13. Redo-6

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hai, semuanya!
Jadi aku memutuskan untuk mempercepat alur karena aku merasa ceritanya klo diteruskan malah monoton. Kalian juga merasa begitu, tidak? Oke lah, mari kita lanjutkan kisah ini!

###

Redo cukup takjub bunyi giring-giring terdengar. Padahal baru kemarin dia dihantui oleh kebimbangan dan kebuntuan, tidak terasa, sekarang level bayi Biru sudah menyentuh angka belasan. Matanya serius menatap tampilan layar PokéDex v2. Jika berjalan lancar begini terus, tahu-tahu nanti level 100 bisa tercapai dengan mudah.

Ini semua berkat kegiatan melatih Pokémon yang memang tiada duanya, sangat efektif dalam menaikkan level. Tidak hanya Pikachu dan kawan-kawan saja, tetapi bayi Biru juga. Kemampuannya yang mampu menaikkan peluang bertemu Pokémon liar di alam bebas membuat musuh-musuh kuat muncul, cocok sekali sebagai batu loncatan guna memperkuat tim milik Redo.

Pagi ini, seperti biasa, Daisy berpamitan pergi menenteng tasnya. Dia melambai tangan seiring terus melangkah, sampai menghilang di ujung jalan setapak.

"Hati-hati, ya!" katanya. Redo pun mengangguk lalu lanjut menyiapkan perlengkapan di teras.

Mungkin saja 'hati-hati' yang dimaksud adalah kekhawatiran akibat plester serta barut yang membalut tangan, wajah, dan dahi. Atau mungkin bukan.

Ketika sudah lengkap bawaan, Redo pun berangkat dengan menggendong bayi Biru menggunakan kain mirip kemban, dibuat menghadap depan. Ada sabuk tambahan dan ambin yang terikat kuat, juga bantalan di bagian bawah yang menopang tubuh bayi. Dia tampak nyaman berada di dekapan si remaja.

Sementara itu, Pokémon pendamping perjalanan, Pikachu, memimpin penjelajahan. Geraknya begitu lincah macam tikus. Redo saja baru dapat beberapa langkah, ia sudah lari berputar-putar di dekat pepohonan konifera tepi hutan.

Eksplorasi mereka sebenarnya tidak jauh-jauh amat, cukup di halaman rumah. Karena setelah itu terdapat bagian yang ditumbuhi rerumputan tinggi, tempat para Pokémon liar bersarang.

Sebelum benar-benar pergi, pandangan Redo sempat bertemu dengan seorang wanita paruh baya, yang tengah menyirami pot-pot tanaman di dekat teras rumah tetangga. Wanita berbaju santai itu tersenyum menyipitkan mata, tangan mengawai seraya menyapa ramah.

"Ingin bertualang lagi?" tanyanya dengan suara yang agak nyaring.

Redo menganggut, tak berkedip menatap, ujung bibir tak sempat tertarik. Posisi topi dia kencangkan, lantas membuang muka ke hadap dan mulai berjalan. Bayi Biru di gendongan menggeliat, memekik riang.

"Hati-hati, ya!" Wanita itu berseru lagi, meski Redo tak mengindahkan.

Dua pesan sama di saat yang hampir bersamaan, sama-sama tidak diketahui itu ditujukan kepada si bayi atau kepada dirinya. Redo sendiri tampak tidak terlalu memedulikan. Karena tujuan utama saat ini ialah melaksanakan aktivitas rutinnya, sebagai pramusiwa sekaligus pelatih Pokémon.

Si remaja lumayan cocok menjadi pengasuh bayi, lengkap dengan tas bayi, kain gendong bayi, juga bayi yang menurut dibawa bepergian. Hasil ikatan batin yang terjalin erat setelah beberapa hari bersandiwara.

Di dekat rerumputan tinggi, pertarungan sengit akan segera dimulai. Redo berpesan kepada Pikachu untuk memberikan aksi terbaik. Sementara bayi Biru asyik bertingkah bagai menguarkan aura tertentu, tentu dengan gaya khas bayinya.

Pokémon liar akhirnya muncul juga, berwujud bola dengan sulur-sulur hijau mirip tentakel yang memenuhi permukaan tubuh, ialah Tangela. Sepasang mata Tangela yang agak tersembunyi menatap intens, sedia melemparkan serangan.

Pikachu berbalik dan menyengguk mengerti. Redo mengacungkan jari ke arah lawan, lantas Pikachu segera berlari menerjang Tangela. Tangan kuatnya membuka dan jari merapat, serangan 'Brick Break' dilayangkan sekali gerakan. Tangela pun berteriak, kemudian tubuhnya hilang kesadaran.

Redo berdeham senang, mengangguk bangga kepada Pikachu. Bayi Biru pula memberi tepuk tangan selamat. Kini baik Pikachu maupun bayi Biru sama-sama mendapatkan poin pengalaman.

Usaha membuat tangguh tim pun berlanjut. Keenam Pokémon milik Redo bergantian menghadapi berbagai macam musuh level tinggi. Dengan cara apik masing-masing, mereka memanfaatkan kelemahan lawan sehingga bisa memenangkan pertarungan. Si pelatih begitu bangga terhadap kinerja para Pokémon-nya yang memuaskan.

Baik itu Charizard dengan jurus 'Flamethrower', Blastoise dengan 'Surf', Venusaur dengan 'Sludge Bomb', Lapras dengan 'Ice Beam', Snorlax dengan 'Body Slam', dan Pikachu dengan 'Thunderbolt'. Meski belum mempelajari jurus berkekuatan maksimal, bisa dibilang tim Pokémon Redo saat ini tak terkalahkan.

Puas selesai latihan, para Pokémon pun beristirahat di bantaran sungai. Redo membiarkan mereka jalan-jalan santai, membaur bersama alam nan damai, atau duduk di atas tikar menikmati jajanan yang dibawa dari rumah. Bayi Biru sendiri sudah disiapkan penganan khusus, Poffin tentunya. Yang ini mempunyai rasa asam, terbuat dari beri pilihan.

Redo memberikan Poffin tersebut dalam wadah mangkuk. Bayi Biru yang duduk bersila pun menerimanya riang gembira. Dia sendok kue ke mulut, lalu menunjukkan ekspresi senang seraya mengayun tangan ke udara. Redo yang melihatnya pun turut berbesar hati.

Kala bergumul mengamati kemajuan merawat bayi Biru, memonitor tentang perangainya, tentang sopan santunnya, Redo tahu-tahu tertarik masuk ke alam lamunan.

Bagaimana mungkin sosok sepolos dan sesuci ini berubah menjadi remaja binal ketika sudah besar? Dengan sifat sombongnya, perangai tidak ramah, tidak sopan, kasar, karakter yang tidak mau kalah. Redo benar-benar tak habis pikir menatap lekat-lekat si bayi Biru.

Suara giring-giring membuyarkan Redo dari permenungan. Dia pun mengecek PokéDex v2 dari dalam saku jaket, tampak di menu menampilkan bahwa bayi Biru sudah mencapai level kepala dua. Redo mengepalkan tangan dan mengulum bibir, melakukan kial sukses.

Masa itulah dari seberang bantaran, tertangkap sesuatu yang berkilau. Redo refleks menoleh, lantas tercengang atas apa yang dia lihat. Sebuah benda hitam aneh yang familier melayang di atas sungai, berputar perlahan memancarkan sinar biru putih. Di hari yang siang bolong, benda bulat segi lima itu kembali muncul, seperti datang tak diundang.

Redo merasakan atmosfer ganjil menguar di sekitar, memenuhi udara hingga berubah sesak. Dia segera memanggil semua Pokémon masuk kembali ke PokéBall, lalu memasang pertahanan di depan bayi Biru yang masih menikmati Poffin, laksana menjadi tameng dari bahaya yang akan datang.

Benda misterius yang melayang tinggi pun berhenti berkisar, Redo sempat waswas, lalu benda itu berpusing amat cepat, mengeluarkan bising yang membuat Redo menutup telinga.

Badan bayi Biru bercahaya indigo, senada dengan sinar yang dipancarkan benda hitam. Cahaya pun kian kuat, menyilaukan mata. Suara bising kian tinggi, memekakkan telinga.

Lalu semuanya berhenti.

Ketika pulih, Redo mendapati dirinya menjadi Biru yang masih anak-anak, dengan kesadaran yang tetap dikendalikan pemilik aslinya. Saat ini dia berada di ruang kelas, tempat akrab yang telah lama terlupakan dari ingatan.

###

Kudus, 11 Januari 2022

Pojokan Story
"Popi Semangat"

Di sebuah fasilitas ruangan belajar yang luas.

Billy: (masuk) Hei, hei! Kalian sudah dengar tentang Popi Semangat? Bukankah cerita ini mirip sekali dengan itu? Haha, benar-benar mainstream!

Biru: APA KAU BILANG?

Redo: (Syok mendengarnya).

Billy: (Mendekati meja di pojok) Hei, Jer, tahu tidak—

Biru & Redo: (Membekap dari belakang)

Biru: (berbisik) Diam kau, bodoh!

Jer: (Menatap satu-satu) Hah?

(Lanjut main gim Pokémon HeartGold yang datanya sempat terhapus).

Biru & Redo (dalam hati) & Billy: LANJUTKAN CERITAMU, BAMBANG! MALAH MAIN GIM!

Plis gegara aku pakai cheat malah jadi gak bisa ngelawan Gym Leader Blue 😌😌
#curhat

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro