4

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Di tengah sore hari yang tenang itu, Tenzou duduk di bingkai jendela kamarnya, tangan meraih salah satu cabang dari pohon di dekatnya. Sentuhan ringannya itu menyebabkan bunga-bunga sakura mulai bermunculan di pohon tua itu, kering akibat musim dingin.

Tenzou tetap diam ketika ia mendengar suara kicauan burung yang melintas di atas apartemennya, mata lebar fokus menatap titik-titik merah muda bermunculan di batang pohon. Ia memfokuskan semua perhatiannya kepada salah satu benih bunga di sana, perlahan-lahan membuka semua kelopaknya.

Ketika tidak ada pergerakan yang siginifikan lagi, Tenzou berpindah tempat, jari jemarinya mencari batang kosong yang belum ditumbuhi bunga. Kedua mata sayunya kembali memperhatikan satu-persatu benih-benih bunga yang bermunculan. Meskipun matanya terpaku pada pohon di depannya, pikiran Tenzou berjalan kemana-mana.

Dua tahun sudah berlalu sejak Kakashi keluar dari ANBU. Dua tahun sejak mereka terakhir berbincang. Dua tahun sejak Tenzou terakhir melihat wajah senpainya dari dekat. Dua tahun sejak Tenzou mengambil alih Tim Ro, menggantikan posisi Kakashi sebagai kapten.

Aneh, Tenzou selalu berpikir, tapi bodoh. Dua tahun lalu, ia merasa bodoh meragukan dirinya sendiri untuk memimpin Tim Ro. Dua tahun lalu, ia merasa bodoh Kakashi harus berceramah pribadi kepadanya bagi Tenzou untuk sadar. Dua tahun lalu, ia merasa bodoh mengira ia tidak begitu memikirkan mengenai kepergian Kakashi dari ANBU lebih lagi.

Sekarang, ia merasa bodoh merindukan Kakashi.

Jangan berinteraksi dengan warga dan shinobi biasa. Itu salah satu peraturan ketat dari ANBU.

Tenzou awalnya tidak begitu memusingkan peraturan tersebut. Ia telah beroperasi di ROOT selama kurang lebih 13 tahun, terisolasi dari semua dunia luar. Berpindah ke ANBU dengan peraturan yang serupa bukanlah sesuatu yang ia pusingkan. Berpindah dari satu topeng ke topeng lainnya juga bukan suatu masalah. Lagi pula, ia tidak punya siapa-siapa di luar di sana.

Ketika Kakashi berpindah karir menjadi seorang shinobi biasa, meninggalkan topeng Hound, barulah Tenzou sadar betapa salahnya ia dulu.

Dan, jujur, Tenzou tidak tahu harus berbuat apa sekarang.

Untuk pertama kalinya, Tenzou ingin melanggar peraturan tersebut, meninggalkan noda permanen di rekor ANBUnya. Peraturan itu tidak masuk akal baginya sekarang. Ia mengerti kenapa banyak agen ANBU yang tidak menyukai peraturan itu.

"Shinobi lain pasti sudah tahu siapa kita sebenarnya. Setidaknya mengenal topeng dan rambut kita," Yugao berkata kepadanya beberapa bulan yang lalu. "Tidak adil rasanya jika kebebasan kita yang terakhir ini dirampas ANBU juga."

Dan Tenzou setuju.

Tapi apa yang bisa ia lakukan? Ia bukan seseorang yang tahu akan arti 'kebebasan' yang Yugao maksud. Tidak dengan sejarah Tenzou menjadi kelinci percobaan Orochimaru dan agen personal Danzo.

Jadi Tenzou hanya bisa duduk di jendela. Biasanya, tangannya akan meraih salah satu batang dari pohon-pohon di apartemennya yang bisa ia raih dan membiarkan berbagai jenis bunga bertumbuhan di sana.

Ketika Tenzou membiarkan chakranya mengalir bebas seperti ini, bukan ia yang menentukan bunga apa yang akan tumbuh. Ia suka melihatnya sebagai alam yang menentukan mana yang ia inginkan saat itu. Atau, terkadang, alam akan menyediakan bunga yang bertepatan dengan perasaan Tenzou saat itu. Akhir-akhir ini, Tenzou sedang 'merasa' sakura. Sudah beberapa hari sejak tangannya hanya menumbuhkan bunga sakura.

Awalnya Tenzou tidak terlalu berpikir lebih lanjut mengenai hal tersebut. Lagi pula, sekarang ini pergantian antara musim dingin dengan musim semi. Baginya, wajar saja jika bunga sakura yang tumbuh dari chakranya.

Seharusnya ia tahu, bunga sakura itu adalah sebuah pertanda dari alam baginya.

"Tenzou."

Mendengar suara familiar itu, Tenzou membeku. Tangannya perlahan-lahan ia tarik dari cabang pohon yang tengah ia pegang.

Ini normal, Tenzou mencoba meyakinkan dirinya sendiri ketika ia sadar jantungnya berdetak lebih cepat daripada biasanya. Fokus, batinnya lagi ketika ia memberanikan diri untuk menoleh ke sumber suara.

Di bawah jendela yang tengah ia duduki sekarang, Kakashi berdiri di bawah sana, kepala mengadah ke atas untuk menatap Tenzou, postur tubuhnya relaks seakan-akan ia tengah bertemu teman biasa, bukan seseorang yang ia belum pernah bertemu lagi setelah sekian tahun.

Tenzou tidak tahu harus berbuat apa.

Ia selalu menginginkan ini, untuk dapat bertemu dengan Kakashi kembali, untuk diberikan kesempatan untuk bercakap dengan Kakashi meskipun hanya untuk sebentar saja.

"Senpai," ucap Tenzou balik, dan ia bisa melihat Kakashi tersenyum.

Oh, pikir Tenzou. Dua tahun tidak bertemu dan ia merasa ia masih mengenali Kakashi seperti ia mengenal telapak tangannya sendiri. Ia masih tahu bagaimana mata Kakashi mengerut ketika ia tengah tersenyum di balik maskernya. Ia masih tahu cara berdiri Kakashi saat ia gugup meskipun terlihat seperti postur berdiri biasa bagi orang awam.

Tanpa basa-basi, Kakashi menunjuk ke arah belakang dengan jempolnya, mengajak Tenzou pergi. "Yuk."

Tanpa ragu-ragu, Tenzou turun dari jendelanya dan berlari mengikuti Kakashi.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro