43. Prof. Oak-2

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Di bilik pilot kapal angkasa, Rusty yang berpakaian kosmonaut duduk termenung memperhatikan kumpulan debu menyelimuti pemandangan luar, serta batu-batu berdiameter besar yang melayang-layang lepas. Planet biru kehijauan sudah berupa titik di kejauhan, kini planet lain yang tak diketahui tampak makin besar. Kursi penumpang yang mirip di pesawat-pesawat terasa nyaman lagi empuk, meski demikian pikiran Rusty tidak tenang.

Embusan angin ungu kencang, bercahaya dan membawa lelehan keping-keping kaca, membuat pakaian Rusty berkibar-kibar, dan sedikit demi sedikit, tubuhnya mengelupas menjadi piksel-piksel yang berhamburan, dimulai dari permukaan kulit hingga berangsur-angsur organ dalam. Beberapa detik kemudian, tubuh remaja itu meresap seluruhnya, hanya tampak badai debu ungu yang pekat.

Prof. Oak datang menghampirinya. “Kenapa kau melamun begitu, Rusty?”

Rusty tersentak dan menoleh. “Entahlah, Rusty seperti teringat sesuatu kalau Rusty menengok luar.”

Memahami perkataan itu, Prof. Oak ikut memandang angkasa hitam. “Itu dinamakan dengan resurjensi memori. Mungkin perlahan-lahan memorimu kembali ketika mengingat trauma yang kau alami, Rusty.”

“Tapi, Rusty tidak ….”

Pria itu kembali ke tempat duduk pilot, ruang kendali dengan tombol-tombol canggih yang menyala silih berganti. Sementara Rusty yang tak ada kerjaan, hanya bisa duduk sambil menunggu waktu istirahat yang dijanjikan sang pilot kapal angkasa melalui layar antarmuka. 

Petualangan ini dimulai ketika pria dan remaja laki-laki bertopi itu bertemu di dekat Laboratorium Prof. Oak. Sebuah danau tersembunyi dengan taman yang bertahun-tahun terbengkalai. Prof. Oak sekadar berniat mencari hawa segar, tetapi justru menemukan Rusty yang kehilangan memori.

Dari penjelasan Prof. Oak sebelum berangkat, pada daratan gersang tanah merah, kapal angkasa seukuran mobil van akan membawa mereka melalui dunia paralel, yang ternyata memiliki jalur luar angkasa. Dengan pergerakan menyamai kecepatan cahaya, manusia bisa berpindah waktu, menelusuri dunia-dunia paralel yang berjalan pada satu lini masa.

“Kau ingin kembali ke duniamu, kan? Ikut aku menjelajah waktu,” perintah Prof. Oak. Beberapa pekerja berbaju hazmat tampak sibuk menyiagakan berbagai hal. Pengecekan mesin, pengaturan jalur antariksa, kepastian keamanan.

“Menjelajah waktu?” Rusty ikut memasang pakaian kosmonaut yang susah dikenakan, sehingga dibantu seorang pekerja.

“Ya, kita akan menemukan duniamu berasal, dan mengembalikanmu ke sana. Di sanalah tempatmu pulang, tempat ingatanmu berada.”

“Rusty bisa pulang ….”

Para pekerja memberi ‘oke’ pada tiap lis spesifikasi. Prof. Oak bersama Rusty kemudian memasuki kapal angkasa menurut instruksi pemandu, masing-masing duduk di kursi berbeda. Saat itu, Rusty merasa gelisah dan jantungnya berdetak tak keruan. Kepalanya sedikit berputar-putar, napas tersengal-sengal, lutut pula tangan tak henti gemetar.

Prof. Oak lalu muncul pada layar antarmuka di hadapan, mengernyih jahil.

“Penjelajahan waktu ini memakai alat rahasiaku. Tapi, jangan bilang siapa-siapa, ya? Sebenarnya aku mencuri alat penjelajah waktu dari PodoRaEman,” tukas Prof. Oak.

“PodoRaEman?”

Rusty membayangkan kucing biru jadi-jadian tanpa telinga yang berkantung, babak belur akibat pentungan di sebelah, dengan Pidgey-Pidgey khayal yang berputar di atas kepala. Lantas ansietas laki-laki itu lenyap.

Lamunannya terhenti tatkala seruan Prof. Oak mengagetkan dari layar, Rusty segera memandang ke kaca sesuai arahan. Laki-laki berkacamata itu terkesima begitu melihat banyak batu berbentuk tak beraturan di luar angkasa, memelesat seperti tanpa beban. Namun, Rusty merasa ada yang tidak beres.

“Pegangan, Rusty!” Cengkeramannya pada kursi penumpang menguat. Prof. Oak susah payah membanting kemudi kapal. Aliran yang membawa batu-batu besar kian laju, jumlahnya bertambah drastis dan saling bertabrakan. Kapal angkasa dengan gesit menghindar ke kanan-kiri, atas-bawah, hingga akhirnya berhasil keluar dari arus.

“Wah, tadi itu sabuk asteroid yang menegangkan!” pekik Prof. Oak, bergairah.

“Kupikir Rusty bakal mati … !” Rusty memeriksa jantung di dada dan mengatur detaknya ke normal. Lalu, dia menoleh saat dipanggil.

“Rusty, lihat ke sana!”

Di balik kaca jendela, rupanya ada fenomena-fenomena lain antariksa yang tak kalah menarik. Lubang hitam di jarak amat terpencil yang menarik benda-benda sekitar, seakan semuanya berpindah dimensi. Prof. Oak berkata di situlah tujuan akhir mereka. Di perjalanan, Rusty melihat garis warna-warni dominan keunguan, menjulur-julur membentang merupa semacam rambut sapu yang berkilauan. 

“Itu supernova!” ujar Prof. Oak. “Dan, yang ini hati-hati!”

Saat dekat dengan matahari melalui jalur balik arus, terjadi badai solar yang menjilat-jilat dan melelehkan benda angkasa sekitar. Untung kapal angkasa Prof. Oak resisten panas sehingga terbilang aman berjarak ratusan kilometer dari permukaan.

Hampir dekat tujuan, Rusty yang jenuh memandang lebih cermat dan menyadari ada banyak kerlip di luar angkasa. Itu berbentuk vorteks serta bergerak memutar ke pusat. Galaksi yang cantik, puji Rusty. Lalu terlihat simbol-simbol aneh yang dari penuturan Prof. Oak ialah peta sinyal pemanggil alien, yang membuatnya teringat akan sosok makhluk jelek hijau berkepala besar.

“Profesor, apa alien benar-benar ada?”

Prof. Oak berdeham sejenak. “Aku sendiri belum pernah melihat secara langsung, tapi beberapa penelitian menunjukkan bahwa eksistensi alien memang ada di luar bumi.”

“Lalu bagaimana dengan Pokémon yang menghuni dunia bumi, yang katamu itu, Profesor?”

“Luar angkasa memang menjadi kemungkinan sumber evolusi Pokémon. Banyak ilmuwan memercayai pecahan batu meteorit menjadi pemicu terjadinya perubahan pada flora dan fauna di bumi jutaan tahun silam. Peristiwa itu dinamakan hujan meteor, fenomena alam paling dahsyat sepanjang prasejarah.”

Rusty tampak berpikir. Selama di bumi, dia pernah ditunjukkan sekumpulan batu kecil aneka rona yang dapat memicu evolusi Pokémon tertentu. Raut serius si remaja berkacamata lantas mengundang gelak gemas dari Profesor.

“Apa yang lucu?” Pipinya bersemu merah.

“Maka dari itu, aku menjelajah sekaligus untuk mencari tahu tentang asal-usul Pokémon!”

Rusty menoleh. Kurang lebih dia bisa paham. Jadi demikian alasannya. Bukan hanya mengajak Rusty, melainkan segala hal yang dipersiapkan memang sedari awal demi penelitian seumur hidup Profesor.

“Profesor, kau memang hebat! Rusty benar-benar termotivasi!” Prof. Oak tersenyum, berterima kasih atas sanjungan tersebut.

Wisata menjelajahi antariksa pun usai. Rusty lelah, duduk tertidur dengan lelap, sementara Prof. Oak fokus memantau perjalanan. Terasa hening, padahal di luar ramai batu-batu memelesat. Beberapa saat kemudian, sang pilot berseru, Rusty pun terbangun.

“Ah! Itu dia! Rusty, lihatlah!” Yang dipanggil menyahut, turut bersemangat menengok. “Black hole!”

Suatu titik hitam yang dikelilingi benda-benda langit, aneka macam warna serta bentuknya, terasa kuat dengan medan gravitasi tinggi yang menelan materi-materi di sekitar. Rusty menyaksikan asteroid dan debu lenyap begitu saja saat mencapai pusat, bak dilahap oleh titik tersebut. Prof. Oak mencoba menenangkan karena kapal angkasanya jauh lebih persisten daripada benda mungil.  

Lelaki itu pun berusaha relaks di kursi penumpang. Tak terasa, perjalanan sudah hampir sampai. Waktu berjam-jam yang berlalu seakan hanya berlangsung dalam sekejap.

“Bagaimana wisata antariksanya?” tanya Prof. Oak dari layar antarmuka.

Rusty memalingkan muka dahulu, terkesan segan dalam jawabnya, “Menyenangkan.”

Prof. Oak mengulas senyum, kembali fokus mengemudi.

Tinggal sebentar lagi, batinnya. Dia termenung, memperhatikan titik di balik kaca pengemudi. Sang pilot pun menyiapkan beberapa perlengkapan untuk memasuki medan gravitasi lubang hitam. Sambil mengulur waktu, dia putuskan berbasa-basi.

“Rusty, jika besar nanti, kau ingin jadi apa?” tanyanya.

Pertanyaan itu tak ayal mengundang rasa semangat. “Rusty ingin jadi astronaut!”

“Kau ini anaknya terus terang, ya?” Prof. Oak tertawa kecil. “Tapi, terus terang justru bagus.”

Medan gravitasi tiba, kapal angkasa tertarik cepat. Sempat terjadi fluktuasi, tetapi kendaraan bisa stabil. Prof. Oak menghela napas lega.

Namun, sebuah peringatan muncul di layar. Terjadi pendar merah, tulisan-tulisan yang mencengangkan. Prof. Oak mencermatinya, tetapi tampak tidak paham, lalu memandang ke depan. Memang ada sesuatu yang ganjil, tak teridentifikasi, dan sulit dianalisis.

Sesuatu yang tak terhindarkan.

“Apa … itu … ?”

“Profesor Oak?” Rusty di kursi penumpang terheran.

Tidak sempat memberi aba-aba, Prof. Oak berteriak ngeri. Sekujur badannya terbakar saat gelombang panas menerjang hebat, menembus pelindung kapal angkasa.

Suara sistem keamanan melantang, beriringan alarm merah dan kelip waspada, menguraikan bahwa tengah terjadi mala. Itu merupakan jurus buangan yang setara suhu permukaan matahari, sepuluh kali lebih kuat daripada Heat Wave, akumulasi jurus-jurus yang terbuang bersama Pokémon yang tidak dipakai bertahun-tahun tersimpan dalam PC. Energi mahadahsyat yang mampu memicu mutasi diam, virion yang tercipta dengan sendirinya.

Rusty tentu tidak paham maksud itu apalagi kepanikan telah menguasai. Dia bisa memandang punggung dan kepala Prof. Oak terbakar hebat. Seisi kapal angkasa pun dilalap api. Plastik, busa, kertas hangus dengan cepat. Besi serta logam lainnya membara lalu meleleh sebagian.

Kursi penumpang memegas, Rusty keluar dari kapal angkasa. Saat melayang-layang lepas, dia menyaksikan kendaraan tersebut meledak dahsyat. Namun, api dengan lekas padam. Puing-puing berhamburan lalu memencar pesat.

Di ambang kesadaran, Rusty sayup-sayup menampak sesosok makhluk bertubuh kuning yang memendar cahaya kebiruan, terpelesat menangkapnya. Mulut sosok itu seperti mengatakan sesuatu, tetapi hanya gerakan yang diketahui.

Di kejauhan, dia melihat Prof. Oak sudah terpisah lampau, melayang dengan badan terbakar, tetapi langsung membeku. Sang pilot hilang ditelan lubang hitam.

###

Klaten, 24 Maret 2022

Dikit-dikit lama-lama jadi bulsit.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro