MENGENALNYA

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sampai di tempat tujuan kami duduk di pinggir Danau. Taman disamping Danau tidak jauh dari area pemda yang baru saja diresmikan oleh pemerintah setempat Pemandangan nan indah mendukung sekali untuk aku yang baru saja bertemu dengannya. Sambil tersipu ku beranikan diri untuk mempersilahkan duduk di sampingku.

Dani memulai percakapan dengan heboh. Kami menikmati sore itu dengan penuh canda tawa. sesekali Dani melucu membuat aku menahan tawa. Untung saja ada si Dani, aku jadi tidak seperti patung pancoran yang berdiri diam saja tanpa suara.

Suasana yang indah melupakan kita akan waktu yang menjelang gelap. Dita mengajak kita untuk berpamitan. Setelah bubar aku mengantar Echa pulang ke rumahnya. Di sinilah aku memberanikan diri meminta nomor ponselnya. lalu kita saling bertukar nomor. hatiku tentu saja senang. Ini untuk pertama kalinya aku berani mendekati wanita dan ia pun tidak menolaknya.

Seminggu berlalu. Aku dan Echa semakin dekat. Tak jarang aku menjemputnya pulang dari sekolah dan bermain di rumahnya. Pendekatan yang tidak begitu lama, akhirnya kami jadian. Kami sering jalan bareng dan ini adalah kebahagian yang aku nikmati.

Sebulan kita sudah berjalan bersama. Echa mulai menunjukan sifat aslinya. Mungkin perempuan memang begitu, suka malu di awal. Lalu entah kenapa semakin haru dia mulai menjauh. Aku sudah tidak lagi boleh menjemputnya maupun main ke rumahnya. Aku semakin curiga, ada apa dengannya? Aku memberanikan diri untuk datang ke rumahnya. Aku sudah memberi kabar tapi sepertinya dia bilang sakit perut dan menolakki untuk datang.

Aku semakin curiga dan entah mengapa firasatku mengatakan dia sedang berbohong.

Kunyalakan motor dan melaju ke rumahnya. Ternyata firasatku tak salah. Dia tidak ada di rumah. Aku datangi rumah teman sekolahnya. Benar saja, dia sedang bersama seorang lelaki.

Deg...
Jantungku berdegub kencang. Sakit hati ini, melihat dia memperlakukanku. Aku memanggilnya. Dia tampak gelisah dan kaget. Tapi sepertinya dia mulai menunjukan sifat tidak sukanya kepadaku. Dengan wajah sedikit sins tangan bersedekap di dada, dia menghampiriku.

"Ada apa?" Tanya dengan wajah tanpa bersalah.

"Hah, kau bilang ada apa? Jelaskan padaku! siapa dia?" Ucapku marah.

"Kau yakin mau tahu dia siapa? Dia ini pacarku?"

"Oh begitu, Oke!"

Aku tak habis pikir dia wanita jahat. Hatiku berkecambuk, campur aduk, tidak percaya apa yang baru saja terjadi.

Setega itu dia padaku. Tak lama hujan pun turun. Seketika alam pun merasakan sedihku. Aku oun hanyut dengan keadaan. Tetap kulajukan motor dalam keadaan hujan. Baju dan celanaku turut basah. Aku menyesal telah memberikan hatiku padanya.

Setelah di rumah, kuhanya mengurung diri. Tak lama ada sebuah pesan singkat yang ternyata dari Echa.

[ Maaf ki, ]

Tak kubalas smsnya dan memblokir nomor ponselnya.

Mungkin aku tak gampang untuk memberikan hati ini pada siapapun.

Esoknya di sekolah Dani berlari menghampiriku.

"Bro, lu putus sama Echa?" Tanya Dani dengan wajah penuh kepanikan.

"Iya, sudahlah, tak usah di bahas! enggak penting!" Jawabku ketus.

"Dia menelepon gua sambil nangis"

Aku menatap Dani heran. Drama apa yang di buat perempuan itu. Tak kutanggapi perkataan Dani tadi.Aku memang sudah malas mendengarnya.

Seperti biasa, pulang sekolah kami lanjut menikmati secangkir kopi di warung Pak Maman.

Perasaan kesal bercampur rasa malu. Aku mulai mengikuti Dani menggoda cewek-cewek yang melintas. Tak lama ada anak perempuan yang lewat. Dengan perasaan sakit hati, aku iseng meminta nomor ponselnya. Tidak pakai lama, akhirnya aku mendapatkannya. Desi nama lerempuan itu.

Bersambung...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro