尾声 Epilog

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Now playing: Fei Niao He Chan飞鸟和蝉 by Ren Ran 任然

Chen Ai menunggu Zhao Nan di serambi BeLook untuk makan siang bersama. Beberapa saat kemudian, mobil abu-abu milik Zhao Nan berhenti di hadapannya. Pria itu segera keluar dari mobil dan menghampiri Chen Ai. Ia menggenggam tangan wanita itu, lalu membukakan pintu mobil.

"Kau pasti sudah lapar. Siang ini mau makan apa, Chen Ai?" tanya Zhao Nan perhatian.

"Memakan makanan yang kau makan," jawab Chen Ai.

Zhao Nan mengusap pipi Chen Ai dengan lembut, lalu menutup mobil dan berjalan berputar untuk duduk di kursinya.

Setelah duduk dengan nyaman, Zhao Nan mengambil sebuah totebag kecil dari kursi belakang. "Aku mempunyai hadiah kecil untukmu."

Chen Ai tersenyum, lalu bertanya, "Apa itu?"

Zhao Nan mengeluarkan kotak merah jambu dari totebag dan menunjukkan seuntai kalung emas putih. Ia menyuruh Chen Ai membelakanginya, lalu memasangkan kalung tersebut di leher Chen Ai.

"Terima kasih banyak," ujar Chen Ai sambil tersenyum. Kemudian, ia memainkan liontin kalung tersebut sambil menggigit pipi bagian dalam. Minggu kemarin, Zhao Nan baru saja membelikannya anting-anting cantik berbentuk angsa dari edisi terbatas Frank & Co. Hari ini, pria itu membeli hadiah kalung yang kelihatannya juga mahal. Sepertinya terlalu boros.

Zhao Nan menaikkan alis ketika melihat ekspresi Chen Ai. "Kenapa? Kau tidak menyukai hadiah ini?"

"Bukan begitu. Zhao Nan, kau seharusnya jangan terus-terusan membeli hadiah begini. Kau perlu menabung," ujar Chen Ai berhati-hati.

"Aku sudah menabung. Meskipun tabunganku mungkin tidak sebanyak mantan pacarmu yang sudah menjadi direktur pemasaran di BeLook, tapi tabunganku ini setidaknya sudah cukup untuk membeli rumah yang nyaman di pusat kota untuk kita berdua," jawab Zhao Nan percaya diri.

Chen Ai meninju lengan Zhao Nan pelan. "Mengapa kau menyebut Luo Wang mantanku? Untuk apa pula kau membandingkan diri dengannya? Seolah-olah aku baru putus dengan Luo Wang dan tak lama kemudian menjalin hubungan denganmu."

"Baiklah, baiklah. Aku tidak akan membahas pria itu lagi. Ayo, kita makan siang," ujar Luo Wang sambil menarik hand rem. Setelah itu, ia menginjak pedal gas dan membawa Chen Ai meninggalkan BeLook.

***

Seorang sekretaris berjalan cepat mendekati meja Luo Wang sambil membawa sebuah amplop cokelat seukuran folio. Luo Wang yang sedang mengecek komputer pun mengalihkan fokusnya sebentar.

"Ada apa, Sekretaris Liu?" tanya Luo Wang ramah.

"Ada titipan untuk Direktur Luo," ujar Sekretaris Liu sambil menyodorkan amplop cokelat tersebut.

Luo Wang menerimanya, lalu menyobek pinggiran amplop tersebut. Ia mengeluarkan sebuah kartu undangan tebal berwarna putih. Begitu melihat nama pengirimnya, Luo Wang langsung berkata pada sekretarisnya, "Kau boleh keluar dulu."

"Baik, Direktur Luo." Sekretaris itu mundur, lalu keluar dari ruangan Luo Wang.

Setelah itu, Luo Wang melihat kembali sampul kartu undangan tersebut.

Kami mengundang Anda untuk turut berbahagia dalam acara pernikahan kami.

Pengirim,

Zhao Nan dan Chen Ai.

Luo Wang merebahkan kepala di sandaran kursi direktur yang tinggi. Ia menghela napas, lalu meletakkan undangan itu di mejanya. Ia mengambil amplop cokelat, lalu melihat bagian dalamnya. Ternyata masih ada kertas lain lagi. Setelah memastikan amplop tersebut kosong, Luo Wang membuangnya ke tong sampah di samping meja.

Kertas yang baru diambilnya itu adalah surat pendek dari Chen Ai yang ditulis di kertas warna biru muda, warna kesukaan Luo Wang.

Luo Wang, apa kabar? Kukirimkan undangan pernikahanku dengan Zhao Nan. Aku tahu mungkin kau tidak mau datang, aku juga tidak akan memaksamu, tapi kupikir aku sebaiknya tetap mengirimkan ini, mengingat kau kita sudah berhubungan baik selama tujuh tahun lebih.

Terima kasih banyak untuk tahun-tahun ini, Luo Wang. Terima kasih telah menemaniku dalam suka dan duka, berhasil dan gagal, sakit dan sehat. Semoga kau semakin sukses dan selalu sehat. Sampai kapan pun aku tidak dapat membalas kebaikanmu.

Salam hangat,

Chen Ai.

Luo Wang menatap surat itu selama beberapa saat dengan pandangan kosong. Hubungan yang dipeliharanya selama tujuh tahun lebih tidak membuahkan hasil apa pun. Ia kecewa berat, tetapi ia turut senang karena Chen Ai mendapatkan kebahagiaannya. Ia menatap kartu undangan yang tergeletak di mejanya, lalu membuka undangan tersebut. Ia melihat foto Chen Ai dan Zhao Nan tersenyum bahagia di dalamnya.

Tenggorokan Luo Wang tercekat. Ia menutup undangan tersebut kembali, lalu meletakkannya di dalam laci bawah meja yang jarang dibuka.

Selamat, Chen Ai. Semoga kau mendapatkan kebahagiaan yang selama ini kauinginkan.

~Tamat~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro