1. Hamil

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"KAK HANIN!"

"Jangan lari Ara, nanti jatoh," ujar Hanin kala ia melihat sepupunya itu berlari dari rumahnya menuju ke arah rumah milik keluarga Hanin.

Ara menatap Hanin yang tengah menggendong Rios. Gadis itu mengangkat sebelah alisnya. "Apa manggil-manggil?" tanya Hanin.

"Kakak mau kemana?" tanya Ara.

"Jalan-jalan dong. Duit Kakak, kan banyak. Nggak kaya Abang kamu, pelit," ujar Hanin.

Ara mengangguk-anggukan kepalanya. "Ara ikut, ya?" pintanya.

"Dikira gue panti asuhan apa bawa anak kecil banyak-banyak," gumam Hanin.

Mobil hitam berhenti tepat di depannya. Sudut bibir Hanin perlahan terangkat, "Tuh, Bang Malik udah sampe," ujar Hanin pada Rios.

Ia melambaikan tangan Rios pada Malik yang baru saja keluar bersama Leo. Ara melompat girang, gadis kecil itu langsung merentangkan tangannya pada Malik. "Abang! Gendong Ara," pinta Ara.

Malik langsung menggendong gadis kecil itu. Ia berjalan ke arah Hanin kemudian mengusap pelan rambut panjang gadis itu. "Kenapa nggak nunggu di dalem aja?" tanya Malik lembut.

"Ara juga mau diusap-suap," ujar Ara.

Malik tertawa pelan. Tangannya terulur mengacak gemas puncak kepala gadis kecil itu. "Ih Ara! Nggak boleh tau! Nanti Hamil. Kata bang Malik kita itu masih kecil," sahut Leo.

Hanin melotot ke arah Malik meminta penjelasan. Mengapa Leo selalu saja membawa-bawa perihal Hamil?

"Iya? Tapi kak Hanin boleh, kok. Ara juga suka liat Bang Fatur usap-usap kepala kak Dena," jawab Ara.

"Mereka kan udah gede. Kata Bang Malik, kalau Kak Hanin hamil, apalagi sama Abang nggak papa." Leo berbicara lagi.

Malik meneguk ludahnya susah payah. Mengapa adiknya itu cerewet sekali? fikirnya.

Hanin memukul pundak Malik kesal. "Ngapain sih ngajarin anak kecil yang kaya gitu?! Kaya nggak ada kerjaan lain aja tau nggak?" kesal Hanin.

Cowok itu memilih membuka pintu mobil belakangnya. Kemudian, ia menurunkan Ara dari gendongannya. "Ara sama Leo masuk, ya?" kata Malik.

"Ayo, Leo!" ajak Ara.

Keduanya masuk. Kemudian, Malik menutupnya rapat-rapat. "Aku nggak suka ya kamu ajarin Leo yang nggak-nggak," kata Hanin.

Malik tercengir. Cowok itu mengusap pelan pipi kanan milik Hanin. "Jangan marah dong. Kan biar Leo jadi goodboy kaya aku," ujarnya.

"Goodboy apaan yang kaya gitu," kesal Hanin.

Malik langsung menarik Hanin untuk masuk ke dalam mobil. Setelah masuk, Malik ikut duduk di kursi kemudi. Ia melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. "Bang Malik! Kita mau kemana?" tanya Ara.

"Ke rumahnya Beby, Ara," jawab Leo.

"Nin, nggak berat gendong Rios?" tanya Malik.

Hanin menggeleng. "Nggak kok. Ringan gini."

"Bagus deh. Nanti mah kamu gendong aku, ya?" tanya Malik.

Hanin mendengus kesal. Mengapa Malik menjadi melantur begini, sih? kesalnya.

"Atau aku aja yang gendong kamu? Tapi kamu bisa geraknya emang?"

"Lik sumpah, ya. Gue bunuh lo sekarang juga," kesal Hanin.

***

"Daf, ini popok Beby kalau dipake si Ucup muat nggak?" tanya Rizki seraya membeberkan popok yang ia pegang.

Daffa berdecak. "Ya lo mikirlah sendiri," jawabnya.

"Cup, cobain." Rizki menyerahkannya pada Ucup.

Ucup mengambilnya. Ia membalik-balikannya memeriksa ukurannya. "Ah, ini mah cukupnya juga di si Fatur," jawab Ucup.

"Mau dicoba nggak, Tur?" tanya Ucup.

"Nggak denger, lagi makan," jawab Fatur seraya menyantap mie instan yang ia seduh di apartement milik Daffa ini.

Hanin datang bersama dengan Malik dan juga 3 bocah kecil. Gadis itu terlihat menuntun adiknya agar berjalan. Yang dituntun, terus menerus tertawa girang. "Ara? Ngapain kesini?" tanya Fatur sewot.

"Ara ikut Kak Hanin bukan ikut Abang," jawabnya.

Fatur berdecak kesal. "Ngapain sih bawa-bawa Ara segala?" kesalnya.

"Dia yang lari-larian nyamperin gue," jawab Hanin.

Gadis itu langsung menghampiri Beby yang tengah merangkak. Hanin mendudukan Rios di depan Beby. "Nah PDKT dah sepuas lo," katanya pada Rios.

Anak itu tertawa kesenangan. Ana tertawa melihatnya. Mengapa Hanin kekeuh sekali ingin menjodohkan Rios dan Beby?

"Leo, Ara, jagain adiknya, ya?" ujar Hanin.

Ara mengangguk senang. Begitupun dengan Leo, keduanya langsung duduk bersama Beby dan juga Rios.

"Daf, kemarin gue rasain susu SGM punya ponakan gue. Eh nggak ada rasanya, anjim," ujar Rizki tiba-tiba.

Daffa mengankat sebelah alisnya. "Yang Ana ada rasanya nggak?" tanya Rizki lagi.

Hanin dan Ana melotot. Kedua gadis itu langsung memukul pundak Rizki secara bersamaan. "Salah lagi gue," ringis Rizki.

"Lo nanyanya aneh-aneh. Insap, Ki. Bumi udah tua," ujar Ucup.

Hanin memilih duduk di samping Malik. "Nah denger tuh apa kata pak Ustadz Ucup," sahut Hanin.

"Iya-iya. Gue kan cuman pengen tau. Banyak tanya banyak ilmu," jawab Rizki.

"Ilmunya ilmu yang kaya gimana dulu nih?" tanya Malik.

Rizki menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Ya ... anu," jawabnya.

"Ambigu lo, pentol." Fatur beranjak dengan mangkok kosongnya.

Cowok itu langsung masuk ke arah dapur. "HUAAA!"

Seluruh remaja yang tengah berkumpul itu, sontak mengalihkan pandangannya pada Ara. Gadis kecil itu menangis dan berlari ke arah Hanin. "Ara kenapa?" tanya Hanin.

Leo datang menyusul. Cowok itu sama menangisnya, kemudian, ia naik ke atas pangkuan Malik dan memeluk Abangnya. "Kenapa lo?" tanya Malik pada Leo.

"Itu ... Ara takut, Kak," ujarnya sesegukan.

"Apasih kenapa?" tanya Hanin.

"Leo tadi pengang rambut Ara!" teriaknya.

Leo menangis. "LEO NGGAK SENGAJA ABANG! LEO NGGAK SENGAJA!" teriaknya.

Malik tersentak kaget. Cowok itu mengusap dadanya pelan. "Ya udah sih, emang kenapa?" tanya Malik kesal.

"Kata Abang nanti hamil. Nanti Leo nggak dikasih jajan lagi sama Papa. HUAAAA!"

"ARA NGGAK MAU HAMIL! ARA MASIH KECIL! ARA NGGAK MAU PERUT ARA BUNCIT!"

Seluruh orang yang berada di ruangan melongo tak percaya. Hanya karna itu? fikir mereka.

Hanin menatap Malik kesal. Ini semua karna Malik, jika cowok itu tidak berbicara yang tidak-tidak, Ara dan Leo pasti tidak akan sehisteris ini.

"LEO JAHAT!"

"LEO JUGA NGGAK MAU PERUT LEO BUNCIT! LEO NGGAK MAU HAMIL!"

Hanin kembali melongo. Astaga, aturan dari mana anak laki-laki bisa hamil?

"Kamu sih!" kesal Hanin.

Ucup beralih mengambil Ara. Cowok itu mendudukan Ara di pangkuannya. "Ara, Ara kata siapa pegang rambut doang bisa hamil?" tanya Ucup.

"Kata Leo."

"Leo kata Bang Malik," jawab Leo.

Malik menampakan jejeran gigi putihnya pada teman-temannya. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Malu, kan, Lik?

TBC

Hallo

Aku seneng banget kalian udah baca cerita Hanin & Malik 2 ini😭❤

Ada yang ingin di sampaikan untuk :

Hanin

Malik

Ara

Leo

See u❤

Hanindhya Maheswara

Malik Rezayn

Pict bonus :

Malik & Leo

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro