[4] Erotéftike - Yuecha

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Judul: Erotéftike

Penulis: Yuecha

Wattpad Id: Yuecha

Genre: Fantasi

Jumlah Part: 12 + Prakata

Status: On going

Last Update: 29 Juli 2018

Blurb:

Apa yang akan kau lakukan jika kau yang tidak bersalah tiba-tiba diputuskan untuk masuk ke Neraka?

Cavia, gadis biasa yang koma sejak berumur tujuh tahun. Kehidupannya yang sudah mencapai 22 tahun, diakhiri begitu saja oleh keluarganya.

Dan karena ia tidak memiliki cukup banyak poin kebaikan atau pun kejahatan. Dewa dunia bawah memutuskan untuk menghidupkannya kembali menjadi manusia dunia bawah. Walaupun semuanya tidak berjalan lancar.

Hari-hari Cavia pun dimulai, pertemuan yang tak terduga atau pun tentang perasaan cinta monyet Cavia.


***


HASIL REVIEW

Blurb:

Blurb-nya memaparkan garis besar cerita, tetapi hanya sekilas. Tidak jelas apa konflik atau inciting incident utama yang akan terjadi, dan tidak ada kalimat di blurb yang cukup jelas untuk menjelaskan motivasi karakter utama. Kita pertama dibawa dari kematian karakter utama, lalu kebangkitannya dari kematian, dan berakhir dengan sebuah cinta monyet—sebuah rangkaian kejadian acak yang membuktikan plot utamanya meluber ke mana-mana dan memburamkan fokusnya. Singkatnya pembaca tidak bisa menangkap maksud global dari cerita ini. Struktur kalimatnya terpotong-potong dan tidak runtut. Ditambah, kalimat terakhir yang semestinya menjadi pamungkas dan hook, menjadikan impresi pertama blurb cerita ini sebagai blurb yang mengambang.

Sehingga, kami masih bingung ide pokok cerita ini, apakah cerita seorang gadis yang mencari cinta setelah dibangkitkan dari kematian, ataukah cerita tentang perjalanan yang mencari sesuatu hal.

Karakterisasi/Penokohan dan Plot/Alur:

Ketika membahas plot dan alur pastilah karakterisasi tokoh juga berdampingan. Bahkan peletakan tanda baca termasuk kaidah EBI sangat mempengarui persepsi dalam penilaian plot/alur cerita.

Dari lima chapter pertamanya, kami melihat lebih dari sepuluh kesalahan tanda baca dan EBI di sana. Dan seakan audience tidak diberi istirahat sejenak, tidak ada worldbuilding yang berarti (sangat lemah) di sini. Deskripsi fisik tentang Kerberos, Thanatos, Hades, dan Dunia Bawah Tanah begitu minim sehingga terkesan kurang imajinatif. Kemudian, struktur kalimatnya yang tidak efisien, dan penggunaan konjungsi di beberapa awal kalimat sebagai kalimat induk yang justru membuat flow-nya putus-putus. Seringnya kekeliruan dalam penggunaan action tag yang seharusnya di awal kalimat menggunakan huruf kapital. Juga, beberapa struktur kalimat masih banyak yang tidak lengkap tanpa adanya subjek. Seperti kalimat tersebut tidak menerangkan dengan jelas maksud adegan atau kejadian yang berlangsung.

Termasuk efisiensi penggunaan plot perlu dipikirkan lebih lagi. Seperti, ketika penulis menulis di chapter 5 kalau Cavia adalah seseorang yang naif dan kekanak-kanakan. Padahal di paragraf-paragraf berikutnya, ada lebih dari 2 bukti kalau dia itu naif. Contohnya interaksi Cavia dengan makhluk tak dikenal (Kharon, saudara dari Thanatos) dan menganggapnya orang baik. Jadi, mengapa harus pakai tell ke pembaca kalau akhirnya juga di-show lewat aksi dan dialog-nya? Jika showing sudah menunjukkan bagaimana tabiat si tokoh, alangkah lebih praktis plot ceritanya untuk diisi ke plot selanjutnya agar tidak melakukan repetisi informasi yang bertele-tele.

Serta kami menangkap bahwa motivasi Thanatos meracuni Hades kurang kuat, untuk apa? Ditambah menggunakan Cavia sebagai pionnya. Seolah karakter antagonis yang dibuat penulis belumlah tergali dalam hingga menimbulkan simpatik pada pembaca. Masih tampak antagonis stereotip atau tempelan, jahat ya jahat begitu saja tanpa ada penyebabnya.

Dari chapter pertama hingga kelima, kami menangkap garis besarnya: plot yang menggerakkan cerita dan mengontrol karakterisasi tokoh seperti wayang. Sehingga pengembangan karakter tokoh itu sendiri belum tergalikan, selain lebih banyak menggunakan telling daripada show. Minimnya deskripsi situasi juga mempengaruhi lemahnya pembentukan latar untuk memperkenalkan pembaca. Sehingga pembaca tidak bisa masuk seluruhnya ke dalam cerita. Beberapa konfrontasi dan konversasi juga terasa awkward sekali—tidak natural.

Dan, di chapter lima, membuat kami bertanya-tanya bagaimana Thanatos bisa tahu kalau kakak Cavia bisa ketemu dengan Cavia, dan kenapa tidak ada reaksi yang signifikan dari kedua belah pihak.

Tokoh Hades hanya tampak seperti background character yang tipikal sekali tempel. Literally, tidak ada development untuk chapters selanjutnya. Khususnya si tokoh utama belum memiliki impresi kuat terhadap karakterisasinya. Meskipun memiliki sifat naïf.

Oh ya, ada sayangnya pada penjelasan di Bab Trivia si Penulis yang seharusnya bisa dimasuki ke deskripsi si tokoh dalam cerita berlangsung. Seperti kekhasan gaun victorian, yang bahkan saya malah membayangkan gaun Vernon hanya jubah selendang asal menutup properti vital ala Yunani. Termasuk deskripsi asal-usulnya sebagai pengenalan tokoh ke pembaca. Jadi, Bab Trivia ini justru penting yang harus dimasukan ke dalam plotting cerita sebagai worldbuilding, tapi malah dipisah.

Sekali lagi, plot ceritanya yang suka mendadak sontak membuat kami sebagai pembaca suka gelagapan. Tahu-tahu saja tokoh ini tahu yang seharusnya menjadi rahasia tokoh lain biar cerita ini lebih membuat penasaran. Kayak kontrak yang dilakukan Thanatos langsung diketahui oleh Hades dalam sekejam mata, tanpa penjelasan tahu dari mana. Lalu kakak Cavia yang tahu dari mana dengan minuman memabukannya Hades?

Untuk keluar masuk jantung Dunia Bawah dengan semudah itu adalah sebuah kejanggalan yang obvious. Tidak ada feel sama sekali yang bisa ditangkap bahkan ketika konfliknya menanjak. Surely tho, Cavia hanya jadi tukang lempar-lempar yang useless. Dan dari mana ada perban yang bisa serta-merta memulihkan dan menyembuhkan Kharon? Ya, saya tahu kalau mungkin perban itu dari Vernon, but seriously? Bukannya mereka sudah jadi inhabitant dunia bawah? Masih bisa dibunuh juga untuk berkali-kali?

Sangat disayangkan sekali pada bagian trivia banyak detail yang bisa digunakan untuk memperkaya deskripsi, but no, instead it's being separated from its main plot.

Maka dari itu, kami jadi bertanya-tanya apa motivasi Thanatos sampai kebelet mendapatkan Cavia?—seolah-olah dia adalah reinkarnasi Mary Sue yang semua orang incar.

Sudut Pandang:

Mengambil sudut pandang ketiga terbatas bercampur serba tahu. Namun, perpindahan sudut pandangnya juga masih kurang runtut dari tokoh ke satu ke tokoh lain, termasuk ke sudut pandang penulis sebagai narator serba tahu dan terbatas.

Sekian review dari kami, mohon maaf jika ada hal yang kurang berkenan dari kami.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro