2. Gelud

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Nama saya Upin binnya Abdul salam."

"Nama saya Fizi bin Ucup."

"Nama saya Ismail bin Mail."

Daffa dan Fatur menganga kala melihat tingkah Hanin, Ucup, dan juga Rizki yang menirukan dialog salah satu serial Upin & Ipin. "Harusnya lo Ucup bin Ucup, Cup," sahut Rizki.

"Harusnya sih gitu. Tapi kasian banyak cup cup cup, nya. Takut khilaf," sahut Ucup.

Rizki membuka ponselnya. Cowok itu mengetikan sesuatu di sana. "Aku sayang kamu. Kamu mau nggak jadi pacar aku?" gumamnya seraya mengetik pesan itu entah pada siapa.

Hanin melirik Rizki. "Di bales nggak?"

"Ini lagi mengetik."

"Maaf kamu jelek aku udah punya pacar." Rizki membacakan balasannya.

Cowok itu melempar ponselnya ke meja. Wajahnya terlihat lesu setelah mendapat jawaban yang tertera di layar ponselnya. "Kenapa nggak pernah ada yang mau sama gue?" tanya Rizki.

"Lo jelek."

"Lo buluk."

"Lo nggak ganteng."

"Lo kerempeng."

Sahutan Hanin, Fatur, Daffa, dan Ucup sontak membuat Rizki melotot. "Enak aja!" kesalnya.

Hanin melirik ponsel Rizki. "Itu buktinya, simsimi aja nggak mau sama lo. Apalagi cewek," balas Hanin.

Tadi, Rizki memang membuka aplikasi Simsimi yang katanya baru ia unduh kemarin. "Simsiminya aja yang nggak tau cowok ganteng," jawab Rizki.

"Najis," jawab Hanin.

"HANIN! SI MALIK BERANTEM!"

Hanin langsung beranjak dari duduknya. Gadis itu menghela nafasnya pelan, salah satu kebiasaan Malik saat menginjak bangku kelas 2 SMA sampai sekarang.

Hanin langsung berlari menyusuri koidor bersama Dena menuju lapangan. Gadis itu berhenti dikerumunan menatap Malik yang terlihat brutal di sana. "Kenapa lagi, sih?" kesal Hanin.

"MALIK BERHENTI!" teriak Hanin.

Malik menghentikan pukulannya. Cowok itu langsung menghempaskan tubuh lawan sampai tersungkur. Hanin menghampiri Malik, kemudian, ia menarik cowok itu agar pergi dari sana. "Kenapa lagi, sih?" omel Hanin.

"Olahraga, Yang," balas Malik.

"Nggak ada olahraga sampe mukulin anak orang gitu."

Hanin menarik Malik untuk masuk ke dalam UKS. Ia mendorong Malik agar duduk di salah satu brankar kosong. "Sabar, Yang, agresif banget. Aku kasih, kok," ujar Malik.

Hanin melotot. Gadis itu memukul kepala milik Malik dengan kesal. "Lo mesum lagi gue bunuh nih!" kesal Hanin.

"Kalau aku dibunuh,  kamu bikin anak sama siapa, Yang?" tanya Malik lagi.

Hanin menjambak kasar rambut lebat milik Malik. Mengapa cowok itu menjadi menyebalkan sekali? fikirnya.

"Ah! Yang sakit! Ah!"

"Teriaknya biasa aja, Anjing," kesal Hanin.

Malik tertawa pelan kala Hanin melepaskan jambakannya. "Kan sakit  Yang. Salah aku apa, coba?"

"Salah lo, lo lahir dan lo hidup. Sebel gue liat lo lama-lama," kesal Hanin.

"Aku, yang, bukan gue," koreksi Malik.

Hanin berdecak kesal. Gadis itu memegang pelipis dan ujung bibir Malik yang sedikit mengeluarkan darah. "Kamu nggak bisa apa berhenti berantem? Ini tuh semenjak kamu resmi masuk Shagost, kamu jadi kaya gini. Aku nggak suka kamu ikut-ikutan geng Bang Devano yang nggak jelas itu," omel Hanin.

"Biar keliatan cowok banget, Yang."

"Tapi waktu kelas 10 kamu nggak kaya gini, semenjak kelas 11 tuh kamu jadi suka banget berantem sama terlibat tawuran." Hanin berdecak kesal.

Malik tertawa pelan. "Waktu kelas 10 mah akunya masih caper sama kamu, Nin. Jadi aku lakuinnya diem-diem," balasnya.

"Berantem karna apa lagi sekarang?" tanya Hanin.

Malik terdiam. Cowok itu tersenyum kecut. "Olahraga doang," jawabnya lagi.

"Sumpah, ya, Lik. Lo emang minta gue hujat!"

"Aku, Yang. Bukan gue," kesal Malik.

"Bodoamat. Obatin muka sendiri." Hanin hendak beranjak, namun, Malik menarik lengan Hanin.

Alhasil, gadis itu kembali duduk di sampingnya. "Emang kamu ikhlas aku diobatin sama PMR baru. Lihat tuh, anak kelas 10 doang yang jaga," bisik Malik.

Hanin menatap tiga orang PMR yang tengah menatap ke arah mereka. "Ashila! Obatin gebetan lo dong," teriak Hanin.

Malik melotot. Cowok itu memukul Hanin kesal. "Yang! Kamu mah, nggak lucu ah," sebal Malik.

"Malik, Sayang. Hanin nggak lagi ngelucu, diobatin sama Ashila aja, ya?" ujar Hanin.

"KAK! NGGAK! STOP DI SITU LO ASHILA! NGGAK IKHLAS GUE. CALON ABANG IPAR GUE JANGAN LO RABA-RABA!"

Hanin tersentak kaget kala mendengar teriakan Nayya yang baru saja masuk ke dalam UKS. "Nayya! Ngagetin!" kesal Hanin.

Nayya adalah anak Bianca, masih ingat? Anak itu sekarang, sudah menginjak bangku kelas 10. Ia juga terlihat benar-benar menyayangi Hanin, yang sudah ia anggap kakaknya sendiri.

Nayya merebut kotak obat ditangan Ashila. "Apa lo? Nggak suka? Sini berantem, gue jabanin lo," tantang Nayya.

"Nggak, Nayya," jawabnya kemudian memilih kembali duduk.

Nayya menghampiri Hanin dan menyerahkan kotak obatnya. "Pacar sakit itu ya diobatin. Gimana, sih?" ujar Nayya.

"Dianya nggak mau diatur. Ngapain gue obatin, penyakitnya aja dicari sendiri," sindir Hanin.

"Yang dicari bersama mah kenikmatan, yang," balas Malik.

Hanin melotot. "Malik! Ada anak kecil!"

"Kalau nggak ada anak kecil boleh dong raba-raba?" tanya Malik.

"Lik sumpah, ya, aku nggak mau obatin kamu!" kesal Hanin.

Malik tertawa pelan. "Bercanda. Digampar gue yang ada sama Mama Gina," jawab Malik.

"Nayya ke kelas lagi, ya, Kak, Bang! DADAH!"

Hanin menutup telinganya kala mendengar teriakan melengking dari mulut Nayya. Malik menarik Hanin mendekat, ia memajukan wajahnya kemudian terpejam dengan tangan yang melingkar pada pinggang gadis itu. "Obatin, Yang," pintanya.

"Ya nggak deket-deket juga mukanya, Fiji bin Ucup," kesal Hanin.

"Nafsu, kan? Mau? Aku kasih kok. Sini deket--aws--"

Malik meringis kala Hanin menekan luka cowok itu dengan kapas yang baru saja ia pegang. "Mainnya lembut atuh, Yang."

"Lik aku nangis nih, kamu ngomongnya gitu banget!" kesal Hanin.

"Pertamanya emang sakit, Yang. Tapi lama-lama--"

"ASHILA! OBATIN MALIK DONG!"

Malik membuka matanya. Cowok itu mendesis kesal. "Yang, nggak suka, ah ngancemnya," kesal Malik.

"Ya lonya nyebelin."

"Yang sumpah, ya. Ngomong lo gue lagi, aku talak kamu!"

Ku menangis membayangkan~

Hanin terdiam. Mengapa ia jadi teringat film suara hati istri? fikirnya.

Tangannya terulur menggeplak kepala milik Malik. "Casting, yuk!" ajaknya.

"Jadi pemain Ftv suara hati istri?" tanya Malik.

"Jadi tukang tambal ban, dibengkel pak Jarwo."

TBC

Gimana tanggapannya untuk part ini?

Semoga suka, ya❤

Ada yang ingin disampaikan untuk

Hanin

Malik

Rizki

Nayya

Ucup

Sampai jumpa dichapter selanjutnya❤



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro