03. Wedding Day 💍

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

💕Happy-Reading💕

And after all this time
You're still the one I love
💍💍💍


Semerbak wangi bunga krisantemun yang berpadu dengan aroma khas mawar putih meruak di udara. Menebarkan keharuman manis di taman Epicentrum Navagraha Superblok milik keluarga Jayachandra yang dijadikan outdoor venue untuk untuk melangsungkan akad nikah.

Keindahan konsep garden party dengan dekorasi bertema vintage menampilkan kesan mewah nan elegan di taman yang terletak pada kawasan elit tersebut.

Floral gate berdiri menyambut di gerbang utama. Karangan bunga warna-warni terpusat pada wedding stage dan tersebar di berbagai sudut. Bebarapa dirangkai sedemikian rupa pada batang pohon, terjalin dengan pilinan tirai berwarna rose lembut yang jatuh menjuntai membingkai jalur pengantin. Dahan-dahan yang menjorok dijadikan tempat untuk menggantung lentera kuno dan lilin dalam sukulen, sedang tiang-tiang besi menyanggah kerangka yang dipergunakan untuk menyampirkan lampu-lampu kecil dalam kristal kaca.

Di pojok kiri taman, terdapat gazebo yang dikelilingi standing flower sebagai tempat melangsungkan akad. Di seberangnya ada photoboot dengan ikon mobil antik dan loop wedding. Latarnya terbuat dari selongsong kayu berserat kasar, terkesan rustic dan alami.

Bangku untuk para tamu tersusun rapi di tribun tengah, memisahkan dua meja hidangan pada bagian kanan dan kiri taman. Di sekitarnya terdapat tempat duduk alternatif dari dari batang pohon yang disusun acak. Panggung pelaminan melingkar pada bagian depan dengan undakan tangga di kedua bagian, masing-masing mengarah pada meja VIP untuk keluarga mempelai laki-laki dan perempuan.

Adya dan Kyara berdiri dengan anggun di pelaminan. Keduanya tampak sangat serasi. Kyara mengenakan gaun semi-modern glamor berwarna coklat keemasan, kombinasi brokat prada dan bordiran kain tile. Rambutnya yang tergerai indah dihiasi mahkota bunga. Adapun Adya tidak kalah menawan dalam setelan jas bermotif dengan warna yang senada.

Lantunan lagu Shania Twain yang dibawakan Dara menciptakan melodi yang membuat orang-orang larut dalam harmoni. Kaisar duduk di sampingnya dan mengiringi dengan gitar. Kabarnya wedding singer mengalami sedikit masalah sehingga Dara menggantikan untuk sementara. Kyara maklum saja, Dara memang memiliki bakat bernyanyi sejak kecil. Namun keberadaan Kaisar sebagai pengiring untuknya, Kyara tidak tahu-menahu. Yang pasti, ia berhutang jasa pada keduanya.

You're still the one I run to
The one that I belongs to
You're still the one I want for life

Kyara menarik napas dalam-dalam. Menghidu harum bunga beserta haru haru-biru yang mengangkasa. Butuh beberapa waktu untuk mencerna perasaan campur aduk yang membuatnya sesak hingga air matanya menggenang di pelupuk.

Dalam hitungan sekian detik yang lalu, ia dan Adya sah menjadi suami-istri. Rasanya terlalu singkat dan luar biasa. Bagaimana sebaris kalimat dalam sebuah sumpah bisa meleburkan dua hati menjadi satu jiwa, menyambung ikatan darah, dan menyucikan raga mereka untuk bersatu.

Di sebelah Kyara, Adya berdiri tegak tak kalah syok. Bila hari-hari kemarin ia kesulitan tidur, maka tadi malam matanya tidak mampu terpejam sama sekali. Meski tidak berminat dan menganggap pernikahan ini sebagai batu loncatan semata, pada kenyatannya Adya tidak bisa menghindarkan dirinya dari rasa gugup. Jantungnya nyaris meledak saat prosesi akad berlangsung. Bagaimana lidahnya keluh saat menyebut nama Kyara dalam ikrarnya, bagaimana tangannya yang refleks meraih bahu Kyara dan memberinya kecupan singkat di dahi setelah bertukar cincin, semua terasa ajaib dan terjadi secara naluriah.

You're still the one that I love
The only one I dream of
You're still the one I kiss good night

Bendungan air mata Kyara akhirnya runtuh saat melihat ayah dan ibunya tersenyum. Di samping mereka berdiri Keyva, putra pertama keluarga Jayachandra yang didampingi Zelina, istrinya. Miza, sang putri pertama duduk di pangkuan Keyva sambil melambai-lambai pada Kyara dan Adya.

Sulit sekali bagi Kyara untuk memisahkan diri dengan keluarganya yang hangat. Bahkan di waktu luangnya sekarang, ia tidak lagi bebas mengikuti ayah dan ibunya keliling kota di berbagai negara. Kebiasaannya dulu sebelum fokus di pendidikan dan karir. Pun untuk mengunjungi Keyva dan Zelina di Canberra yang hanya butuh waktu sekitar tiga setengah jam dari universitasnya.

Sekilas Kyara teringat pada rekan-rekan tim peneliti seangkatannya. Artikel yang mereka susun dari 6 bulan penelitian telah lolos terbit kemarin. Kyara bisa membayangkan euforia teman-temannya yang bekerja keras setiap hari.

Subuh tadi Stella yang menjadi teman dekatnya di Sidney sekaligus penanggungjawab laboratorium mengirimkan file artikel yang memuat namanya sebagai ketua peneliti di halaman utama. Sebelum akad berlangsung, teman-teman kuliahnya juga melakukan panggilan video. Di antara ucapan selamat dan doa-doa baik dari mereka, masih tersemat kata-kata yang menyayangkan keputusannya untuk mengundurkan diri dari promosi program doktorat.

Kyara tidak tersinggung dengan itu. Sebagian kecil dari hatinya pun masih berkabung. Laboratorium adalah tempat favorit kedua baginya, setelah alam terbuka. Namun, Kyara sama sekali tidak menyesali keputusannya. Adya adalah impian yang dengan sangat tidak terduga dikabulkan Tuhan, dan sekarang mereka telah mengikat ikrar atas nama-Nya.

"Ada apa?" Adya menghadap pada Kyara yang terisak, bahunya sampai bergetar menahan suara.

Kyara menggeleng singkat. Punggung tangannya digunakan untuk mengusap air mata dengan pelan.

Adya menghela napas. Tidak butuh waktu banyak baginya untuk menyadari bahwa Kyara tengah memikirkan ayah dan ibunya. Adya berulang kali mendapati Kyara menatap ke tribun kanan tempat keluarga besarnya berkumpul saat ia mencuri pandang ke arah istrinya dengan keindahan paras yang tidak bisa didustakan itu.

Mungkin benar, Kyara adalah putri bungsu yang manja. Namun dari tangisan harunya saat menyalami kedua orang tuanya setelah akad tadi, Adya tahu ia benar-benar anak yang berbakti.

Perempuan memang lebih sensitif untuk urusan pernikahan, terutama karena keharusannya mengikut kepada sang suami. Seperti itu pula yang dikatakan Kaisar sewaktu menghibur Adya pada hari-hari mendebarkan menjelang pernikahannya.

Adya tidak terlalu menanggapi Kaisar yang sangat percaya diri seolah sudah berpengalaman, padahal dirinya sendiri sudah lama menjomblo. Meski demikian, Adya merasa sedikit lega. Setidaknya resah-gelisahnya tidak hanya berpihak sebelah. Dan tangisan Kyara sekarang membuktikan itu.

Entah dorongan dari mana, Adya merentangkan tangan, merangkup tubuh Kyara dan mengelus pelan lengan kecilnya. Mungkin untuk menenangkan, atau mungkin pula untuk menguatkan istrinya itu untuk hari-hari mereka ke depan yang ia pastikan tidak akan mudah.

Dari sudut mata Adya bisa melihat orang-orang terenyuh menatapnya, seolah ia baru saja melakukan aksi heroik yang menyelamatkan banyak nyawa. Di depan sana ayahnya tersenyum, sorot matanya jelas terlihat bangga, persis seperti ketika ia menapaki mimbar untuk perwakilan orang tua siswa terbaik di hari kelulusan sekolahnya dulu. Sorot mata yang diam-diam dirindukan Adya.

Adya memejam sejenak, menghirup aroma bunga yang sudah jenuh di udara. Berharap wanginya bisa meredakan sedikit sesak yang terkungkung memenuhi rongga dadanya. Pikirannya berputar pada tatapan kagum orang-orang, harapan orang tuanya, suka-cita dua keluarga besar yang telah melebur menjadi satu, juga pergantian statusnya yang tercatat dalam dokumen negara.

Pernikahan adalah upacara suci. Para malaikat turut hadir menyaksikan sumpah dan mengaminkan kebahagian bagi kedua pengantin untuk sehidup-semati. Adya tahu, seluruh penghuni langit dan bumi akan memberikan kutukan terburuk bila mengetahui niatnya untuk mengingkari sumpah tersebut.

Bahwasanya, ia memutuskan menikah sesuai permintaan orang tuanya hanya untuk membuka sebuah jalan perpisahan.

🍀🍀🍀

"Pasangan pengantinnya serasi sekali!"

"Beruntung sekali mereka!"

"Namanya juga pernikahan politik. Semua harus berjalan sempurna."

"Benar juga. Siapa yang bisa menjamin kebahagian untuk pernikahan semacam ini?"

Dara mengepalkan tangan mendengar bisikan pelayan hotel yang sedang membereskan piring untuk acara resepsi malam itu. High hells-nya dibuat menapak mantap di lantai, menimbulkan bunyi derap yang menyita atensi.

"Kalian." Dara menyahut penuh penekanan. Dagunya diangkat sedikit, sedang matanya menatap lurus.

Para pelayan yang menoleh terkesiap salah tingkah. Dara mengenakan hairpiece berbentuk ranting dengan hiasan bunga, menandakan dirinya sebagai keluarga dari pemilik acara. Dara yang sudah bersama dengan Kyara sejak kecil memang sudah dianggap seperti anak sendiri oleh keluarga Jayachandra.

"Kalau kalian punya waktu untuk membicarakan orang lain," Dara sengaja menggantungkan ucapannya, "kenapa tidak mengisi gelas minuman yang kosong di meja?"

Tiga orang pelayan tersebut menunduk saat Dara meletakan piring yang baru digunakannya untuk menyantap puding di troli. Menimbulkan bunyi denting yang tidak enak didengar.

"Kalau perlu kuingatkan," Dara memutar badan dan berhenti sejenak, "kami tidak membayar kalian untuk mengarang cerita yang tidak-tidak."

Dara berlalu dan mendudukkan dirinya di salah satu kursi VIP. Mood-nya terlalu tidak stabil untuk sekadar singgah mengambil minuman. Dara bukan tidak pandai menjaga sikap, tetapi pembicaraaan negatif seperti itu tidak bisa dibiarkan terus berkembang. Meski acara tersebut hanya dihadiri oleh tamu penting, kerabat dekat, dan mereka yang mendapat undangan khusus, tidak ada yang menjamin ada satu-dua wartawan dari luar yang berhasil mendapat kursi.

Terlebih lagi, topik yang mereka bicarakan adalah hal yang juga mengusik pikirannya. Alasan mengapa Kyara menerima perjodohannya dengan begitu mudah. Dara sudah mencoba menggali, tetapi jawaban Kyara tidak lebih dari sekadar senyuman dan pernyataan tegas, "karena itu dia".

Dara mengalihkan perhatian ke pelaminan. Malam resepsi yang di gelar di hotel berbintang pada kawasan Metro tersebut berlangsung meriah. Kyara dengan gaun pengantin cathedral royal train yang merekah indah tampil sangat cantik dan menawan. Sebuah tiara berlian dilengkapi veil bersusun menghiasi rambutnya yang jatuh bergelombang. Adya pun semakin gagah dengan tudexo mengkilap. Rambutnya dicukur pendek dan ditata rapi.

Kekhawatiran Dara perlahan sirna begitu melihat wajah bahagia Kyara saat memotong kue dan menyuapi ayah dan ibunya, juga kedua mertuanya. Adya memang tampan dan keluarganya terpandang, tetapi Dara mengenal dengan baik siapa Kyara. Dibalik sifatnya yang lembut, Kyara memiliki pikiran yang kuat. Kyara bukan orang gegabah. Mungkin memang dirinya saja yang terlalu khawatir.

"Awh!" Dara sontak menjerit begitu sensasi dingin menyapu pipi kanannya. Matanya membulat mendapati Kaisar duduk di sebelahnya dengan dua gelas minuman yang sudah jelas akan dialamatkan kepada siapa.

"Mau minum?"

Dara mendelik sebentar pada Kaisar yang menyengir santai, seolah apa yang dilakukannya bukan sesuatu yang mengganggu.

"Terima kasih," ucap Dara cuek pada akhirnya. Ia cukup lelah untuk berdebat, dan dari cara Kaisar menawarkan, Dara tahu laki-laki itu tetap akan mendesak sekalipun ia menolak.

"Aku baru saja berpikir." Kaisar menatap Dara yang hanya melirik sekilas padanya. "Kurasa kita cocok membuat band."

Dara hampir tersedak. Ingin rasanya ia menjewer telinga Kaisar yang kembali mengingatkannya pada momen kepepet di acara akad tadi. Dara memang sering bernyanyi di hadapan banyak orang, tetapi di depan tamu-tamu terhormat dari keluarga Jayachandra dan Antriksha, ia tentu butuh persiapan. Saat itu, Kaisar yang ikut mengantar Adya menawarkan diri sebagai pengiring. Kepalang tanggung, Dara menyetujui. Setidaknya bila ada yang salah dari penampilannya, keluarga Adya bisa ambil bagian menanggung malu.

"Bila boleh kusarankan, kau sebaiknya menekuni satu pekerjaan. Kau bahkan baru memulai profesi sebagai fotografer tiga bulan yang lalu."

Dara merasa kata-katanya cukup tajam, tetapi Kaisar malah tersenyum.

"Kau tahu banyak tentang pekerjaanku, ya."

Ah, Dara lupa bila fotografer yang dikenalinya karena insiden tutup lensa saat prewedding Kyara dan Adya itu cukup narsis.

"Aku mengetahuinya dari Kyara, dan Kyara mengetahuinya dari Adya. Cukup wajar karena Adya adalah calon suami Kyara dan Kyara adalah temanku."

"Ya. Aku tidak mengatakan itu tidak wajar." Kaisar meneguk minumannya hingga tandas.

Dara mengangkat bahu dan kembali memperhatikan Kyara dan Adya di pelaminan.

"Yang namanya jodoh, ya." Kaisar mengikuti arah pandang Dara.

"Masalah perjodohan lagi pasti!" Dara merutuk dalam hati.

"Padahal mereka baru kenalan beberapa minggu, tahu-tahu sudah menikah."

"Apa kau ingin mengatakan bahwa Kyara tidak berpikir panjang?" Dara mengubah posisinya. Kaisar barangkali tidak bermaksud, tetapi pernyataan tersebut kembali menghadirkan kekhawatiran dalam dirinya. "Aku justru meragukan Adya. Semoga dia bisa membuat Kyara bahagia."

"Bukan begitu. Maksudku, syukurlah mereka bisa cepat akrab." Kaisar merendahkan nada bicaranya untuk mengimbangi Dara yang sedikit emosi. "Tidak perlu meragukan Adya. Walaupun tidak mudah akrab dengan orang lain, Adya pekerja keras dan mandiri. Dia lulusan terbaik di angkatanku dan berhasil mengambil profesi sekaligus."

"Kyara masih lebih hebat soal itu!" Dara berceletuk dalam hati, tetapi ia memilih diam sampai Kaisar melanjutkan.

"Adya juga tidak bergaul dengan sembarang perempuan. Jangan khawatirkan persoalan cinta lama dan masa lalu. Adya hanya dekat dengan satu orang dan kupastikan yang seperti itu tidak terjadi."

"Satu orang?" Dara mengerutkan dahi. Ia tahu tidak seharusnya menyerang privasi orang lain, tetapi ia tidak tahan untuk bertanya. "Siapa?"

Penilikan Dara membuat Kaisar memarahi diri. Kaisar sadar telah mengatakan sesuatu yang tidak seharusnya, maka dari itu ia hanya menjawab ala kadarnya dan mengumpan pertanyaan baru.

"Setiap orang berhak memiliki masa lalu, bukan?" Kaisar menopang dagu, mengamati mempelai yang sibuk berpose. "Aku pun mengkhawatirkan mereka. Kuharap Kyara menerima Adya bukan karena–"

"Karena?" Dara memotong ucapan Kaisar dan melipat tangan di depan dada. "Maaf, tapi kalau kau berbicara soal fisik, banyak aktor dan selebriti di luar negeri yang mengantri untuk mendapatkan hatinya."

Kaisar yang tadinya berniat mengalihkan pembicaraan kini menoleh.

"Karena harta dan kedudukan?" Dara mendengkus keras. "Kau harus tahu bahwa keluarga Jayachandra pernah menolak lamaran anak mentri, semata-mata karena putri bungsu kesayangan mereka tidak setuju."

"Kyara menolak lamaran anak mentri?" Kaisar membulatkan mata. Ia termakan umpannya sendiri dan ingin bertanya lebih jauh, bila saja protokol tidak mengumumkan sesi untuk berfoto bersama pengantin dan Kyara tidak melambaikan tangan pada mereka.

"Kau ... punya teman untuk sesi foto?" Kaisar mengganti pertanyaan. Ia sudah mengambil foto dengan beberapa teman seangkatannya yang hadir tadi, tetapi menolak panggilan Kyara dengan alasan tersebut tentu tidak etis. Sayang sekali berfoto sendirian di antara kedua pengantin tampak sangat menyedihkan.

Dara sendiri diliputi kebingungan mendalam. Hanya segelintir teman sekolahnya yang datang, itupun dengan pasangan mereka masing-masing. Tidak lucu saja jika dirinya menyisip di antara mereka. Dengan helaan napas singkat, Dara kemudian menggeleng pelan.

"Kalau begitu kita naik berfoto sama-sama saja."

Tentu, Dara tidak punya pilihan maupun alasan untuk menolak tawaran Kaisar beserta tangannya yang terulur.

💍💍💍

TBC

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro