Bagian XX : Final Round

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Puncak Women's Eiland Cup diadakan malam hari, sehingga semua orang yang sempat mengeluh tak bisa datang menyaksikan secara langsung karena harus mengikuti pembelajaran atau menyelesaikan pekerjaan yang ada, tetapi saat ini mereka bisa datang untuk mendukung klub kesayangan masing-masing. tak ayal, murid atau alumni dari Universe High School benar-benar menyempatkan diri untuk datang, mendukung klub basket putri yang saat ini berjuang di babak akhir.

"Univese High School!"

"Klub Basket Putri UHS! Kalian pasti bisa!"

Mereka—Zoe, Geya, Ishana, Avanti, Deppna dan Elakshi bisa mendengar suara yang menggema di Land Center. Berbeda dari babak sebelumnya, kali ini mereka dibuat terpaku—tidak bisa berkata-kata.

"Aku seakan baru menikmati pertandingan sesungguhnya. Beberapa dari mereka ada dipihak kita," kata Ishana tiba-tiba. Mereka setuju, lalu Deppna menuju ke sebuah arah.

"Lihatlah ke sana! Ada spanduk! Klub Basket Putri UHS! Terbang dan melambunglah setinggi langit!" ucap Deppa yang berseru. Tentu saja, mereka bisa melihat spanduk yang dipasang anggota klub basket putra. Di belakang spanduk yang di pasang pada bagian depan mereka, bahkan ada Levi, Ebra dan Troy yang raut wajahnya tampak tidak ikhlas.

Zoe hanya bisa menghembuskan napas kasar. Walau mereka semua hanya ada saat babak terakhir, tetapi Zoe tetap bersyukur karena ia beserta dengan timnya bisa memberikan pembuktian bahwa mereka memang bisa. Dan hari ini, mereka benar-benar akan mengerahkan seluruh kemampuan yang mereka miliki untuk mengusahakan kemenangan.

Walau banyak orang yang beranggapan bahwa mereka sulit untuk menang saat lawan mereka adalah Akademi Lanakila, Zoe tidak peduli karena menurutnya semua orang memiliki kesempatan untuk menang, termasuk Universe High School yang memiliki kesempatan yang sama.

"Baiklah, kalian akan bermain lima menit lagi. Posisi kali ini seperti yang dibahas sebelumnya. Zoe akan tetap masuk diquarter pertama, tetapi Ishana akan masuk diperkiraan quarter ketiga dan jika terjadi hal yang sebenarnya tidak pernah kita bayangkan," kata Pelatih Joo yang memberikan instruksi saat mereka berenam kini duduk, sementara Pelatih Joo berdiri dan sedang memberikan pengarahan.

Seperti biasa, Pelatih Joo akan mengulangi inti-inti pembahasan semalam. Posisi, strategi, permainan yang sportif dan kerja sama tim. Mereka berenam pun menyukai hal tersebut, karena walau mereka sudah tahu, tetapi mereka setidaknya akan lebih paham lagi untuk bertindak di lapangan—tidak berakhir seperti orang yang kebingungan.

Walau sebelumnya Pelatih Joo menyebalkan, tetapi disisi lain, ia adalah pelatih yang luar biasa—mereka mengakui itu. Caranya memberikan arahan, begitu terarah dan terstruktur. Hanya saja, mereka masih bingung dengan sisi lain Pelatih Joo yang patriarki—setuju dengan pembubaran klub basket putri waktu itu. Jika membahas hal tersebut, lima menit tersisa sebelum pertandingan serasa tidak akan cukup.

Alhasil, Zoe memilih untuk menenangkan diri agar bisa terus bermain hingga quarter terakhir. Ia harus bermain, terlebih kala ia melirik ke sisi kanan, Zoe langsung melihat gadis yang begitu tinggi—melebihi Ishana dengan postur yang memang ideal. Gadis yang memiliki shooting indah, gaya dribble memukau dan umpan yang bisa melabui lawan jika tidak fokus. Gadis yang dulunya ia begitu kagumi dan ingin menjadi seperti dirinya—ralat! Zoe ingin melampau dia, Leah Anjani.

"Kau pasti bisa melampauinya! Jangan takut hanya dengan proporsi tubuhmu yang jauh dari dia." Sebuah suara langsung mengejutkan Zoe. Bahkan, Zoe rasanya ingin berteriak saat melihat Yuuki bertekut lutut di hadapannya.

"Senior? Apa yang Senior lakukan di situ? Senior—"

"Aku tidak akan macam-macam. Tenang saja." Sambil ia memperlihatkan kotak P3K yang sedang ia pegang. Masih tidak paham, Zoe memasang wajah kebingungan yang membuat Yuuki tertawa—seakan ada yang lucu. "Hanya ingin membalut pergelangan dan punggung kakimu. Harus diberikan salep pereda nyeri agar kamu cukup bisa leluasa bergerak, tetapi jika merasa sangat sakit, kamu harus beristirahat! Jangan egois pada dirimu."

Yuuki berujar sembari melakukan kegiatannya. Zoe sedikit tidak enak, tetapi paksaan dari Yuuki dan janjinya yang tidak berbuat lebih membuat Zoe hanya bisa mengamati lelaki itu yang amat telaten membalut lukanya. Jika dipikir-pikir, ini adalah kedekatan mereka yang lebih intim dan sedikit absurd. Pasalnya, ia tidak menyangka jika seorang lelaki yang begitu dikagumi gadis-gadis melakukan hal seperti ini.

Mendadak, Zoe tersenyum miris. "Senior seharusnya tidak perlu sejauh ini. Bagaimana jika penggemar dan kekasih Senior berakhir meninggalkan Senior ? Jelas mereka akan marah jika melihat ini. Aku bisa sendiri." Namun, Yuuki tetap pada aksinya. Bahkan, ia tersenyum lebar. Akhir-akhir ini, Zoe selalu melihat senyuman itu.

"Asalkan kamu yang tidak meninggalkanku, aku tidak masalah jika ditinggalkan dua hal yang kamu katakan." Seraya Yuuki merapikan benda-benda medis yang kembali ia masukkan ke dalam kotak P3K. Yuuki tidak mengamati Zoe yang saat ini mengerjapkan kedua mata—cukup bingung.

"Maksud Senior—" Namun perkataan Zoe seketika dihentikan oleh suara peluit yang menggema. Para pemain harus bergegas memasuki area lapangan dan itu menjadi perpisahan Zoe pada Yuuki untuk sementara waktu.

Yuuki hanya melemparkan senyum sebelum berkata, "kau pasti bisa! Aku yakin dengan hal itu!"

Kalimat yang bukannya mendapatkan semangat, Zoe bertaruh jika ia malah semakin deg-degan. Jantungnya sungguh terasa berdebar tidak karuan, padahal Yuuki hanya mengatakan hal biasa yang dikatakan untuk rekan se-klub, terlebih mereka sama-sama seorang kapten.

Alhasil, Zoe mencoba untuk menenangkan diri. Udara sejak tadi ia ambil lalu menghembuskannya secara pelan hingga ia bisa mengikuti pertandingan saat ini. Zoe mendekat kea rah lapangan, tetapi langkahnya harus terhenti saat mendengar seseorang tengah memanggil. Itu adalah Leah.

"Adik manisku, senang bisa melihatmu lagi. Aku mengira kamu akan terus berada di Amerika, nyatanya kamu kembali ke Kota Ily," ucapnya dengan senyuman yang tampak begitu lebar.

Zoe melirik ke arah Leah dengan wajah datar lalu mengangguk sekenanya. "Tentu saja aku harus kembali. Bukankah aku harus menepati janji?" kata Zoe, berakhir menciptakan kebingungan.

Leah menaikkan sebelah aslinya. "Apa maksud dari ucapanmu?" tanya Leah tidak mengerti.

"Seperti yang kukatakan waktu itu, di masa depan nanti, aku ingin melawan dan mengalahkanmu. Lewat kejuaraan inilah aku akan melakukannya," jelas Zoe yang semula membuat Leah tertawa, saat ini tersenyum miring—menyalurkan aura yang menegangkan.

Leah lantas langsung mengangguk. "Aku suka semangatmu dan buktikan kalau begitu! Karena aku tidak akan membiarkan kalian menang!" kata Leah yang menjadi akhir dari pembicaraan mereka karena Leah yang harus menjadi center—berhadapan dengan Elakshi yang setidaknya bisa semampai dengan dirinya.

Zoe berdiri tidak jauh dari Elakshi yang mulai menyiapkan diri untuk merebut bola di bagian awal pertandingan dengan jump ball bersama Leah. Mereka semua, bahkan penonton sekalipun bisa merasakan aura yang cukup menegangkan, hingga wasit melambungkan bola basket ke atas yang beriringan dengan suara peluit yang berbunyi—menandakan jika babak final antara Akademi Lanakila melawan Universe High School dimulai.

Hola,  aku update!

 Semoga nggak ada tipo sih and see u pokoknya di bab selanjutnya~!~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro