第四章 Bab 4

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Now playing: Yi Wen Ding Qing 一吻定情

🥀

Ada kalanya, beberapa hal di dunia ini tidak bisa berjalan sesuai dengan keinginan. Chen Ai menyukai Zhao Nan. Ia sangat yakin dengan hal itu. Namun, ia juga tahu pasti ia tidak bisa berbuat lebih lanjut. Zhao Nan menyukai gadis lain dan bahkan sudah berpacaran dengannya. Chen Ai tahu berpacaran di masa SMA bukanlah sesuatu yang abadi, tetapi ia tahu batasannya. Zhao Nan dan Liu Xia saling menyukai, jadi Chen Ai sudah seharusnya mundur. Yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah menyimpan semua perasaannya dalam hati dan berusaha menetralisirnya perlahan-lahan.

Seiring berjalannya waktu, Chen Ai mulai terbiasa dengan perasaan yang tak lagi berbunga-bunga. Hatinya dibiarkan kosong, sementara otaknya terus bekerja keras untuk menggapai mimpi-mimpinya yang masih dalam perjalanan. Ia mulai merasa hidupnya begini juga baik. Lagi pula murid SMA juga tidak seharusnya berpacaran, kan? Risiko putusnya sangat besar. Dengan begini, Chen Ai berpikir ia sudah melepaskan diri dari urusan patah hati gara-gara putus cinta monyet.

Setelah libur tahun baru Imlek, Chen Ai sudah merasa energi positifnya kembali. Ia sudah lama sekali tidak bertemu Zhao Nan dan teman-teman sekelas. Semua rasa kekecewaan, penolakan, dan kepahitan yang terjadi selama tahun 2009 sudah tersembuhkan perlahan. Ia kembali menjalani hidupnya yang biasa saja dan menjalin hubungan baik dengan semua teman sekelas, termasuk Zhao Nan.

Meskipun kisah cintanya dengan Zhao Nan tidak berakhir dengan bagus, tapi setidaknya Chen Ai tidak mendapat malu. Jadi ia tidak terlalu sakit hati. Laki-laki itu tidak tahu Chen Ai menyukainya, jadi ia tak punya alibi untuk menyalahkannya. Chen Ai pikir ia juga tidak perlu membenci Zhao Nan karena masalah ini. Kata orang, jika seorang laki-laki dan perempuan putus hubungan, mereka harus saling mengutuki satu sama lain. Tidak ada orang yang ingin kisah cintanya berakhir, jadi ia pasti akan membenci mantan kekasihnya. Kalau perlu, ia harus memperbaiki penampilan dirinya dan meraih banyak prestasi bagus supaya pasangannya menyesal telah memutuskan hubungan. Tetapi menurut Chen Ai ia tidak perlu menjalani hidup dramatis seperti itu. Hidup normal dan kembali berteman biasa dengan Zhao Nan juga bukan opsi buruk.

Beberapa minggu kemudian, ketika kristal-kristal salju mulai meleleh dan bunga-bunga mulai bermekaran, Chen Ai mendapati berita baru. Saat itu sudah cukup siang dan kelas sudah kosong. Chen Ai masih tinggal di kelas untuk mengulang pelajaran sambil mendengarkan musik dari tape MP3. Ketika musiknya habis, Chen Ai melepaskan earphone-nya dan mengambil kaset pita lain dari tasnya. Bertepatan dengan itu dua orang gadis dari kelasnya masuk sambil berbincang santai.

"Aku sebenarnya ingin menanyakan beberapa masalah pelajaran dengan Zhao Nan, tetapi kelihatannya ia sangat suram akhir-akhir ini. Kau tahu kenapa?" tanya Miao Sun Ying.

"Katanya ia baru saja putus dari Liu Xia, gadis dari kelas Humaniora itu. Lalu ia jadi laki-laki mengenaskan seperti itu," sahut Liang Bing Wen.

Chen Ai yang hendak memasang earphone kembali mengurungkan niatnya. Ia ingin mendengar pembahasan lanjutan mengenai kabar baru itu.

"Ooo ... jadi begitu." Miao Sun Ying mengangguk mengerti. Setelah itu, ia bertingkah seperti mencari-cari sesuatu yang hilang di sakunya. "Eh ... mengapa dompetku tidak ada di kantong? Bing Wen, aku keluar sebentar untuk mencari dompet, ya," ujar Miao Sun Ying cepat, lalu berlari keluar kelas.

Chen Ai pun menghela napas karena tidak ada penjelasan lebih lanjut. Ia pun memasang earphone-nya ke telinga dan kembali belajar. Namun, pikirannya tidak bisa benar-benar fokus setelah itu. Bermacam-macam pemikiran berkecamuk di benaknya.

Zhao Nan cepat sekali putus. Apa ia merasa tidak cocok dengan Liu Xia?

Zhao Nan sekarang sudah putus. Jadi bagaimana? Apa sekarang aku bisa kembali menyukainya lagi? Atau tetap bertahan dalam kondisi seperti ini saja?

Huh ... lagi pula mengapa Zhao Nan harus berpacaran dengan Liu Xia dulu? Namnaya saja sudah jelas-jelas Liu Xia, pasti akhirnya ia akan ditinggalkan.

***

Setelah selesai belajar, Chen Ai menyalakan komputernya dan mengaktifkan MSN. Ia awalnya berencana membaca-baca artikel tentang tips meraih beasiswa yang tayang di beranda MSN. Namun, ternyata ada notifikasi pesan masuk dari Zhao Nan sehingga Chen Ai menunda niatnya sementara.

Sudah lama sekali sejak terakhir kali Chen Ai dan Zhao Nan saling berbalas pesan di MSN. Terakhir kali juga tentang masalah pelajaran. Tidak ada pembicaraan yang terlalu serius atau omong kosong. Chen Ai pikir itu juga bukan hal buruk. Jadi, ketika malam itu Zhao Nan mengirimkan pesan MSN kepadanya, Chen Ai menanggapi dengan santai.

08.23 p.m. Chen Ai, apa kau ada?

08.23 p.m. Tugas di sekolah banyak sekali. Aku tak sanggup mengingat semuanya. Maaf merepotkanmu. Apakah besok ada tugas atau ulangan?

Chen Ai mengirim balasan.

08.32 p.m. Iya. Su Lao Shi minggu kemarin memberi tugas besar dan harus dikumpulkan besok. Menulis ringkasan sejarah dinasti Ming minimal 1000 karakter.

Beberapa saat kemudian. Zhao Nan mengirimkan pesan lagi.

08.33 p.m. Aiya, banyak sekali. Kau mengapa tidak memberitahuku lebih awal?

Chen Ai mengangkat kedua alisnya ketika membaca pesan itu.

08.33 p.m. Kau tidak bertanya.

08.34 p.m. Astaga! Sekolah menyebalkan sekali. Aku tidak mau mengerjakan tugas.

08.34 p.m. Kau memang bukan orang yang terlalu rajin. Tapi kau juga biasanya tidak masa bodoh seperti ini. Paling-paling nanti kau tetap akan mengerjakannya. (tertawa)

08.35 p.m. Huh! Ya, sudahlah. Aku akan mengerjakannya dulu.

Chen Ai tersenyum tipis dan menghela napas. Kalau begitu, membalas seperti ini sepertinya bukan masalah.

08.36 OK. Jia you!

Setelah itu, Chen Ai kembali ke tujuan utamanya membuka MSN. Tanpa ia sadari, Zhao Nan masih menjadi orang yang dapat menyebabkan suasana hatinya membaik. Menit-menit singkat selama Chen Ai berbalas pesan dengan Zhao Nan tadi membuat semangatnya kembali bahkan setelah ia suntuk belajar.

***

Siang hari sepulang sekolah, Chen Ai dan Xiao Qing berangkat ke warnet bersama untuk mengerjakan tugas. Seusai menyelesaikan tugas utama dan memasukkan datanya ke keping DVD, Chen Ai dan Xiao Qing memutuskan untuk berselancar sebentar di Weibo.

"Zhao Nan ini kenapa, sih? Statusnya aneh sekali?" gumam Xiao Qing sambil mengernyitkan kening.

Chen Ai melirik komputer yang dipakai Xiao Qing. "Status apa?"

"Kau lihat saja di akunnya. Tidak jelas sekali," gerutu Xiao Qing. Kemudian, gadis itu segera berpindah laman.

Chen Ai pun membuka profil Zhao Nan lewat komputernya. Ketika ia membaca status terakhir yang dibuat Zhao Nan, ia juga mengernyitkan kening. Isinya statusnya begini:

[Tolong, bantu aku! @Yang Mo @Ling Lu @Shen Baoyu @Ruo Lang @Xing Rui]

Status Zhao Nan itu memancing rasa penasaran Chen Ai. Memangnya kesulitan apa yang sedang dihadapi Zhao Nan? Sambil berimajinasi, Chen Ai memperhatikan akun-akun yang disebut Zhao Nan itu. Chen Ai mengenal beberapa dari mereka. Sepertinya itu adalah teman-teman dari tim basket Zhao Nan dan teman-teman Liu Xia. Apa ada hubungannya dengan Liu Xia? Dengan iseng, Chen Ai mengunjungi profil salah satu orang yang disebut di status itu. Siapa tahu ia dapat menemukan status yang berkaitan dan mendapatkan petunjuk, kan?

Ketika Chen Ai membuka profil Xing Rui, ia melihat status yang diunggah tak beda jauh setelah Zhao Nan menyebutnya tadi. Chen Ai cepat-cepat membaca status itu karena penasaran. Status di akun Xing Rui lumayan panjang. Ada beberapa kata kotor juga yang tidak Chen Ai ketahui artinya, sehingga ia perlu membacanya beberapa kali untuk memahami maksud status itu. Namun, ketika Chen Ai selesai memahami status itu, hatinya terasa seperti dicabik-cabik. Isi status itu sangat frontal.

[Hei, otak sapi! Kau pikir kau itu siapa? Bisa-bisanya mengirimkan pesan 'jia you' kepada laki-laki orang lain? Ia sangat jijik dengan pesan itu, kau tahu! Iya, iya. Aku tahu kau sangat pintar. Tapi tidak usah sok pintar dan mengajari anak orang lain. Dasar! Kau bisa tahu diri tidak? Ia sampai malu karena berita ini tersebar. Sebenarnya, menyukainya bukanlah suatu kesalahan. Tapi kau juga seharusnya sadar! Ia adalah milik orang lain. Kau seharusnya tidak perlu mencampuri hubungan mereka!]

Chen Ai yakin ada bagian yang dilebih-lebihkan dari status itu. Namun, ia yakin status itu pasti ditujukan untuknya. Ia merasa dadanya sesak. Pantaskah masalah ini sampai diunggah ke status Weibo? Pantaskah? Chen Ai rasanya ingin menangis saat itu juga. Ini tidak adil! Masalahnya seharusnya tidak sampai seperti ini!

Chen Ai menggerak-gerakkan mouse-nya dengan gelisah. Apa yang harus dilakukannya sekarang? Bagaimana hari-harinya besok? Apakah ia akan langsung menjadi gadis terkucilkan karena terus digunjingkan oleh murid-murid superior seperti Zhao Nan dan Liu Xia? Chen Ai tahu ia harus menyelesaikan masalah ini secepatnya. Namun, bagaimana caranya?

Chen Ai menggerakkan mouse untuk memblokir akun Xing Rui dan Zhao Nan. Ia menggigit bibir sambil memikirkan keputusannya itu. Sepertinya ini tidak bisa menyelesaikan masalah, pikirnya gugup. Ia pun membuka blokir, jadi ia dan Zhao Nan sudah tidak saling mengikuti di Weibo.

Jadi sekarang bagaimana? Apa yang harus dilakukan? Chen Ai menghela napas. Tiba-tiba, seolah-olah otaknya mendapat pasokan oksigen tambahan, Chen Ai mendapat resolusi bagus atas masalah ini.

Minta maaf saja. Setelah itu tidak perlu berhubungan lagi dengan mereka. Masalah akan kelar dan aku tidak akan dipermalukan di sekolah.

Chen Ai segera log-in ke MSN sambil menguatkan tekadnya. Ya, minta maaf saja. Lagi pula minta maaf bukan berarti aku benar-benar bersalah. Yang penting di sekolah besok tidak ada masalah susulan dan harga diriku tidak tercerai-berai.

Chen Ai pun mengetikkan pesan permintaan maaf.

Chen Ai: Aku tidak tahu jika kata-kata penyemangat seperti 'jia you' adalah hal yang mengganggumu. Tapi kalau kau terganggu, aku minta maaf. Dan juga, aku tidak tahu siapa yang MENYEBARKAN BERITA sehingga membuatmu MALU itu. Yang jelas aku tidak pernah menyebarkan kronologi pesanku pada siapa pun. Oh, ya. Aku juga tidak menyukaimu, jadi kau tidak perlu meminta tolong pada lima orang temanmu untuk mengatasi masalah ini.

Chen Ai menekan tombol enter dengan berang. Ia awalnya hanya berniat meminta maaf. Namun, jari-jarinya tak bisa ditahan untuk tidak mengetikkan kalimat sindiran balasan pada laki-laki itu.

Beberapa detik kemudian, Chen Ai melihat layar komputer dengan tatapan kosong. Perlukah ini? Bagi orang lain, mungkin hal seperti ini tidak perlu. Suara-suara objektif dalam pikiran Chen Ai berseteru.

Jika kau memang tidak bersalah, jangan meminta maaf. Tarik saja pesannya!

Chen Ai berdecak pelan. Ia menggeser-geser mouse lagi. Akhirnya, hati kecilnya bersuara. Perlu! Supaya tidak ada masalah lanjutan.

Beberapa detik kemudian, ada pesan balasan dari Zhao Nan.

Zhao Nan: Tidak apa-apa. Santai saja.

Di akhir pesan itu, ada sebuah emoji berbentuk dua jari yang disilangkan, menandakan laki-laki tersebut memang santai.

Chen Ai meratapi pesan itu beberapa detik. Santai saja? Apa maksudnya santai saja? Kau mengutus temanmu mengirimkan status sindiran di Weibo dan sekarang kau menyuruhku santai saja? Kau masih punya otak tidak?

Detik itu, Chen Ai menyadari betapa tidak berarti dirinya di hadapan laki-laki yang ia sukai. Chen Ai segera mengambil tasnya dan mengeluarkan uang 10 RMB. "Xiao Qing, aku ada urusan mendadak. Aku harus pergi dulu. Nanti tolong bantu bayarkan, ya. Sampai jumpa besok," ujarnya cepat. Setelah itu, ia segera berlari keluar dari warnet.

Ketika Chen Ai sampai di jalanan, ia tak bisa membendung air matanya lagi. Ia terduduk di trotoar jalan, lalu menangkup wajahnya sambil menangis terisak. Untuk pertama kalinya, Chen Ai menangis karena seorang laki-laki. Ia merasa ini tidak sebanding. Namun, ia benar-benar tidak bisa menahan rasa sakit ini lagi.

Apakah semua yang kulakukan selama ini salah? Apakah mengirimkan pesan 'jia you' adalah dosa besar? Itu hanyalah 'jia you'! Aku hanya memberinya semangat! Apa itu adalah interaksi terlarang? Atau mungkin sebenarnya berada di dekat Zhao Nan adalah titik kesalahan utamaku?

Chen Ai bersedia menyerah atas Zhao Nan, tapi mengapa laki-laki itu harus membuatnya sampai seperti ini? Kejam sekali! Inikah yang benar-benar disebut belajar melepaskan tanpa membenci? Mengapa rasanya sakit sekali?

Untuk pertama kali sepanjang hidup, Chen Ai membenci dirinya sendiri karena telah memberikan hati untuk orang yang salah. Segala sesuatu yang berhubungan dengan Zhao Nan membuat hatinya keruh. Oleh sebab itu, Chen Ai selalu menjauhi Zhao Nan meskipun mereka masih teman sekelas; duduk di bangku yang jauh dari Zhao Nan, tidak pernah belajar kelompok besama Zhao Nan, dan tidak pernah memulai pembicaraan dengan Zhao Nan. Karena melihat Zhao Nan membuat hatinya sakit dan dikendalikan oleh kebencian.

🥀

Footnote:

Pengucapan nama Liu Xia (hanzi: 刘夏) mirip dengan pengucapan kosakata 'liú xià' (Hanzi: 留下, arti: meninggalkan).

Weibo 微博= sejenis Facebook versi China.

🥀

Ya, ampun, Chen Ai Zhao Nan. 😭

Gak tau, deh. I have no word. 😖 Menurut kalian habis ini bakal gimana, guys?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro