29. Sad boy

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Abang, Abang tau gak? Leo ketemu cewek. Cantik!"

Malik yang baru saja meminum susunya, langsung beralih menatap Leo yang tengah tersenyum cerah. "Ara?" tanya Malik.

"Bukan, Abang. Dia baik banget, mirip sama Mama," kata Leo.

Mendengar kata Mama, malik sontak merapatkan mulutnya. Cowok itu terdiam, apakah Leo tengah merindukan Gina saat ini? Fikirnya.

"Dia kasih Leo nasi goreng. Terus dia usap-usap kepala Leo," ujar pria kecil itu lagi.

Malik mengangguk-anggukan kepalanya. Ya sudahlah, lagipula masa kecilnya lebih parah dari pada Leo. Malik bahkan berjanji menikahi Hanin di umurnya yang baru saja menginjak 5 tahun kala itu. "Terus, dia juga janji mau kasih Leo nasi goreng lagi."

"Leo gak ngasih dia apa-apa? Kere banget," ujar Malik.

Leo mengerjapkan matanya, "Leo kasih apa dong?" tanya Leo.

"Kasih sayang. Aku meriang-aku meriang, aku meriang merindukan kasih sayang." Malik berdiri kemudian memilih menyimpan gelas kosongnya ke tempat pencucian piring.

Leo diam. Mengapa Abangnya malah bernyanyi?

"Abang, Leo kasih apa? Atau Leo beli kumbang aja? Yang kalau Leo 'Hah' in keluar?" tanya Leo.

"Emang punya?"

"Beli dong. Kaya orang kere aja," jawab Leo.

Malik menganga tak percaya. "Heh! Buset dah ini bocah." Malik menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Wah, Leo udah bangun? Mau berangkat sama Papa?"

Leo menatap malas ke arah Reno yang baru saja turun dari tangga. Di sebelahnya ada Amel dan juga Mama mertua Reno. "Abang, ayo berangkat," ajak Leo.

"Leo ... Salam dulu sama Papa," kata Malik.

Leo meliriknya sekilas. Pria kecil itu memilih menarik lengan Malik. Mau tak mau, Malik memilih mengikuti pria kecil itu.

Keduanya sampai di garasi. Leo melirik ke kanan dan ke kiri. Pria kecil itu langsung melipat tangannya di depan dada. "Abang, Leo udah besar gak mau jadi fakboi."

"Apaan sih? Tiba-tiba bilang gitu. Lo kesurupan?" tanya Malik.

"Leo mau sama Rea aja. Dia lebih cantik dari Ara," ujarnya.

"Emang dia mau sama lo? Lo kan jelek," kata Malik.

Leo memicingkan matanya tak suka. Pria kecil itu tanpa aba-aba langsung naik ke jok belakang motor Malik. "Abang, pulang sekolah ajarin Leo bawa motor."

"Di gotong?"

"Bukan, di ngeng," ujar Leo seraya memeragakan dirinya yang tengah menarik gas motor.

Malik menghembuskan nafasnya. Terserah Leo saja. Malik memilih melajukan motornya dengan Leo yang memeluk Malik dari belakang.

Bukan apa-apa, tubuh Leo kecil. Jika cowok kecil itu jatuh, yang di marahi habis-habisan pasti Malik.

Motor Malik berhenti tepat di pintu gerbang sekolah Leo. Pria kecil itu turun kemudian mencium punggung tangan Malik. "Sekolah yang bener, biar bisa nikah sama Ara."

"Rea! Leo maunya Rea," jawab Leo cepat.

"Terserah."

***

"Gue mau nanya, kalau misalkan KLX balap sama RX-King. Yang menang ninja atau Revo?"

"Mamang ojol."

Rizki mengangguk-anggukan kepalanya beberapa kali. Cowok itu langsung melompat ke kursi sebelah Fatur, merangkul cowok itu kemudian menepuk pundaknya pelan. "Tenang, Tur. Jodoh gak akan kemana. Kata bang Fiersa Besari, paling juga kemana-mana dulu."

"Lo jangan takut gak di kasih cewek, muka lo ganteng, lo tajir, lo--"

"Brisik, Ki." Fatur menepis lengan Rizki. Cowok itu memilih menenggelamkan kepalanya pada meja.

Rizki melirik Ucup, Daffa, dan Hanin. Ia menghela nafasnya pelan. "Fatur, biasanya juga lo kaya monyet yang baru lepas dari kandang. Kenapa sekarang berubah jadi jinak gini? Ayolah semangat! Ayo kita bangun--"

"Bacot banget lo. Diem kenapa, sih?" tanya Ucup kesal.

"Bodo amat, mulut-mulut gue kenapa lo yang ribet?"

"Lonya berisik!"

"Orang gue ngomong sama Fatur kok bukan sama lo."

"Tapi suara lo itu ganggu pendengaran gue."

"Gue kira lo budek."

Hanin menghela nafasnya. Gadis itu langsung berdiri di antara Ucup dan juga Rizki menarik telinga kedua cowok itu kemudian memelintirnya dengan kesal. "Bisa gak jangan berantem dulu?"

"Dia gak nafkahin gue, Nin. Kasian anak gue gak di kasih makan," kata Rizki.

"Anak apaan?"

"Mas, kamu lupa? Setelah malam panjang yang kita lalui bersama--"

"Jijik, anjir!" Daffa menyahut.

Ucup menyor kepala Rizki. Namun, jeweran Hanin kian mengeras. Ucup dan Rizki sama-sama meringis. "Aaaa--udah euy sakit," pekik Rizki.

Hanin melepaskan jewerannya. Gadis itu beralih melipat kedua tangannya di dada. "Hanin semenjak putus sama Malik malah balik lagi jadi singa," kesal Rizki.

"Iya, mana singanya singa sirkus lagi," sahut Ucup dengan tangan yang mengusap telinganya sendiri.

Daffa tertawa, cowok itu merangkul bahu Hanin. "Gak papa, Nin. Jadi cewek itu harus galak. Biar bisa jaga diri."

"Biar gak cepet-cepet punya anak ya, Daf?" tanya Rizki.

Daffa memicingkan matanya ke arah Rizki. Cowok itu jika bicara tidak pernah di filter. "Eh, canda, pak. Rizki bercanda." Rizki mengangkat kedua tangannya seraya tercengir lebar.

***

Leo menatap kumbang yang baru saja ia beli. Pria kecil itu tersenyum melihatnya.

Di taman sekolah, ia melirik ke kanan dan ke kiri. Namun, belum ada tanda-tanda gadis itu akan datang.

"Kalau Rea suka, Leo mau beliin lagi yang banyak. Paling juga rumah Rea jadi kebun binatang nanti saking banyaknya kumbang yang Leo beli."

"Leo, Rea gak bawa nasi gorengnya."

Leo mendongkak. Pria kecil itu tersenyum kala mendapati Rea--gadis kecil yang ia tunggu sedari tadi ia tunggu.

Wajahnya terlihat sedih. Gadis kecil itu menundukan kepalanya. "Mama Rea tadi gak masak. Soalnya Mama mau urus pindahan rumah."

"Pindahan rumah?" cicit Leo.

Rea menganggukan kepalanya. "Kata Mama, Rea mau pindah ke luar kota."

"Rea mau ninggalin Leo?" tanya Leo dengan suara bergetar.

Pria kecil itu beranjak. "Kenapa semua orang ninggalin Leo? Rea juga, kenapa Rea mau ninggalin Leo juga?"

Rea terdiam. Gadis dengan kucir kuda itu menatap Leo yang menangis. Tangan mungilnya terulur mengusap pipi pria kecil itu. "Rea gak ninggalin Leo. Mama bilang, nanti Rea balik lagi ke sini."

"K-kapan?"

"Gak tau. Tapi, nanti kalau pulang ke sini, Rea janji bakal nunggu Leo di taman ini."

Leo mengangkat jari kelingkingnya. Rea yang paham, langsung mengaitkan kelingkingnya pada kelingking milik Leo. "Leo beli kumbang?" tanya Rea kala melihat kandang kumbang yang tersimpan rapi di kursi taman.

"Iya, buat Rea. Anggap aja kenang-kenangan dari Leo. Tapi Rea harus jaga baik-baik. Kalau Rea kangen Leo, Rea bisa ngobrol sama kumbangnya," ujar Leo.

Wajah Rea berbinar gadis kecil itu langsung mengambilnya. "Wah ... Leo baik banget."

Leo tersenyum, "Rea juga baik."

"Cantik lagi."

"Leo suka."

Rea tersenyum. Gadis itu menganggukan kepalanya semangat, "Rea juga suka Leo. Leo baik."

"Rea, ayok nak kita berangkat!"

Teriakan itu, sontak membuat Leo dan Rea mengalihkan pandangan mereka. Rea mengangguk, gadis kecil itu tersenyum ke arah Leo dan kemudian berlari pergi menuju Mamanya.

Yang Leo lihat, Rea masuk ke dalam mobil. Saat mobil melaju, gadis itu melambaikan tangannya pada Leo.

Tanpa sadar, air mata Leo menetes. Pria kecil itu terduduk di kursinya. "Leo bakal tunggu Rea."

***

Cinta kita memang
Tidak semudah yang di bayangkan
Dulu kita saling menyakiti dan hampir menyerah
Tapi kini kita ada tuk saling menyempurnakan
Ku berdo'a untuk
Bisa hidup dan menua bersamamu.

Malik menghantikan petikannya. Cowok itu menatap Hanin yang juga menatapnya. "Fatur, gimana?" tanya Malik.

Kelas mereka tengah free class keduanya memutuskan untuk latihan musik yang sempat tertunda. Hanin mengambil minuman botolnya, meminumnya kemudian menutupnya kembali.

"Ya namanya juga pacaran lama, tiba-tiba ceweknya tunangan tanpa sepengetahuan. Ya sakitlah. Masih galau dia," jawab Hanin.

"Padahal Fatur udah antusias banget kemarin. Kasian."

Malik menganggukan kepalanya. Cowok itu menarik nafasnya pelan. "Nin," panggilnya.

"Hm."

"Kalau aku ajak kamu balikan lagi, kamu mau?"

Hanin mendongkak. Gadis itu tertawa. "Bukannya kamu yang bilang, kalau kita balikan sama aja aku balik lagi ke masa dimana kamu bakal nyakitin aku lagi?" tanya Hanin.

"Bukannya kita juga udah sepakat buat saling lepas?"

Malik menyimpan gitarnya. Cowok itu beralih meraih tangan Hanin. Menggenggamnya dengan kepala tertunduk. "Awalnya gitu. Tapi, aku mau ikutin kata hati, Nin. Aku gak bisa, gimana bisa kita saling lepas kalau perasaan kita masih sama-sama terikat?"

Hanin diam. Apa itu artinya ... Malik masih menaruh perasaan padanya?

"Lik--"

"Aku gak maksa. Kalau kamu gak mau gak papa. Aku cuman pengen kamu tau, perasaan aku ke kamu gak pernah berubah, Nin." Malik tersenyum. Tangannya terulur mengusap pipi gadis itu beberapa kali.

Hanin menarik tangannya. Gadis itu menatap Malik sebentar. Kemudian, ia memilih beranjak dan pergi meninggalkan Malik sendirian.

Apa itu ... Salah satu penolakan dari Hanin?

Malik rasa, ia pantas menadapatkan itu. Bahkan, perlakuan itu tak sebanding dengan apa yang pernah ia lakukan pada Hanin dulu.

Malik terkekeh pelan, "Lo yang kasih dia celah buat pergi, lo juga yang gak terima. Mau lo sebenernya apa sih, Lik?" gumamnya.

Seseorang masuk ke dalam ruang musik. Malik mengernyitkan alisnya. Gadis itu langsung duduk di depan Malik. "Kabar Fatur gimana?"

"Gak ada orang yang baik-baik aja waktu pacarnya tunangan sama cowok lain."

"Kaya Hanin? Dia juga gak baik-baik aja waktu cowoknya deket sama cewek lain," jawab gadis itu.

Malik menganggukan kepalanya. Benar, Dena benar. Posisi Dena dan Malik sama-sama menjadi pihak yang menyakiti di sini. "Lo tau gak, Lik? Kalau gue tau Fatur bakal kasih kejutan kaya kemarin, gue pasti bakal tolak tunangan itu."

"Terus, sekarang lo udah tunangan?"

Dena tersenyum miris. Gadis itu mengangkat tangannya yang tersemat cincin di sana. "Lulus sekolah, rencananya gue sama dia bakal nikah."

"Alesan lo nerima tunangan itu apa? Bukannya lo sama Fatur pacaran udah lama banget?"

"Karna Papa gue. Mereka janji bakal bebasin bokap," jawab Dena.

Gadis itu menunduk. "Begonya gue gak nunggu kabar Fatur. Padahal Fatur udah mau bantu gue. Balik lagi ke Fatur rasanya mustahil banget, Lik. Fatur pasti udah sakit hati banget sama gue."

Malik diam. Jika Dena menyakiti Fatur demi Papanya. Lantas, ia menyakiti Hanin demi siapa?

Astaga ... Ia malah merasa jadi manusia paling jahat sekarang.

Dena tersenyum, gadis itu mengusap air matanya. "Lo sama Hanin gimana?"

"Masih sama. Seperti yang lo bilang tadi. Rasanya mustahil buat gue balik lagi sama Hanin," kata Malik.

"Lik, kalau lo emang bener-bener masih sayang sama Hanin, buktiin sama dia. Gue yakin Hanin juga masih sayang sama lo."

"Sayang mungkin iya. Tapi, Hanin kayanya berusaha nutup pintu hatinya buat gue, Den." Malik menghela nafasnya.

Begitulah manusia, ketika ada di sia-siakan, setelah hilang di cari-cari.

SELESAI























Eh, selesai jangan?

Jangan deh:v

Mau bilang nih, Novel Dari Hanin Untuk Malik besok terakhir PO ya!

Ada yang ingin di sampaikan untuk

Hanin

Malik

Leo

Rea

Dena

Fatur

See u next time:v

Jangan lupa follow IG RP juga yuaakk:v

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro