Bab 3 { Entering The Circle Of Fire }

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hembusan angin yang cukup kencang hari itu, membuat semua lonceng yang ada di kuil Minami no Aki berdentang kencang. Beberapa anak kecil penjaga kuil itu nampak berlarian kesana kemari, saling mengejar satu sama lain.

Keadaan di sana terlihat biasa saja, tidak sekacau yang di jelaskan Sasuke semalam. Saat ia melangkah menuruni tangga kuil, anak-anak itu seketika terdiam dan menatap ke arahnya.

"Anda datang untuk mencari seseorang atau untuk berdo'a nona?" Ucap sebuah suara yang membuat langkahnya terhenti.

Manik emeraldnya kini menangkap sesosok pria berambut merah muda sama sepertinya, tengah bersandar pada pohon yang berada di pintu masuk kuil, "A ... Aku ... Aku rekan dari Uchiha Sasuke yang di tugaskan menelusuri kejadian pencurian kemarin,"

"Siapa namamu?"

"Sakura. Haruno Sakura,"

Pria itu seketika berdiri dengan tatapan tak percaya padanya, "Anda? Anda Haruno Sakura?"

"Nee, kenapa kau bertanya seperti itu?"

"Anda lebih cantik di era ini," ucapnya membuat gadis musim semi itu mengernyit tak mengerti, "Ah lupakan saja. Ayo kita masuk kaa ... Uhmm Nyonya Sakura,"

"Apa aku terlihat tua hingga kau memanggilku seperti itu?"

"Gomen-nee, saya sangat terkejut jadi salah bicara,"

Sakura pun hanya menjawab dengan anggukan dan mulai mengikutinya perlahan juga penuh kehati-hatian, karena pria ini terasa mencurigakan dan aneh. Tak lama mereka tiba di lantai paling bawah kuil, sang gadis musim semi nampak ternganga tak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini.

Di bawah kuil itu ternyata ada sebuah gua besar dengan batuan kristal berwarna-warni juga bercahaya yang terpatri di setiap sisi gua itu.

"Wuff!"

Sebuah gonggongan keras di hadapannya membuat Sakura tersentak kaget. Seekor serigala putih besar dengan mata hitam yang menyeramkan membuat Sakura segera mundur ke belakang punggung pria itu.

"Hehe tidak apa nona. Dia serigala penjaga di sini," ucapnya sembari mendekati hewan itu dan mengusap kepalanya, "Dia memiliki nama. Jika anda bisa menebaknya saya berjanji akan selalu datang membantu anda kapanpun,"

"Kenapa kau menjanjikan hal seperti itu pada orang asing? Kau itu penjaga kuil ini kan? Seharusnya kau berhati-hati juga waspada seperti yang lain bukannya bertindak ceroboh seperti ini," omelnya membuat pria itu tersenyum sembari menatapnya dan membuat sebuah perasaan aneh hinggap pada hati sang gadis musim semi.

"Omong-omong, siapa namamu? Kau pastinya baru di angkat jadi anggota kuil ini ya?"

"Nama saya? Apakah penting nona?"

"Ya, jika terjadi apa-apa denganku atau serigalamu melukaiku maka aku bisa memasukan namamu ke kotak hitam daimyo," ucapnya membuat pria itu terkekeh.

"Baiklah, demi ketenangan anda saya akan menyebutkannya. Perkenalkan saya adalah Saga,"

"Saga? Aku belum pernah mendengar nama itu, dari klan mana kau berasal atau siapa orang tuamu?"

"Itu tidak penting, sekarang mari kita masuk," elaknya membuat Sakura semakin curiga.

Bersama dengan serigala itu mereka mulai memasuki gua. Para prajurit yang berjaga di sana semuanya berpakaian serba putih dan memakai topeng naga emas. Setiap sudut nampak di jaga dengan ketat dan membuat Sakura keheranan, kenapa bisa batu suci itu di curi dengan mudah padahal penjagaan begitu kuat.

Beberapa menit kemudian mereka tiba di sebuah aula kosong yang begitu luas juga besar. Bahkan bisa di bilang ruangan itu seperti ruangan cermin. Saga tiba-tiba terhenti di tengah ruangan lalu berlutut dan mengucapkan sesuatu yang tak Sakura mengerti.

Tiba-tiba saat Saga kembali berdiri, ruangan itu mulai menggelap dan hanya cahaya dari batuan kristal biru yang mulai bermunculan, menerangi mereka. Lantai yang tadi di sentuh oleh Saga kini nampak perlahan terbuka dan memunculkan sebuah altar persembahan dengan sebuah mangkuk kristal yang nampak kosong.

"Ini adalah tempat batu suci itu, tolong jangan di sentuh karena ada sidik jari pelaku pencurian di sana,"

"Penjagaan di sini sangat ketat. Bagaimana bisa pencuri itu lolos?"

"Mereka berkelompok dan bukan shinobi biasa. Hanya orang-orang yang di anugerahi kekuatan besar yang bisa menembus pertahanan keamanan di sini,"

"Seperti siapa?"

"Penjahat di era ini tidak sekuat akatsuki. Jadi dugaan kami adalah Daimyo, kage atau para Sannin,"

"Apakah yang di katakan Sasuke benar kalau seorang pria berambut perak yang mengambilnya?"

"Kami akan mulai memeriksa sidik jari di sini juga beberapa barang bukti di tangan Otou-Sama, lusa nanti. Sampai saat itu, tuduhan kami tertuju pada pria berambut perak itu,"

"Jika pelakunya belum di temukan?"

"Maka Otou-Sama yang akan di hukum mati,"

"Otou-Sama? Siapa itu?"

"Kazekage-Sabaku no Gaara," ucapnya membuat Sakura tersentak kaget, "Kami memanggilnya seperti itu karena beliau adalah kepala penjaga batu suci ini,"

"Berapa waktu yang di butuhkan untuk mendapatkan hasilnya?"

"Entah, mungkin sekitar tiga minggu,"

Sakura seketika terduduk lemas mendengarnya, tinggal beberapa minggu lagi hasil akhirnya akan di tentukan. Tapi Kakashi maupun Gaara nampak tenang-tenang saja seolah tak melihat tiang pancung di hadapannya.

Saga seketika panik melihat kondisi Sakura yang nampak terengah-engah, karena begitu syok. Ia pun segera mendekat dan terus menyadarkannya dari lamunan. Hingga gadis itu menoleh dan menatapnya dengan berkaca-kaca, "Apakah hukuman itu tidak bisa di ringankan?"

"Peraturannya sudah jelas, maka dari itu saya kembali untuk menguatkan juga membantu anda dalam menghadapi masalah ini,"

Gadis musim semi itu mulai terisak mendengarnya, "Jika memang seperti itu. Apa kau punya solusi untuk masalah ini Saga?"

"Jika anda ingin menyelamatkan Otou-Sama maka anda cukup diam saja. Tapi jika anda ingin menyelamatkan pria perak itu maka nikahi dia. Hanya itu jalannya. Sebagai penjaga batu suci Otou-Sama hanya akan di jatuhi hukuman cambuk 100x dan pengasingan selama dua tahun saja. Tapi bagi pelaku pencuriannya hukuman mati tetap berlangsung,"

Sakura kini semakin lemas mendengarnya, ia kini benar-benar bingung tidak tahu harus membela siapa karena kedua pria itu begitu penting baginya.

"Anda tidak perlu khawatir. Semuanya akan baik-baik saja. Anda hanya perlu percaya pada otou-sama," ucapnya namun Sakura tak mendengar karena terus berfokus memikirkan para pria menyebalkan itu.

****

Satu minggu kemudian.

Tok ... Tok ...

"Masuklah," ucap Sakura yang nampak begitu fokus menulis pekerjaannya dan tak melirik sedikitpun pada sosok pria berambut merah yang berdiri di ambang pintu ruangannya.

"Apa kau sibuk?" Tanya Gaara sembari perlahan mendekat, lalu duduk pada kursi di seberang mejanya.

"Hmm, seperti yang kau lihat,"

Pria merah itu seketika mengernyit saat menatap Sakura yang terasa mencoba memberi jarak padanya. Sembari tersenyum tipis ia menggenggam tangan kirinya lalu mengecupnya dengan lembut, "Kau nampak lelah, apa kau mau berjalan-jalan sebentar?"

"Tidak, perkerjaanku masih banyak. Ada apa? Tak biasanya kau mengunjungiku tanpa pemberitahuan,"

"Karena aku sangat merindukanmu,"

Trak!

Sakura tiba-tiba meletakan penanya dengan kencang hingga membuat pria itu sedikit terkejut dan semakin merasa aneh karena gadis musim semi itu malah kembali berkutat pada pekerjaannya, "Bohong,"

"Apa aku pernah berbohong? Sudah hampir satu minggu kita tidak bertemu walau berada di desa yang sama. Apa kau tidak merindukanku juga?"

Sakura nampak tak menjawab apapun, ia pun bangkit berdiri sembari mengambil beberapa berkas dokumen yang baru selesai ia catat. Gaara yang tak bisa lagi menahan rasa penasarannya pun segera menggenggam tangannya dan menarik sang gadis musim semi dalam pelukannya.

"Gaara, lepaskan. Tidak baik jika ada yang melihat," omelnya.

"Biasanya kau juga seperti ini saat aku bekerja. Apa aku tidak boleh melakukan hal yang sama?"

Sakura kini tak memberontak lagi setelah Gaara mengatakan hal itu dan lebih memilih menatap ke arah lain, "Ada apa? Kenapa kau terlihat terus menghindar dariku? Apa aku berbuat salah?"

"Seorang kazekage tidak pernah berbuat salah, apalagi berbohong. Jadi tolong lepaskan, aku masih banyak pekerjaan,"

"Kenapa kau memanggilku dengan formal Sakura? Sebenarnya ada apa? Jika kau punya masalah denganku tolong katakan. Jangan buat aku bingung,"

Sang gadis musim semi nampak menghela pelan lalu bertopang dagu di meja, "Seberapa penting diriku, bagimu Gaara-kun?"

"Kau begitu penting, kau juga tahu aku selalu mengutamakan dirimu di atas segalanya. Kenapa kau bertanya seperti itu?"

"Apa alasanmu merahasiakan semua misi juga masalahmu seorang diri juga karena aku?"

Gaara kini semakin menatap Sakura dengan penasaran sekaligus khawatir, "Kita selalu merundingkannya bersama,"

"Tapi masalah sekarang kau tidak merundingkannya denganku!" Ucap gadis musim semi itu dengan cukup kencang hingga menyentak kaget sang kazekage, "Hilangnya batu suci di kuil Minami no Aki. Pemalsuan kematian Itachi-kun. Bangkitnya anbu hitam yang lebih parah dari anbu root di masa lalu juga tuduhan-tuduhan mematikan diantara para kage. Hukuman mati dari pihak kuil. Kenapa kau merahasiakan masalah sebesar itu! Apa kau tidak memiliki rasa percaya padaku? Atau apa aku begitu bodoh hingga kau tak mau merundingkannya denganku?"

Gaara pun menghela pelan mendengarnya, lalu memeluk sang gadis musim semi yang mulai terisak, "Gomen-nee. Bukannya aku tidak mau mengatakannya, tapi aku bahkan tidak tahu harus bagaimana untuk menjelaskannya. Ada beberapa orang yang kau sayangi yang di duga terlibat dalam masalah kali ini dan aku tidak mau hubungan kalian hancur saat aku mengatakannya,"

"Aku bukan anak kecil lagi Gaara. Aku tidak akan memutuskan hubungan hanya karena sebuah masalah,"

Sang kazekage seketika terdiam mendengar penjelasannya dan memilih untuk tak menjawab apapun, karena khawatir akan semakin memperkeruh keadaan. Setelah beberapa saat akhirnya Sakura berhenti menangis, pria merah itu terus mengusap lembut punggungnya hingga ia sedikit tenang.

Sembari menunggunya Gaara memanggil Shukaku dan menyuruhnya membawa beberapa barang ke meja sang gadis musim semi. Tak lama tanuki itu kembali dengan beberapa dokumen, lilin, kunai berwarna biru juga gulungan kertas aneh.

Shukaku juga segera menutup sekaligus menyegel jendela beserta pintu di sana agar tak ada yang mendengar percakapan mereka. Gaara mulai menunjukan semua surat kontrak yang di tandatangai oleh Sasuke juga Itachi yang diam-diam sudah berpindah kewarganegaraan, menjadi warga Sunagakure untuk keamanan misi penyelidikan yang sedang mereka jalani.

Kepindahan status kedua Uchiha bersaudara itu juga bukan semata-mata untuk misi. Mereka ternyata melakukannya untuk membayar jasa Gaara yang sudah membeli juga merebut wilayah Uchiha yang di gadaikan diam-diam oleh Kakashi pada desa Kumogakure.

Sang gadis musim semi kini menyentuh sebuah kunai berwarna biru gelap yang hanya ada satu di dunia ini, karena kunai itu merupakan senjata turun temurun dari klan Hatake selain sebuah belati. Gaara pun menceritakan bagaimana anbunya menemukan senjata itu saat insiden pencurian batu suci di kuil dan membuat tangan sang gadis musim semi gemetar menahan amarah juga kekecewaan pada mantan senseinya itu.

Gaara perlahan berdiri, lalu menyalakan lilin di mejanya. Ia nampak menggelar gulungan dokumen kuno kosong itu sembari menyayat telapak tangannya hingga beberapa tetes darah membasahi gulungan itu.

Gaara pun segera mengangkat dokumen kuno itu di atas lilin dan beberapa tulisan asing mulai bermunculan di sana. Perlahan pria merah itu membacakan semua tulisan kuno itu yang ternyata berisi tentang kutukan mengerikan, terbalut ilusi yang menyenangkan dari batu suci itu jika terkena cahaya bulan purnama.

Sang gadis musim semi seketika bergidik ngeri mendengarnya. Setelah Gaara menjelasakannya, tulisan-tulisan pada kertas itu seketika menghilang juga luka pada telapak tangan pria merah itu jug menghilang tak berbekas dan membuat Sakura mengernyit keheranan.

Jentikan jari dari Gaara kini membuat semua benda itu menghilang. Pintu beserta jendela di sana juga seketika terbuka. Pria merah itu kini berlutut di hadapannya sembari menggenggam tangannya, "Kau tidak perlu khawatir. Aku akan segera menyelesaikan semua masalah ini secepat mungkin," ucapnya namun Sakura tiba-tiba menundukan wajahnya sembari menggeleng pelan.

"Bagaimana kau bisa mengatasi masalah sebesar dan sesensitif seperti ini seorang diri, Gaara? Aku akan membantumu,"

"Tidak, kau cukup tahu saja Sakura. Aku tidak bisa melibatkanmu,"

"Bagaimana cara kau melakukannya? Dengan mengandalkan Itachi dan Sasuke saja tidak cukup. Kau butuh orang yang benar-benar dekat dengan Kakashi,"

"Temari bisa membujuk Shikamaru,"

"Shikamaru tidak cukup dekat dengan Kakashi sekalipun ia tangan kanannya. Hanya aku yang sangat dekat dengan Kakashi jadi tolong izinkan aku membantumu," ucapnya namun Gaara segera berdiri dan melepas tangannya, "Sekalipun dia dekat denganmu, pria itu takkan langsung mengatakan rahasianya, Sakura. Bagaimana kau akan mengorek informasi darinya?"

"Kakashi sangat mencintaiku, aku bisa memanfaatkan perasaannya itu,"

Gaara seketika terbelalak mendengar penjelasannya dan langsung berbalik memunggunginya dengan tangan yang semakin terkepal erat, "Itu hanya akan menimbulkan masalah juga kebencian baru Sakura. Sudah, tolong jangan fikirkan lagi masalah ini. Biar aku yang menyelesaikannya," ucapnya sembari berjalan pergi namun Sakura segera menahan tangannya.

"Aku mohon Gaara. Izinkan aku membantumu,"

Sang pria merah yang tidak tahan mendengar tangisnya pun berbalik dan langsung memeluknya. Dengan lembut ia membelai rambutnya sembari menatap tajam ke arah jendela dimana Sasuke tengah bersembunyi di sisi dinding jendela, "Aku akan memikirkannya. Jadi tolong jangan menangis lagi. Itu sangat menyakitiku,"

Sakura pun menganguk dalam dekapannya sembari menyeka pipinya. Sunggingan senyuman kini terlukis pada bibirnya, ia sangat senang bisa membantunya sekalipun ini akan menjadi hal yang sangat sulit juga menyakitkan.

*****

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro