15. Putus

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hanin menekan luka di sudut bibir milik Galuh. Gadis itu menghela nafasnya pelan. Tadi, saat Hanin keluar dari dalam toilet, ia tak sengaja bertemu dengan Galuh. Hanin yang melihat darah di sudut bibir lelaki itu merasa tidak tega dan memilih menariknya menuju UKS.

Hanin menatap Galuh, yang ditatap malah tersenyum. "Harusnya gue luka kaya gini tiap hari ya, Kak? Biar bisa deketan terus sama lo," ujar Galuh.

"Ya udah, lo nyemplung ke dalem sumur aja sana. Biar kalo lo mati, gue dengan senang hati nemenin hari terakhir lo di bumi," jawab Hanin.

Galuh tertawa, tangannya terulur mengacak gemas puncak kepala gadis di depannya. "Makasih, ya?"

Hanin terdiam sesaat, gadis itu membuang arah pandangnya. "Sama-sama. Udah kan? Gue--"

"Deg-degan ya?" tanya Galuh.

Hanin melotot. Gadis itu kembali menekan luka Galuh dengan kesal, lelaki itu meringis saat mendapatkan perlakuan Hanin yang secara tiba-tiba itu. "Sakit nih! Tanggung jawab. Jahat banget," sebal Galuh.

"Lonya gitu!"

"Ganteng?"

"Kepedean lo."

"Nggak pede mah nggak bisa deket-deket Kakak dong?"

"Nggak nyambung!"

Galuh tertawa. Mengapa gadis di depannya ini begitu menggemaskan? Fikirnya.

Andai saja Hanin tidak memiliki kekasih, Galuh yakin, semua lelaki yang bertemu dengan Hanin pasti akan dengan senang hati menawarkan menjadi kekasih gadis itu. Bahkan jika bisa, akan ia lamar langsung dan menikah. Agar tidak direbut oleh siapapun lagi, hehe.

"Kalau udah jomblo bilang, ya?" ujar Galuh tiba-tiba.

Hanin sepontan menarik telinga lelaki itu. Lancang sekali dia. "Enak aja! Lo doain gue sama Malik putus? Nggak ada otak lo!" kesal Hanin.

"Ashh ... Sakit!"

Hanin melepaskannya, gadis itu memilih membuang arah pandangnya. "Awas aja lo ngedoain yang macem-macem. Gue sumpahin lo susah dapet jodoh!"

"Nggak susah, kan udah ada di depan gue."

"Galuh," kesal Hanin.

"Jadi gini kelakuan kak Hanin di belakang Abang?"

Hanin dan Galuh sama-sama mengalihkan pandangan mereka. Di pintu UKS, terlihat jelas seorang gadis tengah bersandar pada pintu dengan tangan yang ia lipat di depan dadanya. "Nayya nggak nyangka. Padahal, Nayya berusaha biar bang Malik nggak nyakitin Kakak. Ternyata malah sebaliknya."

"Nay ... Ini nggak kaya--"

"Apa? Bang Malik babak belur, dan Kakak malah enak-enakan di sini? Selingkuh? Ya ampun, Nayya nggak nyangka banget."

Hanin terdiam. Malik babak belur? Mengapa bisa? Gadis itu langsung menatap Galuh. "Lo berantem sama Malik?" tanya Hanin.

Bukan tanpa alasan ia bertanya begitu. Karna tempo lalu, Malik juga pernah bertengkar dengan Galuh. Terlebih, keduanya sama-sama terluka sekarang.

Galuh beranjak, lelaki itu memilih keluar dan menarik gadis bernama Nayya itu pergi. Hanin terdiam di tempatnya, pacar macam apa dirinya?

Malik tengah terluka, ia malah membantu mengobati lelaki lain. Astaga Hanin!

Gadis itu memilih keluar dan berlari menuju kelasnya. Saat sampai di depan kelas, ia melihat Malik yang tengah duduk bersama keempat sahabatnya di sana.

"Malik kamu nggak papa?" tanya Hanin khawatir.

Malik menatapnya sekilas, lelaki itu acuh dan memilih mengabaikan Hanin. Gadis itu menghela nafasnya, ia tahu Malik pasti sudah melihat dirinya dan juga Galuh di UKS. Mana mungkin Malik bersikap begini tanpa alasan bukan?

"Lo kok gitu sih, Nin?" tanya Fatur.

Hanin diam, gadis itu menunduk dan tersenyum kecut. "Gue nggak tau, Tur."

"Nggak tau karna lo terlalu fokus sama selingkuhan lo itu!"

"Gue nggak selingkuh!" balas Hanin.

Fatur berdecih, lelaki itu memilih duduk di samping Malik. Tangannya terulur menepuk pundak lelaki itu beberapa kali. "Cewe emang gitu. Nggak pernah mau ngakuin kesalahannya sendiri, bagian cowoknya yang salah dia nangis-nangis ngungkit-ngungkit kesalahan cowok."

Malik hanya diam tak merespon. Lelaki itu terlihat fokus dengan ponselnya sendiri. "Janji mah omong kosong, goblok kok kebangetan," sambung Fatur.

Daffa tak terima saat Fatur mengatakan demikian. Tentu saja, biar bagaimanapun Hanin sahabatnya, Hanin itu wanita. "Jaga omongan lo, Tur," ujar Daffa.

"Apa? Belain cewek tukang selingkuh kaya dia? Gue ngerasain apa yang Malik rasain!"

"Ngerasain sih ngerasain. Yang goblok mah elo, Tur. Kalo sakit hati sama Dena, ngapain malah marah-marah sama Hanin? Ngigo lo?" tanya Ucup.

Hanin diam, sebelumnya, persahabatan mereka tak pernah beda pendapat seperti sekarang. Ribut adalah hal mustahil bagi mereka. "Gue minta maaf," ujar Hanin.

"Iya, cewek emang gitu. Minta maaf, atas kesalahan yang dia buat dan cowok dengan senang hati memaafkan. Sedangkan kalo laki-laki yang bikin salah, selalu ngungkit yang udah-udah."

"Bacot lo, Tur! Masalah lo sama gue. Jangan bawa-bawa Hanin segala, dasar banci!"

Dena datang diikuti oleh Ivi. Gadis itu menatap Fatur tajam, "Sorry nggak ada urusan sama cewek tukang selingkuh."

"Selingkuh? Lo bilang gue selingkuh? Sotoy banget hidup lo, mikir tuh pake otak! Jangan pake dengkul." Dena mengepalkan tangannya di sisi jaitan.

Malik masih diam, ia masih tak berniat mengatakan apapun untuk saat ini. Mengapa masalahnya saat ini dipenuhi dengan perselingkuhan begini? Fikir Malik.

"Lo jalan--"

"Gue ngerondang! Bacot lo, sini maju. Gatel tangan gue pengen tonjok mulut lo yang nggak di sekolahin itu!" sahut Dena.

"Den udah," bisik Ivi.

Dena menepis tangan Ivi yang menahan bahunya. "Nggak ada udah-udah, cowok kaya dia itu harus di kasih pelajaran. Tukang nuduh, nggak inget aja dia dulunya gimana. Nyesel gue terima dia lagi!" kata Dena dengan nafas yang memburu.

Fatur diam. Nyesel. Kata itu langsung mengiang di kepalanya, hatinya mendadak sakit. Jadi, selama ini Dena menyesal berpacaran dengan Fatur?

Fatur tersenyum sinis, ia beranjak. "Bagus, gue juga nggak sudi pacaran sama cewek miskin kaya lo. Anak koruptor pula."

Dena diam, gadis itu menatap Fatur tak percaya. "Lo--"

"Apa?" tanya Fatur.

Dena mengambil tas orang lain. Ia melemparkannya dengan keras pada wajah Fatur, kemudian, gadis itu dengan segera mencengkram kerah baju lelaki itu dengan amarah yang ingin segera ia lepaskan sekarang juga.

BUGH

BUGH

BUGH

Dena memukul rahang, menyikut bahu, dan menendang perut Fatur dengan gerakan cepat. Lelaki itu mundur dan terjatuh menubruk kursi. Dena hendak maju lagi, namun, Ucup menahannya. "Vi, Bawa Dena pergi dulu, ya? Sama Hanin juga."

Ivi mengangguk, gadis itu segera membawa mereka. Hanin menatap Malik berharap lelaki itu akan menahannya, namun sayang. Malik sama sekali tak menatapnya.

Akhirnya, Hanin pasrah dan memilih ikut pergi bersama Dena dan juga Ivi.

Ucup mencengkram kerah baju Fatur, menyeret lelaki itu agar duduk di samping Malik. "Tur, lo tau sikap lo kaya tadi, bikin lo terlihat kaya banci tau nggak?" tanya Ucup.

"Nggak peduli."

"Fatur yang gue kenal nggak kaya gini."

Fatur memilih diam. Ucup beralih menatap ke arah Malik, "Lo juga, kenapa lo diemin Hanin? Karna Galuh? Lo nggak mau denger penjelasan dia dulu?"

"Bukan." Malik akhirnya membuka suaranya.

"Terus, kenapa lo kaya marah gitu sama Hanin?" tanya Rizki.

"Gue nggak marah sama Hanin. Lagi pengen diem aja."

Malik tak berbohong soal itu. Ia tak marah pada Hanin, ia hanya marah pada dirinya sendiri yang menjadi sangat sensitif dan selalu mengeluarkan kata-kata yang menyakiti orang lain. Di samping itu, ia masih memikirkan Papanya, Mamanya, Leo, dan juga masalah keluarganya. Hanya itu.

Soal Hanin, Malik percaya Hanin tidak akan selingkuh seperti apa yang Fatur tuduhkan.

"Tur, lo sama Dena pacaran bukan setahun dua tahun. Lo tau hal yang paling sensitif buat Dena itu apa, kan? Lo malah ngomong kaya gitu. Sama aja lo buka jalan buat dia pergi dari hidup lo, Tur," kata Ucup.

"Gue kira, lo nggak pernah mandang derajat seseorang, Tur. Dena miskin? Gue juga. Gue sama Dena senasib, kalau lo bilang gitu ke Dena, sama aja lo bilang itu ke gue. Lo nggak sudi temenan sama orang miskin kaya gue?" tanya Rizki.

Fatur diam. Ia juga tidak mengerti dengan dirinya, ada rasa kesal saat Dena mengatakan bahwa gadis itu menyesal berpacaran dengannya.

Dulu ... Dena bilang ia takut jika berpacaran dengan orang ber-uang akan berujung kecewa karna tidak bisa menerima kondisinya. Fatur meyakinkan gadis itu bahwa semuanya tak akan terjadi, namun Fatur salah, ia malah membukakan luka untuk gadis manis yang sudah menemaninya beberapa tahun itu.

"Cewek itu bakal mikir beberapa kali buat ninggalin cowoknya, kalau dia udah mutusin buat pergi, kecil kemungkinan buat dia mau balik lagi," ujar Daffa.

"Gue minta maaf, gue nggak bisa kontrol diri gue," jawab Fatur.

"Si Dena gerakannya cihuy banget, ya? Gila ... Gue aja cowok nggak bisa kaya dia," sahut Rizki tiba-tiba.

"Lo kan tulang doang, sekali mukul orang remuk tulang lo, Ki," jawab Ucup.

Kelima remaja itu tertawa. Inilah persahabatan mereka, apapun masalahnya, mereka harus bisa menghadapinya bersama.

***

Dena menutup wajahnya, gadis itu menangis. Sedangkan Hanin sedaritadi hanya diam menatap lurus ke depan.

Ivi menghela nafasnya pelan. "Coba deh kalian cerita."

"Gue nggak ngerti lagi sama Fatur, Vi. Kemarin waktu pulang dari rumah Hanin, gue sama si Edo pergi buat beli bahan kerja kelompok, terus gue ketemu sama Fatur di jalan. Dia marah, gue udah minta maaf. Tapi dia malah nuduh gue yang nggak-nggak."

"Terus, kita berdua putus."

Hanin langsung mengalihkan pandangannya menatap Dena. "Terus dia kaya tadi? Gue minta maaf banget sama kelakuan sepupu gue, Den," ujar Hanin tak enak hati.

"Nggak papa. Fatur bener, kok. Gue miskin, anak koruptor pula. Mana mau sih cowok pacaran sama cewek yang asal usul keluarganya aja ka--"

"Den, tapi Fatur sama lo bukan setahun dua tahun, harusnya dia nggak kaya gitu," jawab Ivi.

Dena menarik nafasnya pelan. Gadis itu tersenyum kecut, "Mama gue juga nggak pernah setuju sama hubungan gue dan Fatur. Mungkin ini balasan karna gue nggak nurut sama Mama," ujar Dena.

Tangan Hanin terulur mengusap bahu gadis itu. "Den, gue yakin Fatur nggak maksud bilang gitu. Dia cuman kesel, dia baik kok. Dia juga suka bilang kalo dia sayaaaang banget sama lo."

"Den, lo yang tau dan lo yang ngerti sama perasaan lo sendiri. Apapun keputusan lo, itu pasti yang terbaik."

Dena tersenyum, Ivi langsung menarik kedua sahabatnya itu dan memeluk mereka. "Lo nggak mau cerita, Nin?" tanya Ivi.

"Gue obatin Galuh tadi, kayanya Malik marah karna itu. Gue juga nggak tau kalo Malik babak belur juga, ya ... Gitu deh jadinya," jawab Hanin.

"Malik mah bentar lagi juga baikan. Dia kan bucin banget sama lo," jawab Ivi.

"Bisa aja nih nyonya Anshari," goda Hanin.

"Heh! Enak aja," kesal Ivi.

Ketiga remaja itu tertawa. "Udah, jangan sedih-sedih lagi, ya?" kata Ivi.

TBC

Hallo:v Gimana kesan pertama setelah baca part ini?

Kesel sama Fatur nggak?

Kesel sama Nayya nggak?

Kesel sama Malik nggak?

Mau bilang apa sama

Hanin

Malik

Fatur

Dena

Galuh

Nayya

Ucup

Rizki

Daffa

Stay terus ya! Jangan lupa rekomendasiin ke temen-temen kalian juga<3

See u<3

Guys, follow RP Instagram kita yuk!

@hanind_mheswra. (Hanin)
@malikrezayn_. (Malik)
@daff.aprasetyo. (Daffa)
@fatur_mhndra. (Fatur)
@gisela_ivi. (Ivi)
@alfariza_ucup. (Ucup)
@hana_frhsy. (Hana)
@dena.andrianaaaa. (Dena)
@ana_andhina. (Ana)
@rizki.anshari_ (Rizki)
@Nayya_graceva.a. (Nayya)

Follow juga ; @Wattpadindah_. & @Octaviany_Indah.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro