7. Suka Kamu

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Assalamualaikum guys, berdirinya Iki dan Ucup di sini, kita hanya ingin mengamen. Daripada kita jambret kalian semua, lebih baik kita konser di sini."

"Ekhem!" Rizki berdehem pelan dengan botol minum yang sudah ia pegang.

Ucup duduk di kursi dengan sapu kelasnya. Menjadikannya seolah-olah alat musik yang bisa ia petik. "JRENG-JRENG!" teriak Ucup seraya memejamkan matanya.

"Bergadang jangan bergadang!" teriak Rizki dengan suara cemprengnya.

Fatur dengan ember kosong, mendatangi satu persatu meja siswa dan siswi kelasnya seolah-olah dirinya meminta sumbangan. "JRENG-JRENG!" teriak Ucup lagi.

"Kalau tiada artinya."

"JRENG JRENG."

"Be--"

"JRENG-JRENG!"

"Be--"

"JRENG-JRENG! JRENG JRENG!"

Ucup melempar sapunya kebawah lantai. Kemudian ia menginjaknya dengan gemas. "JRENG! JRENG! JRENG!"

Tuk

Satu pukulan botol yang Rizki pegang mendarat tepat di kepala milik Ucup. Cowok itu meringis pelan. "Setan sia!" kesal Ucup.

"Sia yang setan! Heboh sendiri. Gimana Duo Bangkong mau dapet fans kalo lonya aja udah kaya comberan," kesal Rizki.

Ucup naik ke atas kursi. Kemudian, ia menunjuk satu persatu teman-teman sekelasnya yang masih diam memperhatikan. "WAHAI SAUDARA-SAUDARAKU!" teriak Ucup.

"I LOVE YOU!" lanjut Ucup.

Fatur kembali ke depan. Cowok itu menyerahkan ember yang ia pegang pada Rizki. "Teman-teman, Duo Bangkong adalah  grup yang baru saja di buat hari kemarin. Tempatnya di rumah Daffa, yok tepuk tangan untuk Daffa," kata Fatur.

"EH TEPUK TANGAN LO PADA! YANG NGGAK TEPUK TANGAN PACAR GUE!" teriak Ucup.

Seisi kelas langsung bertepuk tangan heboh. Ada juga yang bersorak dan memukul-mukul meja.

"Dan selamat, kalian semua yang berada di sini, sekarang resmi menjadi Cubluk Lovers dan Bangkong budug," teriak Fatur heboh.

Seisi kelas terdiam. "YANG NGGAK--"

"HOREE!"

Ucup melongo. Sebegitu tidak maunya mereka menjadi pacar seorang Ucup yang memiliki wajah seperti Abun Sungkar ini?

"Gue tau gue ganteng. Kalian biasa aja teriaknya," kata Rizki.

"HUUUUU--"

BRAK

"SIAPA YANG BUAT KERIBUTAN?!"

Rizki, Ucup, dan Fatur langsung menolehkan pandangan mereka. Ketiganya terdiam. Ucup yang masih berdiri di kursi, perlahan turun dan tersenyum ke arah Pak Kumis yang sudah melotot ke arah mereka. "TUH PAK, SI FATUR, RIZKI, SAMA UCUP," adu salah satu siswi di sana.

Pak kumis meletakan tangannya di pinggang. "Ucup, jewer Rizki," titahnya.

Ucup menjewer telinga kiri Rizki. "Rizki jewer Fatur," ujarnya lagi.

Fatur menurut. "Fatur jewer Ucup."

"AAAA--" ketiganya memekik bersamaan kala jeweran Fatur yang begitu keras di telinga Ucup. Sontak saja Ucup mengeratkan jewerannya pada Rizki, begitupun Rizki pada Fatur.

"Masih mau berisik?"

"Nggak, Pak," jawab mereka bersamaan.

Hanin dan Daffa tertawa puas di bangku paling belakang. Untung saja dua remaja itu tidak ikut-ikutan. "Hanin!" panggil pak Kumis.

"Eh, iya, Pak? Kenapa?" tanya Hanin.

"Tumben nggak ikut. Biasanya udah kaya monyet yang lepas dari kandang kalo nggak ada guru," sindirnya.

Astaga, teganya, fikir Hanin.

"HAHAHAHA--" Seisi kelas tertawa mendengar ucapan pak Kumis. Sedangkan Hanin, gadis itu cemberut kesal. Bisa-bisanya ia di samakan dengan monyet.

Yang monyet kan Malik. Eh?

***

Dena, Hanin, dan Ivi duduk di meja kantin. Dena menggebrak meja dengan keras. "Nin, pokonya lo harus jagain Malik dari virus-virus pelakor. Lo tau? Masa cewek-cewek kelas gue pada ngomongin dia semua. Gue juga liat mereka pada nyimpen coklat di lokernya Malik," ujar Dena.

"Bodo amatlah. Dianya juga yang suka banget godain cewek lewat, ya jadi gitu tuh. Sebelas dua belas sama Rizki, Ucup," kesal Hanin.

"Kalau si Fatur kaya gitu, udah gue sungsebin dia ke sumur, Nin," ujarnya.

Ivi yang tengah memakan basonya, langsung tersedak. Ia memukul-mukul pundak Hanin. "Itu! Tuh si Malik liat, godain cewek tuh!" pekiknya heboh.

Mata Hanin memicing. Gadis itu beranjak, kakinya berjalan menuju ke arah di mana Malik tengah duduk di antara gadis-gadis yang tengah menatapnya juga.

"Malik, sama gue aja, yuk! Kok gemes banget sih," ujar salah satunya.

Hanin mengangkat sebelah alisnya. Gadis itu melipat kedua tangannya di dada. "Aku tau aku gemes. Makannya kamu suka. Kalau kamu suka aku, ya suka-suka kamu," jawab Malik.

Pipi milik Malik di cubit oleh dua remaja yang duduk di sampingnya. Hanin melotot gadis itu langsung menarik kerah seragam Malik. "Bagus, Lik. Bagus, makin sini makin jadi," sindir Hanin.

Malik memekik tertahan kala tubuhnya di seret paksa oleh Hanin. Astaga, bar-bar sekali gadis yang satu ini. Untung sayang.

Hanin menyuruh Malik duduk di tempatnya yang tadi. Gadis itu melotot ke arah Malik. "Kamu mah, nggak suka ah," kesal Hanin.

"Tapi aku mah suka," jawab Malik.

"Suka apa?!"

"Suka kamu," ujarnya seraya tertawa.

Dena dan Ivi menganga melihatnya. "Nah, Nin. Dia juga suka ngomong gitu ke anak-anak kelas gue," adu Ivi.

Malik melotot. Cowok itu memukul pelan lengan milik Ivi. "Bocor banget sih, Vi. Kan gue mah becanda," kesal Malik.

"Halah, becanda-becanda. Tapi kamu seneng, kan di cubit-cubit gitu?" tanya Hanin.

"Senenglah, orang sama dedek gemes," sahut Dena menyindir.

Malik menatap Hanin yang terlihat kesal. Cowok itu tersenyum, tangannya beralih meraih tangan milik Hanin dan di genggamnya. "Haninnya aku kalo marah makin cantik, ya?" tanya Malik.

"Rayuan-rayuan buaya darat. Jangan di dengerin, Nin," ujar Dena.

Malik menatap Dena sinis. "Gelud aja yok! Kesel gue liat muka lo lama-lama."

"Ayo! Siapa takut. Mau di mana? Serlok sekarang!" sahut Dena.

"Nanti malem di kamar gue ya!" seru Malik.

Hanin, Ivi, dan Dena memukul kepala Malik bersamaan. Malik mendesis pelan, "Salah lagi, kan, gue?" kesalnya.

"Ikan hiu makan garem, Rizki ganteng dateng temen-temen." Rizki langsung mendudukan tubuhnya di samping Ivi.

Tangannya perlahan merangkul bahu milik Ivi. "Hallo mantan, apa kabar? Baik-baik aja kan tanpa gue? Harus dong, mantan gue harus sehat selalu. Karna gue nggak mau punya mantan yang sakit-sakitan. Nanti mati, kalo lo mati, gue sedih."

Ivi melepas kasar rangkulan Rizki. "Hallo mantan. Gue kabar baik, nih. Lo kapan mati?" tanya Ivi kesal.

Fatur mengambil alih mangkuk baso milik Dena. Cowok itu langsung memakannya tanpa permisi. Dena yang kesal, langsung merebut makanannya kembali. "Beli sendiri! Katanya kaya, iya, kaya monyet," kesal Dena.

"Lo kaya monyet," jawab Fatur

"Heh! Muka lo kaya kadal," ujar Dena.

"Lo kaya gorila."

"Lo kaya setan."

Ucup dan Daffa diam. Begini kah rasanya menjadi Rizki? Di saat orang lain asik dengan pasangannya, mereka hanya bisa diam menyaksikan. "KAK HANA UCUP KANGEN!" pekik Ucup.

Daffa melirik Ucup sekilas. "Berisik lo cengcorang cina," kesal Daffa.

"Daff, lo nggak merasa sakit hati? Nggak merasa iri? Lo liat, mereka semua ada pasangannya, cuman kita, Daf! CUMAN KITA YANG NGGAK ADA!"

Seluruh siswa dan siswi yang berada di kantin langsung menatap ke arah Ucup. Seakan sadar dirinya di perhatikan, Ucup langsung menatap sekeliling. "Cie merhatiin Ucup. Suka kan kalian?" tudingnya.

"Temen kamu sinting, kaya kamu," bisik Malik.

"Heh!"

***

Malik pulang ke rumahnya. Cowok itu kaget saat membuka pintu langsung di suguhi Gina yang sudah duduk dengan majalah di tangannya. "Masih inget pulang?" tanya Gina.

"Kenapa? Takut? Itu kenapa bonyok-bonyok? Di pukulin warga?"

Malik diam, cowok itu langsung duduk di samping Gina dan memeluk Ibunya dari samping. "Mama kok Malik liat makin hari makin cantik aja sih?" tanya Malik.

"Jangan ngalihin pembicaraan." Gina meletakan majalahnya dengan kasar.

Ia menatap putra pertamanya yang masih memeluk dirinya. "Lik, Malik udah besar. Bentar lagi Malik ujian, jangan ikut-ikutan kaya Abang kamu si Devano," ujar Gina.

"Mama nggak pernah larang Malik gaul sama siapa aja. Asal Malik juga harus paham, harus tau batesan," katanya.

"Maaf, Ma ...."

Gina menghela nafasnya pelan. "Yaudah, kamu ganti baju, ajak Leo main. Mama mau ke resto ada urusan," ujar Gina.

Malik mengecup pipi Mamanya dengan sayang. "Oke, Ma! Malik mau ajak Leo pacaran sama Ara," katanya.

"MALIK!" teriak Gina.

Namun sayang, cowok itu sudah berlari menaiki anak tangga menuju ke kamarnya.

***

Malik turun dari dalam mobilnya bersama Leo. Saat hendak mengetuk pintu rumah Hanin, Nayya keluar dari dalam sana.

Gadis itu tersentak kaget saat mendapati Malik yang sudah berada di depannya. Dadanya langsung berdegup kencang.

Astaga, tidak, Nayya! Ini tidak boleh terjadi, katanya.

"Hanin ada?" tanya Malik.

"A-ada," jawab Nayya.

"Gugup banget, kenapa lo? Kaya liat setan aja," ujar Malik.

"Nggak kok! Gue nggak gugup, gue mau ... Gue mau pulang!" kata Nayya. Gadis itu langsung pergi begitu saja.

Malik mengernyit heran. Ada yang aneh dengan Nayya. Apa gadis itu takut pada Malik perihal coklat kemarin?

Apa Malik terlalu kasar kemarin? Ah ... Ia harus meminta maaf pada gadis itu. fikirnya.

"Abang, Aranya mana?" tanya Leo.

"Di rumahnya lah. Ngapain di sini? Mulung?" tanya Malik.

Leo terdiam. Pria kecil itu menganggukan kepalanya. "Oh, kalo kita dateng ke sini berarti namanya mulung?" simpul Leo.

"Terserah lo," jawab Malik kesal.

Malik langsung masuk ke dalam rumah Hanin di ikuti Leo. Kedua orang itu langsung mendapati Anneth, Hanin, dan juga Rios di sana. "Assalamu'alaikum calon mertua, Malik ganteng sejakat raya dateng nih," ujarnya pede.

Anneth langsung mengalihkan pandangannya. "Eh, Malik, Leo. Ngapain kesini? Pulang aja sana," kata Anneth.

"Ya Allah, teganya," balas Malik.

"Abang, kita ke sini mau mulung, kan?" tanya Leo.

Anneth membelak, begitupun dengan Hanin dan juga Malik. "Diem lo," kesal  Malik.

"AUNTY! KAKAK!"

"Ara jangan lari-lari," peringat Adel.

Ara--gadis kecil itu langsung duduk di samping Anneth. Ia memeluk Auntynya dengan sayang. "Eh, ada Leo juga."

"Cie Leo," goda Malik.

"Ara, Bang Malik bohong tau. Katanya perut Leo bakal buncit, buktinya ini masih datar-datar aja, kok," ujar Leo.

Ara mengangguk. "Iya, perut Ara juga nggak buncit. Nggak Hamil."

Adel dan Anneth membelakan mata mereka bersaman. "Ara!" tegurnya.

"Eh iya, mumpung ada Bang Malik. Ara pengen punya adik kaya Rios. Tapi, Mama nggak mau kasih," adunya.

Malik menganggukan kepalanya. "Terus?"

"Kata Leo bikin adik itu harus di kamar. Tapi Ara tiap hari di kamar nggak jadi-jadi. Ara tadinya mau ajak Leo bikin bareng-bareng, tapi kata kak Hanin nggak boleh."

Adel dan Anneth menatap Malik dengan mata yang memicing. Cowok itu menggaruk tengkuknya sendiri. Astaga, mengapa Leo bisa-bisanya berkata begitu pada Ara?

Memang, begonya sudah mendarah daging. "Bang Malik bikin ya sama Kak Hanin!"

Hanin, Malik, Anneth, dan Adel tersedak ludah mereka secara bersamaan. Astaga, mau di bawa kemana wajah Malik?

TBC

Holla!

Apa kabar?

Suka nggak sama ceritanya?

Ada yang ingin di sampaikan untuk

Hanin

Malik

Ara

Leo

Dena

Ivi

Rizki

Fatur

Ucup

Author

Dah sampai jumpa di part selanjutnya<3

Malik & Leo


Guys, follow RP Instagram kita yuk!

@hanind_mheswra. (Hanin)
@malikrezayn_. (Malik)
@daff.aprasetyo. (Daffa)
@fatur_mhndra. (Fatur)
@gisela_ivi. (Ivi)
@alfariza_ucup. (Ucup)
@hana_frhsy. (Hana)
@dena.andrianaaaa. (Dena)
@ana_andhina. (Ana)
@rizki.anshari_ (Rizki)
@Nayya_graceva.a. (Nayya)

Follow juga ; @Wattpadindah_. & @Octaviany_Indah.


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro