Davy tercengang.

'Apa barusan dia membaca pikiranku atau apa? Mungkinkah dia cenayang? Atau penyihir?!' Pikir Davy dalam kepalanya.

"Kubilang tak usah banyak berpikir, ikuti saja janji Ignery-mu, yakni membantu setiap orang yang membantumu."

____________________________

Di tempat lain, seorang putri dengan kaki dan tangan yang terikat oleh rantai terkapar lemah, ia berada di dalam sebuah ruangan gelap yang penuh dengan debu.

Perlahan suara isakkan mulai lagi terdengar dari dalam sana. Dia gadis tak bersalah namun harus menerima hukuman dari kesalahan yang tak pernah ia perbuat.

Jadi? Dia hanyalah pelampiasan amarah, dendam dari seseorang yang tak memiliki hati nurani.

"Tolong aku ... siapapun," lirihnya dengan suara yang begitu berat untuk diucapkan.

Kepalanya mendongak ke atas, matanya tertuju pada cahaya yang menembus, di balik celah tembok berlubang. "Apa aku bisa bebas dari penjara ini?"

"Tentu saja bisa Tuan Putri yang terhormat."

Suara itu mulai kembali menyapa indra pendengarannya. Suara yang menjadi traumanya, ketakutannya, mimpi buruknya ....

Dia kembali.

"Bebaskan aku dari sini. Tolong," lanjutnya dengan ragu, walau begitu ia harus menghadapi ketakutannya ini. Bagaimana pun itu, Elmeira merasa buntu lagi karena hanya ada sepi yang menjawab.

Hingga rasa dingin itu menyentuh lehernya.

"Apa semudah itu kau memohon Tuan Putri? KAU HARUS MATI, SELURUH KELUARGAMU HARUS MATI! ... aku membencinya, juga membenci orang terdekatnya termasuk dirimu." Sihir gelap dari celah pintu besi itu mulai kembali masuk, menghampiri Elmeira yang mulai terisak dan seluruh tubuhnya bergetar.

Bayangan-bayangan hitam itu menimbulkan reaksi yang beragam. Seperti rasa dingin teramat, hawa panas melepuh, bahkam hingga sengatan listrik kejut. Jika saja Elmeira bisa berteriak ia akan berteriak sekerasnya, hanya saja hal itu tak dapat ia lakukan.

Mulutnya dibekap, tangannya dikekang.

Hatinya tak dapat melahap, hanya sunyi yang terus datang.

____________________________

Hari mulai gelap, sekarang Arabigail sedang singgah di bawah pohon pinus juga sinar rembulan dan di temani Davy, api, dan Leo---kudanya.

"Kenapa kau ingin ke sana?" Tanya Davy penasaran, karena sedari tadi ia bertemu hanya mendapat jawaban kosong atau bisa dibilang ... Arabigail tak menjawabnya.

"Kenapa kau selalu penasaran?" Bukannya menjawab, Arabigail malah bertanya balik kepada Davy. Seorang laki-laki yang baru di temuinya tadi siang di hutan.

"Aku? Sudahlah lupakan--"

'Keterlaluan sekali dia.' Davy mendecih, lagi pula ia hanya bertanya. Kenapa malah dapat jawaban yang begitu membakar hatinya.

"Kau. Jangan mengumpat," balas Arabigail mendengar suara dari pikiran Davy, "Lagi-lagi kau mendengar suaraku."

Arabigail dan Davy kembali termenung, hanya ada suara angin yang menyentuh rindangnya pohon terdengar, hangat hasil api yang menyala itu membuat perasaan hangat dalam hati Arabigail.

Tetapi ... rasa itu muncul lagi, tuntutan dari orang tua. Semuanya seolah kembali kepermukaan, menampakkan wujudnya, menakuri dirinya. Napasnya tercekat, lidahnya kelu, dan wajahnya menunjukkan kepanikan yang luar biasa.

Sedetik kemudian napas berat berembus.

Gadis berambut abu iu menatap ke arah bulan yang terlihat cukup besar, menelisik ke segala arah sambil berpikir bahwa dirinya pasti akan menemukan mengapa ia yang di pilih.

'Aku akan menyelamatkanmu Putri Renzy, ta-tapi apa aku bisa?' tanya ragu dalam hati kecilnya.

Di dalam benaknya yang selalu ragu itu Arabigail selalu dapat menanganinya. Akan tetapi kala ini raut wajahnya dapat dibaca dengan jelas oleh Davy.

Tanpa berpikir Davy langsung pergi dari sana dan meninggalkan Arabigail yang tak sadar. Si gadis hanya melihat pada percikan api yang berterbangan dengan pikiran melayang entah ke mana.

Di dalam hatinya begitu abu, sama seperti rambutnya. Dirinya merasa tidak berguna.

"Ayo kita bakar ikan ini!" Arabigail terkejut, ia mendapati Davy yang datang dengan dua ikan di masing-masing tangannya. Mulutnya ingin bertanya akan tetapi serasa kelu, Davy yang paham langsung memberikan ikan yang telah ditusuk itu pada Arabigail.

Mereka pun membakarnya, lalu menikmatinya. Mengindahkan suasana malam hari di dalam hutan nan rimbun, serta di bawah langit yang berwarna biru laut dalam.

Tak menyadari jika ada seseorang lain yang memperhatikannya. Di balik kesunyian malam, kakinya melangkah ke sana ke mari.

Sihirnya terpendar, tak memperlihatkan wujudnya. Memandang dua orang yang terlihat bencengkrama dingin itu dengan bengis, seperti berharap bahwa secepatnya mereka akan mati.

'Senyap.'

***

1350

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro