10. Sosok Di Hutan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kemunculan Subaru jelas memicu angin segar di kelompok mereka. Aqua yang awalnya pasif menjadi cukup aktif kali ini.

Ollie pun tambah hiperaktif sekarang, pekerjaan membajak tanah dan pencarian benih tanaman dapat diselesaikan dalam waktu yang relatif singkat.

Tetapi tetap saja, pekerjaan Baha sedikitpun tidak berkurang, malah semakin banyak.

Semua pekerjaan berat, dia yang menangani, membuat peralatan, membangun perabotan, memasang pertahanan, dan perangkap.

Selagi para gadis mengolah pertanian tugas Baha adalah membuat senjata seperti tombak, katapel, dan panah.

Syukurlah Subaru sedikit memahami bidang pertanian, jadi Baha tidak perlu repot-repot menjelaskan cara dan prosedurnya.

"Aqua, tolong jangan membenamkan bibit itu terlalu dalam, nanti tunasnya tidak tumbuh maksimal, mengingat sayuran itu berumur pendek," kata Subaru mengingatkan Aqua.

"Baik!"

"Itu terlalu dangkal, benih itu bisa diambil serangga seperti semut, atau bisa terbawa air saat menyiram nanti."

"Hueee."

Subaru mengoreksi setiap kesalahan yang Aqua lakukan, sementara Ollie diam-diam mengamatinya dari jauh.

"Ollie, kau cukup pandai berkebun yah."

"Hehehe, ini berkat ajaran Subaru-senpai." Ollie bertolak pinggang mengekspresikan dominasinya kepada Aqua, jelas-jelas mereka berdua berlomba-lomba mendapatkan perhatian Subaru.

Aqua tidak memedulikannya, justru semakin giat menyerap semua ilmu yang Subaru berikan.

Baha yang memperhatikan dari jauh merasa kehadiran Subaru menciptakan tren positif di kelompok mereka, setindaknya ketegangan dan kepanikan dapat berkurang.

Hari begitu cepat berlalu, kini malam tiba.

Berkat keberaan Subaru, jadwal tidur dapat diatur sedemikian rupa. Kali ini Baha mendapatkan jadwal tidur yang cukup, dia sekarang tidak perlu berjaga semalam suntuk.

Baha tidur lebih awal karena energi fisiknya terkuras habis, rebahan sebentar saja sudah membuatnya terlelap.

Awal malam, Aqua, Subaru, dan Ollie berjaga bersama-sama.

Begitulah seharusnya, namun kenyataannya mereka malah melakukan permainan untuk mengusir rasa bosan dan menghabiskan waktu.

Mereka banyak memainkan permainan yang unsur utamanya memakai tangan atau jari, mereka tidak hanya bermain satu jenis permainan, namun banyak sekaligus.

Dari yang menguji refleks, kecepatan, kekuatan, bahkan mereka juga sempat adu panco.

Sampai pada akhirnya mereka tertidur pulas, di depan mulut gua ditemani api unggun yang menyala tipis.

* * * * * *

"Sudah kuduga bakal seperti ini."

Baha memergoki ketiga gadis itu tengah tertidur pulas tanpa membangunkannya untuk bergantian jaga terlebih dahulu.

Dia berjalan keluar dari gua dan masuk ke pepohonan untuk membuang air seninya, waktu santainya mengeluatkan kencing terganggu dengan suara gemerisik dari dalam hutan.

Baha cepat-cepat memasukkan kejantanannya ke dalam sangkar, dan bersembunyi sembari menunggu siapa dalang yang membuat suara tadi.

"I-Itu!"

Kemungkinan terburuk telah terjadi, dari dalam hutan, terlihat mata yang memancarkan warna merah.

"Goblin, tidak hanya satu, namun du ... Empat!"

Dia memainkan simulasi di otaknya, apakah dia sendiri bisa mengalahkan keempat goblin tersebut.

Dia membayangkan dirinya bertarung dengan keempat goblin, memproyeksikan dan menebak-nebak apakah ada kemungkinan dia menang.

Sepertinya tidak, walaupun ada itu sangat tipis, dengan keterbatasan kemampuan bertarungnya dan tidak ada pengalaman, itu terlihat mustahil.

Baha memutuskan kembali ke lokasi gua, dengan kecepatan lari yang lumayan, dia berhasil masuk dan memblokade rapat-rapat pintu masuk ke dalam gua, dimana mereka tinggal.

"Kuharap mereka pergi pagi harinya."

Malam itu, adalah malam paling menegangkan bagi Baha.

Dia bertahan di dalam gua, mengurung dirinya agar para goblin tidak bisa mencelakakannya.

* * * *

Entah mengapa dia bisa melewati malam yang terasa sangat panjang tersebut.

Mereka beraktivitas seperti biasa, Baha tidak membicarakan apa yang dia lalui malam tadi, namun dia memberitahu semuanya bahwa mereka harus lebih berhati-hati saat malam hari, dan kalau mau pergi kemana-mana harus bersama rekan.

Baha sekarang fokus membuat pertahanan, ia membuat barikade dari kayu dan bambu yang telah diruncingkan untuk bertahan dari serangan.

Dia ingin sekali membuat parit, namun tenaga kerja yang ada belum mencukupi. Kalau dia bekerja sendiri, efektivitas terhadap hal lain akan menurun.

Para gadis memang biasanya bangun lebih siang, jadi Baha lebih leluasa dan memiliki banyak waktu sendirian.

Dia mandi di sungai lebih dulu dari yang lain.

"Haah, habis melakukan pekerjaan, berendam di sungai memang pilihan terbaik."

Seharusnya, ini adalah waktunya bersantai. Tetapi dia merasakan ada sesuatu yang lewat di sebelah hilir sungai.

Merasa penasaran, dia mencoba untuk mendekatinya secara perlahan. Betapa terkejutnya dia atas apa yang barusan dia temukan.

"Itu manusia!"

Baha mencoba menyembunyikan dirinya dibalik semak-semak, mengikuti sosok tersebut yang masuk ke dalam hutan.

* * *

Konkawan, sorry slow update, tetapi santai, selagi menunggu series ini yang update-nya tidak menentu dan nggak jelas, silakan mampir ke cerita ane yang lain.

Paraleum World : Patriot

Arigathaks Gozaimuch

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro