30. Berjuang lagi

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Info : Hanin & Malik 2, aku ganti judul jadi Hanin & Malik ya!

***

"Nin, mau ke kantin? Bareng ya!"

Hanin yang baru saja membereskan alat tulisnya, langsung menghalihkan pandangannya pada Malik. Cowok itu tersenyum dengan alis yang ia naik turunkan. "Aku sama Rizki, kamu duluan aja."

"Nin, aku traktir deh. Bareng, ya?"

"Apasih?" kesal Hanin.

Hanin memilih menarik lengan Rizki. Namun, Malik nampaknya tak menyerah. Cowok itu masih mengejar Hanin.

Tangannya sesekali mencubit pipi Hanin, memainkan rambut gadis itu, mencolek lengannya, dan sebagainya. Namun, perlakuan itu terus menerus Hanin tepis. "Hanin galak gini lucu deh, jadi mau bawa pulang. Mau aku bawa pulang gak?" tanya Malik.

Hanin menghentikan langkahnya. Gadis itu berbalik menatap Malik. "Bisa gak sih gak usah ngikutin?" tanya Hanin kesal.

"Gak bisa, maunya nempel sama kamu terus. Tapi kamunya malah gak mau. Ya udah jangan salahin aku kalau aku ngikutin kamu," kata Malik.

Hanin gregetan sendiri. Gadis itu menghentakan langkahnya sekali, kemudian berlalu pergi meninggalkan Rizki dan juga Malik. "Gue tau, perjuangin mantan pacar itu emang berat, Lik." Rizki menepuk pundak Malik.

"Gak papa, gue yakin kok Hanin pasti bakal jadi milik gue lagi," kata Malik.

"Eh, lo jangan ikutin Hanin, lo ke Ivi aja sana! Hanin biar sama gue aja." Malik menepuk pundak Rizki.

Setelahnya, cowok itu berlari mengikuti langkah Hanin. Rizki menggeleng pelan di tempatnya. "Mau si Malik apa sih sebenernya? Waktu masih pacaran, dianya deket sama si Anggia, bagian udah jadi mantan malah di kejar-kejar lagi."

Di kantin, Malik langsung duduk di samping Hanin. Cowok itu menompang dagunya seraya menatap lekat gadis itu.

Hanin mendorong wajah Malik dengan kesal. Namun, Malik malah menangkap tangan gadis itu dan mengecup punggung tangannya.

Hanin melotot, gadis itu dengan segera menarik tangannya. "Ngapain sih?!" tanya Hanin sewot.

"Liatin."

"Liatin apaan?"

"Liatin Ibu dari calon anak-anak aku."

Hanin membuang arah pandangnya. Rasanya, sudah lama sekali Malik tak bersikap seperti ini.

Malik tertawa pelan. Tangannya terulur meraih dagu gadis itu agar kembali menatap ke arahnya. "Asstagfirullah, gadis secantik ini malah aku sia-siain?" tanya Malik so kaget.

Wajah Hanin memerah. Gadis itu menggigit bibir bawahnya menahan senyum. "Jangan senyum ah, nanti ada cowok yang liat, mereka malah naksir lagi sama kamu," kata Malik seraya mencolek gemas hidung gadis itu.

"Malik? Kamu sehat kan?"

"Sehat banget. Aku mah selalu sehat kalau kamu ada di deket aku, Nin." Malik tersenyum dengan alis yang lagi-lagi ia naik turunkan.

Malik melirik ke kanan dan ke kiri. "Nin, masih gak?"

"Masih apa?"

"Masih cinta sama aku."

Hanin mendelik. "Gak jelas."

"Yang jelas mah perasaan aku ke kamu gak pernah ilang, Nin."

Hanin hendak pergi. Namun, Malik mencengkal pergelangan tangan Hanin dan menyuruh gadis itu kembali duduk. "Eh, mau ke mana? Makan dulu."

Hanin memilih duduk. "Bu! Baksonya 2 ya!" pesan Malik dengan tangan kanan yang ia angkat.

Ibu kantin mengacungkan jempolnya.

"Eh, kamu tau gak? Aku gak bisa tidur semalem," ujar Malik.

"Kenapa?"

"Karna mikirin kamu. Eh, kamu masih mikirin aku gak sih?" tanya Malik.

Hanin memilih mengambil ponselnya di saku rok. Memainkannya, dan memilih mengabaikan Malik. "Enak ya jadi Hp? Di liatin terus."

Hanin diam.

Malik meraih ponselnya sendiri. Membuka aplikasi kamera, kemudian ia melirik Hanin. "Eh, Nin liat deh."

Malik mengarahkan ponselnya pada Hanin. Saat Hanin mendongkak, Malik mengklik tombol kameranya. "Ciss ...."

Ckrek

"Malikk! Hapus gak?!"

"Nggak," jawab Malik seraya menjauhkan ponselnya.

Hanin beranjak, gadis itu berusaha menggapainya. Namun, Malik menahan Hanin dengan sebelah tangannya. Tangan yang lainnya, Malik jauhkan dari jangkauan Hanin.

Malik menatap wajah Hanin yang terlihat kesal.

Cup

Hanin terdiam. Gerakannya terhenti saat bibir Malik berhasil mendarat di keningnya.

Malik tertawa pelan. Cowok itu memilih kembali duduk. "Cie mukanya merah," ledek Malik.

"Kamu tuh maunya apa sih, Lik?"

"Kamu yang bilang mau lepasin aku, kamu juga yang berusaha gapai aku lagi. Kamu sadar gak?"

"Kamu tuh plinplan."

"Egois."

Hanin mengambil ponselnya di meja. Setelahnya, gadis itu memilih pergi meninggalkan Malik di kantin sendirian.

Malik diam. Cowok itu menatap punggung Hanin yang perlahan menjauh. Tak lama, pesanannya datang.

Malik merongoh sakunya memberikan uangnya pada Ibu kantin. "Kasih ke orang aja, Bu. Ini uangnya."

Malik beranjak, cowok itu akhirnya memilih pergi meninggalkan kantin.

Saat di koidor, Malik menghentikan langkahnya. Cowok itu menghentikan salah satu adik kelasnya yang hendak menuju kantin. "Eh, gue mau minta tolong boleh gak?" tanya Malik.

"Kenapa, Kak?" tanya gadis itu.

"Ini beli batagor, terus nanti lo anterin ke kelas gue. Tau kan? Nah? Terus kasih ke yang namanya Hanin. Tapi jangan bilang dari gue, bilang aja dari cowok tapi gak tau siapa, ya?"

"Sisanya buat lo ambil aja." Malik memberikan uang dua puluh ribu pada gadis itu.

Si gadis menganggukan kepalanya. "Makasih, Kak!"

"Gue yang makasih."

Setelahnya, Malik memilih naik ke atas roftop. Saat sampai di anak tangga terakhir, ia melihat punggung Dena.

Gadis itu terlihat sedang melamun. Malik memilih menghampirinya dan duduk di samping gadis itu. "Kenapa, Den?"

"Eh, Lik," sapanya.

"Gue gak papa," jawab Dena.

Gadis itu melirik Malik. "Lo kenapa?"

"Biasalah."

"Hanin itu baik, Lik. Yang gue liat, dia sayang banget sama lo. Mungkin, dia masih kecewa sama lo yang mutusin dia secara tiba-tiba," kata Dena.

Malik tersenyum tipis, "Den, salah gak sih kalau gue perjuangin Hanin lagi?"

"Masalahnya, gue yang lepas dia. Alesan gue lepasin Hanin karna gak mau bikin dia sakit hati terus menerus karna gue."

"Bukannya kalau gue perjuangin dia lagi, sama aja gue nyakitin dia ya?"

Dena menghela nafasnya. "Sekarang gue tanya, lo sayang gak sama dia?"

"Gak usah di tanya, Den."

"Nah, selama lo sayang sama dia, perjuangin dia lagi nggak ada salahnya. Asal lo harus janji sama diri lo, jangan sakitin Hanin lagi," kata Dena.

Malik terdiam. Cowok itu menghela nafasnya pelan. "Lo itu selalu labil kalau udah berkaitan sama Anggia, Lik," ujar Dena.

"Emang."

"Udah ah, bentar lagi masuk. Gue duluan, ya." Dena beranjak, gadis itu memilih pergi meninggalkan Malik sendirian.

Malik memejamkan matanya sesaat. Sebelum akhirnya, Malik memilih beranjak dan pergi meninggalkan roftop.

***

"Abang, Rea pergi."

"Kasian."

"Abang! Leo serius. Tadinya Leo mau belajar motor biar bisa bonceng Rea kaya Abang bonceng kak Hanin."

"Terus?"

"Terus gak jadi!"

Malik menghela nafasnya pelan. Sepulang sekolah tadi, Leo terus menerus mengoceh perihal Rea yang katanya pergi meninggalkan Leo.

"Leo belum kasih tau Rea kalau kumbangnya harus di 'Hah' in."

"Terus ya, Bang, katanya Rea nanti bakal balik lagi, tapi gak tau kapan."

Malik memilih menutup kupingnya menggunakan bantal. Leo memukul Malik dengan kesal. "Abang, Leo mau susul Rea pake sepeda bisa gak?"

"Susul ke mana?"

"Gak tau," jawab Leo.

"Padahal Leo udah punya rencana mau jadiin rumah Rea kebun binatang. Tapi isinya kumbang doang," kaya Leo lagi.

Malik mengangguk-anggukan kepalanya, "Terus?"

"Terus gak jadi!"

"Kenapa?"

"Kan Reanya pergi. Abang ih kok pikun sih? Leo udah ngomong dari tadi kalau Rea pergi," jawab Leo kesal.

Leo memilih membaringkan tubuhnya menghadap Malik. Cowok itu memeluk tubuh Malik dengan wajah yang terlihat begitu sedih. "Abang, Leo kaya gini namanya apa?"

"Limbad."

"Oh, Abang Leo lagi Limbad."

"Abang, Rea--"

"Kan masih ada Ara! Nanti Ara nangis loh kalau tau Leo ngomongin Rea terus," ujar Malik.

Leo menggelengkan kepalanya. "Ara kuat, Ara gak cengeng kaya Leo."

"Eh mengakui."

"Kata Ara gak boleh bohong. Kalau bohong Leo ketemunya sama wewe gombel," jawab Leo.

Malik mengangguk-anggukan kepalanya. Tangannya terulur mengacak rambut cowok itu. "Bagus, didikan gue nih."

"Ih ngaku-ngaku."

"Suka-suka guelah. Lo kok sewot sih?"

"Nama aku Leo bukan sewot!"

"Terserah."

TBC

Kesan pertama saat baca part ini?

Ada yang ingin di sampaikan untuk

Hanin

Malik

Dena

Leo

Buat yang minta cerita Leo, nanti ya, aku fikirin dulu mhehehe:v

Sampai jumpa di part selanjutnya<3

Hari ini terkahir PO Novel DHUM ya!

Jangan lupa follow ig RP kami!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro