Extrapart 2

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hari demi hari, minggu demi minggu dan bulan demi bulan telah terlewati. Hanin dan Malik kini memutuskan untuk tinggal di rumah mereka sendiri. Tentunya, dengan Leo yang ikut tinggal bersama keduanya.

Awalnya Reno menentang perihal itu. Tapi Malik bilang, jika Leo tinggal bersama Reno Malik tidak menjamin anak itu tidak membuat masalah di rumahnya.

Hanin dengan perut yang sedikit membuncit itu menyandarkan kepalanya pada cowok SMP yang saat ini tengah sibuk dengan game onlinenya.

Sebenarnya beberapa hari ini Hanin terus menerus menepel pada Leo. Entah karna apa, yang jelas wanita hamil itu merasakan nyaman ketika berdekatan dengan adik iparnya itu. "Yang, sini dong. Ngapain sih deket-deket Leo mulu?"

"Abang bau," jawab Leo tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponsel.

Malik memicingkan matanya tak suka. "Lo ngapain sih di sini? Sana main. Biasanya juga nangkring di tempat Ara," kesal Malik.

"Berisik ah."

"Leo! Lo mau rebut Hanin dari gue? Asstagfirullah Leo. Lo jangan macem-macem ya! Kesenengan kan lo ditempelin sama isteri gue?"

"Gak denger pake helm," jawab Leo.

Hanin tertawa pelan. Wanita itu semakin menenggelamkan kepalanya pada bahu milik Leo. Malik merengek, pria itu langsung duduk di samping Hanin dan memeluk lengannya dengan kesal. "Hanin, di kamar aja yuk. Jangan deket-deket si Singa terus dong," kata Malik.

"Malik awas! Risih tau!" Hanin mendorong bahu suaminya itu dengan kesal.

"Mau ketemu baby, Hanin." Malik cemberut.

"Nggak ada!"

"Pengen usap-usap doang!"

"Nggak!"

"Haniiiiin," rengek Malik lagi.

Leo mengedikan bahunya jijik. Astaga, mengapa bisa Abangnya menjadi se-lebay itu?

"Apa lo?" tanya Malik kesal saat melihat Leo terang-terangan menatapnya jijik ke arah Malik.

Leo mengangkat bahunya acuh. "Malik! Jangan marahin Leo!" ujar Hanin.

"Hanin ayo di kamar, yuk! Kamu mah. Aku sore nanti ada manggung loh, emang kamu mau liat suami kamu yang ganteng ini kusut di depan orang banyak?" tanya Malik.

"Ganteng mah diakui," cibir Leo.

"Eh, diem lo!"

Hanin memukul lengan Malik kesal. Malik melotot, cowok itu refleks mengusap lengannya sendiri. "Galak banget sih," ujar Malik.

"Leo sana ke atas! Ganggu ketenangan orang aja lo. Main kek ke rumahnya Ara, atau ke siapa kek," kesal Malik.

Leo beranjak. Namun, sebelum benar-benar pergi, Leo menyempatkan diri mengecup puncak kepala Hanin. "LEO!" teriak Malik.

Yang diteriaki sudah naik ke atas kamarnya. Hanin tertawa, wanita itu langsung melingkarkan lengannya pada lengan Malik. "Jangan marah-marah terus," kata Hanin.

"Kamunya gitu!"

"Bebynya yang mau deket-deket Leo!" jawab Hanin tak terima.

"Aku gak mau ya anak aku mirip Leo! Dia harus mirip aku!" ujar Malik.

"Ya kamunya jangan marah-marah terus sama Leo," jawab Hanin.

Malik mendengkus kesal. Hanin mengusap rambut lebat milik suaminya itu dengan lembut. "Baby mau diusap Papanya," bisik Hanin.

Malik mengalihkan pandangannya. Sudut bibirnya perlahan terangkat. "Geseran," ujar Malik.

Hanin menggeser tubuhnya hingga ujung sofa. Malik merebahkan tubuhnya dengan paha Hanin yang dijadikan bantalan.

Pria itu menyingkap baju longgar yang Hanin pakai. Mengecup perut wanita itu dengan lembut. "Anak Papa mau adik gak?" tanya Malik.

"Heh!"

Yang di dalam perut saja belum lahir sudah menawarkan adik lagi. Memang ia kira bikin anak semudah bikin cilok?

"Aku ngomong sama anak aku. Bukan kamu," kata Malik.

Malik menggesek-gesekan hidungnya pada perut isterinya itu. Mengecupnya sesekali dengan tangan yang tak henti-hentinya mengusap dengan begitu lembut.

"Hanin nendang!" Mata cowok itu berbinar kala merasakan perut wanita itu bergerak.

Hanin tertawa pelan. Tangan wanita itu tak henti-hentinya mengusap rambut milik suaminya itu. "Hanin, Ya Allah aku gak sabar banget nunggu dia hadir," kata Malik.

"Sayang baik-baik di perut Mama, ya?" bisik Malik lagi.

Hanin hanya menggelengkan kepalanya pelan. Ia senang ketika melihat Malik antusias seperti ini.

Malik memang jarang di rumah karna cowok itu sibuk dengan karirnya. Tapi, di samping itu Malik selalu menyempatkan diri untuk bersama dengan Hanin.

Malik benar-benar berubah. Jika dulu pria itu adalah remaja yang labil, sekarang tidak lagi. Hanin senang karna pilihannya tak salah. Awalnya Hanin memang sedikit ragu untuk menerima pria itu lagi. Tapi, melihat kesungguhan pria itu beberapa tahun belakangan ini cukup membuat Hanin bersyukur bahwa pilihan yang ia ambil tidak salah.

"Aku sayang kamu."

***

Beberapa bulan kemudian ....

"Aaaaa ... Malik ... S-sakit!"

"Sebentar lagi, Sayang. Ayo!"

"Aaaaaa."

"Tarik nafas, Bu."

"Aaaaaa!"

Suara tangisan bayi terdengar. Malik yang masih menggenggam tangan Hanin, langsung tersenyum. Air matanya tanpa dia rasa terjatuh mengenai pipinya.

Sorot mata itu memancarkan sebuah kebahagiaan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Buah hatinya, lahir dengan begitu sehat.

Tidak, dia tidak sendiri. Mereka berdua. Malik tersenyum menatap Hanin, "Mereka lahir, Sayang," lirih Malik.

Pria itu mencium lamat kening milik Hanin. "Jenis kelaminnya perempuan dan laki-laki. Kami akan membersihkan mereka terlebih dahulu," ujar dokter.

Malik menganggukan kepalanya dan tersenyum. "Anak kita, Lik," ujar Hanin.

"Anak kita."

Beberapa menit kemudian, suster kembali dengan anak mereka yang sudah dibersihkan. Malik langsung menggendong salah satunya.

Suara adzan yang keluar dari mulut Malik terdengar begitu merdu diruangan ini.

Hanin terharu. Wanita itu tak henti-hentinya tersenyum.

Setelah selesai melantunkan adzan untuk dua anaknya, orang tua dan kerabat mereka masuk.

Dokter dan suster izin undur diri meninggalkan ruangan. "Ya Allah, kembar!" pekik Ara tanpa sadar.

Leo melotot. Cowok itu langsung membekap Ara dari arah belakang. "Jangan pelukan!" Devan melotot ke arah Leo dan juga Ara.

Leo meringis pelan. Cowok itu langsung memundurkan tubuhnya. "Yang tadi cuman bercanda, Om," kata Leo.

"Ara sini." Devan langsung menarik putri bungsunya itu ke dalam rangkulannya.

Leo mencibir pelan. Lagipula, Leo tak akan macam-macam dengan Ara. Mengapa Papa Ara galak sekali? Fikirnya.

"Yang cowok mirip sama Rios ya?" kata Anneth setelah menggendong cucu pertamanya itu.

Rios yang berdiri di samping Leo, langsung berjalan mendekat. "Heh! Lo kenapa copas muka gue?" tanya Rios.

Guntur melotot. Pria itu langsung menggendong putranya itu dengan gemas. "Papa bilang apa? Jangan ngomong lo gue, Rios," kata Guntur.

"Kakak juga gitu!"

"Kakak udah besar."

"Rios juga udah besar."

Guntur mengusap wajahnya dengan kasar. "Rios kalau minta apa-apa gak Papa kasih ya kalau masih kaya gitu," ujar Guntur.

"Iya, Pak. Nggak lagi."

Malik yang masih menggendong putrinya, langsung mengalihkan pandangannya pada Reno. Pria itu tersenyum kemudian menghampiri Papanya. "Pa, mau gendong?" tanya Malik.

"Boleh?" tanya Reno.

"Ini kan cucu Papa," jawab Malik seraya tersenyum.

Reno mengambil alih cucunya dari Malik. Raut wajahnya seketika berubah menjadi cerah.

Seburuk apapun masa lalu Malik dengan Reno, Reno tetap Papanya. Dari satu kesalahan yang Reno buat, Malik masih ingat dengan seribu kebaikan yang Reno berikan. Itulah sebabnya mengapa Malik memilih berdamai dengan rasa dendamnya.

Karna Malik juga yakin, jika ia melanjutkan peran dinginnya dengan Reno, Mamanya pasti sedih di alam sana.

"Namanya siapa?" tanya Reno.

"Kalau Papa mau, Papa boleh namain anak Malik," kata Malik.

Reno terdiam beberapa saat. "Ayla. Ayla Putri Rezayn," ujar Reno.

Malik membalikan badannya menatap Hanin. Wanita itu tersenyum dan menganggukan kepalanya pelan. "Mama mau namain cucu Mama yang ini. Kenzie Putra Rezayn. Gimana? Kulitnya bersih soalnya," sahut Anneth.

Malik memilih menganggukan kepalanya. Semoga dengan hadirnya mereka, hubungan Malik dan Papanya kian membaik.

Dan, inilah akhir kisah mereka. Dari sekian banyak tantangan dan konflik yang mereka hadapi, mereka akhirnya bersatu.

Tapi, kehidupan mereka tidak sampai di sini, masih banyak tantangan yang harus mereka hadapi dikehidupannya yang baru.

Yaitu, menjadi orang tua di usia mereka yang masih terbilang muda.

Selesai

Sampai jumpa di cerita selanjutnya!

Terimakasih sudah bersedia menemani Indah dari awal sampai akhir. Gak nyangka banget ceritanya Hanin sama Malik udah selesai ajaTT

Btw, kita masih bisa ketemu di ceritanya Rizki (Receh Boy) sama Daffa (Andafa) ya!

Buat yang tanya,
:- kak, di sana Hanin udah nikah atau nggak?

A: nggak dong, kan itu ceritanya Rizki sama dafa. Jadi ikutin alur yang ada. Artinya, di sana mereka masih ada di masa-masa SMA ya!

Buat yang mau pesen novel Dari Hanin untuk Malik masih bisa pesen lewat penerbit ya!<3

See u<3

Btw di part berikutnya aku mau sedikit spoiler tentang cerita Leo!<3

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro