Bagian XIX : I Will Beat You!

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Semua orang tahu, Institute Le Rusel saat ini telah dikalahkan oleh Universe High School berkat rebound yang dilakukan oleh Ishana. Berkat dua poin itu, Universe High School lolos ke babak final—ajang terakhir untuk menjadi juara Women's Eiland Cup. Perkara siapa yang dilawannya, mereka belum tahu, karena pertandingan antara Akademi Lanakila dengan Sky High School akan berlangsung setelah ini. Jelas, mereka akan menyaksikan pertandingan itu sebagai bahan acuan untuk final besok.

Namun, Universe High School mendapatkan sedikit kesialan. Lebih tepatnya, pada Zoe yang mendapati cidera. Beruntung, bagi Zoe ini tidaklah seberapa dan ia tetap memaksa untuk mengikuti pertandingan besok. Zoe membuktikannya dengan berusaha untuk terlihat baik-baik saja walau dalam hati, ia serasa ingin mengumpat. Jelas, tak mungkin ia lakukan itu.

Sungguh, Zoe begitu kesal dengan Lily yang berasal dari Institue Le Rusel yang telah membuatnya tampak menyedihkan. Saat kekalahan yang mereka dapatkan, Zoe hanya melihat Lily yang mengamati amat pilu ke arah papan skor. Bukti jika ia memang kalah, bahkan seberusaha apapun dirinya. Mereka sempat bersitatap, walau gadis itu langsung mengalihkannya dan berlalu begitu saja—benar-benar meninggalkan area lapangan dengan kepala yang menunduk.

Itulah yang dirasakan jika kalah. Walau timnya sering menang, bahkan saat di masa Sekolah Menengah Atas, Zoe juga pernah merasakan kekalahan. Waktu itu ketika awal mula ia ditunjuk sebagai kapten. Ada rasa bersalah, sedih dan kecewa mendalam terhadap diri karena tidak bisa mendorong tim untuk memenangkan sebuah pertandingan, tetapi dari kisah itulah yang membuat Zoe semakin berjuang. Bukan hanya seorang diri saja, ia berjuang bersama dengan teman-temannya.

Teman yang begitu menyenangkan dan penuh sportif. Itu yang Zoe lihat dari mereka berlima. Saat semua orang di sekolah menutup mata, dibubuhi sedikit drama, mereka akhirnya ingin mengambil peran untuk menulis akhir yang indah untuk basket. Dedikasi besar yang diciptakan agar tidak adanya patriarki pada basket dan Zoe sangat senang mengenal mereka.

"Zoe, kali ini, kamu tidak boleh ke mana-mana, oke? Kita menyaksikan pertandingan terakhir sebelum pulang," kata Gaye yang menunjuk Zoe menggunakan botol air minum. Sang empu yang ditanya mengangguk dengan senyum bahagia, pertanda setuju. Lagipula, ia memang cukup penasaran dengan Akademi Lanakila—sekolah yang sebenarnya menjadi rekomendasi dalam olahraga basket karena beberapa pemain basket nasional terbentuk dari sana.

Mereka pun tampak cukup riuh. Deppna bahkan tidak ingin berhenti bersorak untuk kemenangan mereka tatkala tidak ada dari pihak sekolah yang mendukung. Tampak menyedihkan, tetapi itulah fakta yang harus mereka ketahui.

Pelatih Joo yang masih ada di sana—berhadapan dengan lingkaran klub basket putri, tersenyum tipis. Tidak berselang lama, suara tepuk tangan ia ciptakan begitu saja. Berakhir menyentakkan keenam gadis yang tengah bersiap-siap untuk berpindah ke area tribun penonton, namun tidak ada yang berbicara. Rasanya, mereka hanya ingin mengamati Pelatih Joo yang tanpa di sadari, mengambil beberapa langkah untuk mendekat.

"Kalian luar biasa. Latihan dengan waktu sedikit dan bahkan dikelilingi oleh tekanan, kalian bisa melewatinya. Saya sudah mengakui jika kalian memang bisa membawa perubahan saat Zoe berani menantang Troy! Walau begitu, hasil hari ini adalah berkat usaha kalian. Walau besok kalian masih harus berjuang, tetapi sampai sejauh ini, kalian luar biasa dan tidak mudah dilalui oleh banyak orang," jelas Pelatih Joo yang berhasil membuat keenam gadis itu terkejut. Apa ini bagian dari Pelatih Joo yang ingin menggali rasa simpati mereka setelah apa yang diperbuat kemarin? Namun, keenam gadis itu tidak mengerti.

Mereka mencoba untuk tidak mengambil pusing karena ini adalah hari bahagia mereka. Bahkan jika Pelatih Joo belum memberikan pengakuan, mereka tidak peduli, karena mereka hanya mengusahakan sesuai dengan kemampuan mereka, pun Tuhan berkehendak.

Alhasil, setelah acara berbagi kebahagiaan, mereka bergegas ke bagian tribun—untuk menyaksikan pertandingan selanjutnya. Entah mereka akan melawan Akademi Lanakila atau Sky High School. Keenam gadis tersebut bersama sang pelatih berada dibagian depan—begitu jelas bisa menyaksikan pertandingan yang tidak akan lama lagi dilaksanakan. Mereka sudah melihat kedua tim yang sedang melakukan pemanasan.

"Wah, pemain Akademi Lanakila semuanya memiliki proporsi tubuh yang tinggi," ucap Deppna yang langsung memberikan perhatian pada seragam basket berwarna hitam.

Avanti mengangguk. "Tetapi Sky High School memiliki hal sama, walau Akademi Lanakila memang tampak luar biasa saat ini. Kudengar, mereka yang memenangkan pertandingan khusus putri walau beberapa pertandingan khusus putra diraih oleh sekolah kita," jelasnya, sekadar memberikan informasinya.

"Sebenarnya, jika klub putra, Akademi Lanakila dengan Universe High School tampak seimbang. Mereka saling membalikkan keadaan. Hanya saja, akhir-akhir ini, Universe High School berhasil juara. Aku cukup penasaran dengan Winter Cup nanti," ucap Ishana. Ia mendapat anggukan dari rekan lainnya. Seraya menanti pertandingan berlangsung, tetapi fokus Zoe sendiri ada pada ponselnya. Saat ini, ia tengah mengirimkan pesan pada Bella, tetapi temannya itu sama sekali belum membalas pesannya, terkhusus pesan yang kemarin.

Zoe frustrasi, tidak tahu harus apa. Sehingga ia memilih untuk memasukkan ponsel ke dalam saku, tetapi ponselnya kembali bergetar. Saat di rasa itu bersumber dari Bella, Zoe buru-buru melihat untuk memastikan. Namun, ia salah menduga. Itu pesan dari Yuuki.

Selamat, kalian lolos ke babak final. Aku ikut senang. Lain kali, aku akan mentraktir khusus untukmu sebagai sebuah pencapaian.

Zoe dibuat terpaku pada pesan tersebut. Nyatanya, masih ada pesan lagi.

Semoga cepat sembuh, Zeo, tetapi jujur! Kamu hebat dan aku kagum dengan semua usahamu.

Entah kenapa, bersamaan dengan pesan itu, Zoe merasakan jantungnya yang berdetak tak karuan, padahal ini hanyalah sebuah pesan. Bukankah seharusnya tidak seberlebihan ini? Bahkan, karena itu, Zoe tidak menyadari saat pertandingan telah dimulai. Jika bukan karena senggolan dari Elakshi, ia seperti akan larut dalam lamunannya.

***

Zoe mengamati pergelangan hingga punggung kakinya yang terlilit perban elastis berwarna cokelat muda. Momen cidera itupun alhasil kembali teringat, membuatnya sedikit frustrasi. Setelah menyaksikan pertandingan Akademi Lanakila yang luar biasa, Pelatih Joo serta kelima temannya memaksa dirinya untuk dibawa ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan, menentukan apa ia bisa bermain atau tidak, pun kata dokter ia masih bisa bermain—setidaknya tidak terlalu memaksakan diri karena walaupun lukanya terbilang keseleo ringan, antisipasi tetap harus dilakukan.

Perlahan, Zoe merebahkan tubuhnya di atas kasur. Ia mengamati langit kamar yang tampak hampa lalu berpaling ke potret dirinya yang mengenakan seragam basket di kejuaraan pertama saat Sekolah Menengah Pertama dengan menggigiti medali emas tersebut. Momen-momen yang begitu indah, terlebih kedua orang tuanya waktu itu masih ada bersama dirinya. Zoe tidak bisa lupa, tetapi jika mengingatnya, ia terasa begitu kosong.

"Putri ayah dan ibu, masalah apapun yang kamu hadapi nanti, jangan pernah menyerah, ya. Setiap orang akan berada dititik itu, mereka sebenarnya hanya perlu beristirahat. Jadi, jangan menganggap mimpimu harus dihentikan didetik itu juga."

Perkataan sang ayah masih begitu terekam. Zoe tidak bisa membohongi diri, betapa tangguh dan kuatnya sang ayah selama ini. Bahkan, hal ini juga berlaku pada ibunya. Zoe perlahan mengulas senyum. Sedikit demi sedikit, ia merasa dirinya membaik untuk menghadapi besok.

Walau dipertandingan tadi Akademi Lanakila tampil memukau hingga membuat Sky High School hanya mendapatkan 30 poin yang tidak sebanding dengan Akademi Lanakila yang memperoleh 60 poin. Mereka memang hebat, terlebih mereka memiliki seorang kapten yang Zoe kagumi saat sekolah menengah pertama. Kapten yang menjadi pemicu Zoe ingin melampaunya dan melihat ia kembali bermain setelah sekian lama, rasa kagum itu masih ada.

Zoe hanya tersenyum tipis, karena ia teringat kata perpisahan untuk sang senior waktu itu. "Kapten, di masa depan nanti, aku ingin melawan dan mengalahkan kapten!" Dan itu akan Zoe lakukan besok. Ia akan berusaha memenuhi kata perpisahan itu. Mengingat, tidak ada yang mustahil untuk dilakukan.

Hola guys, aku update lagi! Sesuai jadwal sih, hehehe.

See u pokoknya di babak final

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro