[1] hajin - we all lie

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng



𖠁𐂃𖠁

selamat datang di sekolah menengah akhir munhwa.

sesuai dengan titelnya sebagai sekolah terbaik di korea selatan, sma munhwa menawarkan berbagai macam fasilitas yang dapat menunjang proses pembelajaran siswa, yang pada akhirnya bermuara menuju sky — sebuah akronim yang biasa digunakan untuk mendeskripsikan tiga perguruan tinggi yang paling bergengsi di penjuru negeri, yaitu universitas nasional seoul, universitas korea dan universitas yonsei.

harapan tersebut pada akhirnya mendasari terbentuknya high society, sebuah komunitas elit dimana nilai tinggi, prestis dan status bukan hanya menjadi tolak ukur intelegensi murid-muridnya, melainkan sebagai penentu tangga sosial.

tidak sembarang orang dapat menjadi bagian dari high society. memiliki keuntungan tersendiri, selain menawarkan sistem pembelajaran yang efisien bersama beberapa tutor privat yang kompeten dalam bidangnya masing-masing, komunitas ini juga menyediakan ruangan belajar khusus, makanan yang bergizi dan info internal lain yang dapat meningkatkan probabilitas anggotanya dalam menguasai sky di masa depan.

namun, untuk menjadi bagian dari kemewahan tersebut bukanlah perkara mudah.

setiap tahunnya, high society hanya menerima lima siswa dengan peringkat teratas dari masing-masing angkatan, dengan total lima belas orang anggota.

salah satunya adalah felix lee, seorang murid pindahan dari st. patrick's marist college di sydney, australia. meskipun kemampuannya dalam berbahasa korea masih terbilang minim, seluruh rapor felix yang bertaburan huruf 'A' membuatnya memiliki nilai plus di mata sma munhwa.

lagipula, remaja berusia sembilan belas tahun itu memiliki kewarganegaraan asing. entah apa yang membuat hal tersebut menjadi terlihat spesial, namun, begitulah adanya.










hari ini merupakan hari pertama felix menjadi seorang anggota. sambil sesekali mencengkram tali ranselnya, laki-laki itu berjalan menyusuri koridor sekolah dan berhenti tepat di depan pintu berwarna merah.

high society, baca sebuah plakat emas berlogo kuda yang tersemat di dinding.

sesungguhnya, selama tinggal di australia, felix belum pernah mendengar bahwa sebuah sekolah dapat memiliki komunitas elitnya sendiri. bahkan, ia sama sekali tidak memiliki pilihan saat penawaran tersebut diberikan.

satu-satunya alasan mengapa ia memutuskan untuk menerima kesepakatan tersebut adalah rasa penasaran yang kuat untuk mendalami sistem pendidikan di korea selatan.

bergabunglah bersama high society, sebuah perkumpulan khusus bagi anak-anak paling berbakat di munhwa, bangga salah satu staff yang membantunya saat pendaftaran masuk. dengan begitu, sky akan berada dalam genggamanmu.

anak-anak paling berbakat . . .

apakah felix mampu menjadi bagian dari mereka?











"kau sudah datang," sambut satu dari empat belas orang anggota high society yang sedang bersantai di ruang berkumpul, menunggu jam pelajaran dimulai. "perkenalkan, namaku bang chan. tahun ketiga."

"felix lee, tahun kedua," ia mengangguk ragu.

seperti yang diprediksikan, ruangan berkumpul high society terbilang sangat ekslusif. terdapat sebuah perpustakaan kecil, kulkas berisikan minuman dingin, beberapa sofa dan bantalan-bantalan empuk yang tersebar di atas karpet.

berbanding seratus delapan puluh derajat dari australia, felix tidak dapat menampik bahwa pelajar di korea selatan jauh lebih ambisius dan soliter. bahkan, kebanyakan dari mereka terlihat sibuk membaca buku dan mengulas beberapa lembaran soal — kecuali untuk seorang berandal di pojok ruangan dengan kancing terbuka dan lipatan kemeja yang dikeluarkan, yang memilih untuk mendengarkan musik sambil sesekali bersenandung lembut.

kembali pada agenda awal,

tanpa segan, laki-laki bernama bang chan itu mulai memperkenalkan anggota-anggota lain yang terlihat acuh dengan kehadirannya.

"di tahun pertama ada jeon somi, yang jeongin, kyla massie, lai kuanlin, dan jo yuri," bang chan menunjuk kearah beberapa siswa yang duduk di sisi kanan ruangan, sebelum berpindah ke sayap kiri. "di tahun kedua ada kim seungmin, hwang yeji, han jisung dan hwang hyunjin. mereka yang akan menjadi teman belajarmu hingga tahun ajaran berikutnya."

felix mengangguk dalam diam, menghafalkan mereka yang akan mengisi hidupnya beberapa waktu kedepan.

"dan yang terakhir, di tahun ketiga ada aku, lee minho, kim woojin, seo changbin dan zhou jieqiong. tetapi saranku . . ."

"saranmu?" felix mengernyitkan dahinya.

bang chan menghela napas pasrah. "aku tahu kau adalah anak yang pintar, jadi ingat perkataanku baik-baik, okay? apapun yang terjadi, jangan berurusan dengan mereka, siapapun itu. siswa yang bergabung dalam high society — bukan hanya nilai yang sempurna, tetapi mereka juga memiliki koneksi dan agenda khusus yang berakhir pada tujuan yang sama. sky, kalau kau pernah mendengarnya. jadi, percayalah pada dirimu sendiri."

aneh.

semuanya terlihat bohong. semuanya terlihat palsu.

"ini semua tidak masuk akal," lanjut felix sambil menatap kearah tiga belas siswa yang terpencar di setiap sudut ruangan. berbagai pertanyaan kini menghantuinya, seakan-akan menuntut untuk dijawab. "things like these don't exist in australia."

"but this is not australia," ia menggelengkan kepalanya dengan makna tersirat. "welcome to south korea."










melepas pandangannya dari bang chan, tanpa disadari, kedua mata felix berhenti pada sesosok remaja bertubuh tinggi dan tegap yang sedang asyik membaca buku di atas sofa.

advanced guide to pharmacology. mungkin, ia bercita-cita menjadi seorang dokter.

entah apa yang membuat felix tertarik padanya. ia tidak dapat memungkiri bahwa laki-laki itu memiliki wajah yang tampan. tulang hidungnya tinggi, rahangnya tajam dan warna kulitnya semanis madu. saat ini, ia sedang terlihat sibuk mencerna setiap perbendaharaan kata yang tertera, namun, sorot matanya berkata lain.

apa yang sedang aku lakukan disini? bisik sepasang saraf optik itu.

laki-laki itu adalah kim woojin.

namun, siapa kim woojin yang sebenarnya?










seorang laki-laki paruh baya berjalan memasuki kediaman mewahnya yang bergaya victorian.

seperti biasa, hal pertama yang akan ia lakukan sepulang kerja adalah memastikan bahwa anaknya — anak sulung yang pintar dan selalu ia banggakan — sedang belajar di dalam kamar, entah mengerjakan latihan soal atau mungkin mendengarkan online lecture yang telah diunduh sebelumnya.

"sayang," sang istri memanggilnya dari arah dapur. "jangan lupa mengajak anak kita untuk turun dan makan malam. hari ini, aku memasak menu favoritnya."

tanpa mengatakan apapun, laki-laki itu hanya mengangguk.

"woojin-ah . . ." tok. tok. "dapatkah ayah masuk ke dalam?"

tidak ada jawaban.

"woojin-ah?"

tanpa berfikir dua kali, laki-laki itu memutar knop pintu kearah kanan dan berjalan masuk ke dalam kamar anak sulungnya. terlihat lampu belajar yang masih menyala, beberapa tumpuk kertas yang berserakan di lantai, dan—

"kim woojin?!"

remaja berusia sembilan belas tahun itu kini ditemukan tidak sadarkan diri, terkulai lemas di atas lantai marmer yang dingin seperti saat ia menerima hujaman metal dari sang ayah.

terlihat busa putih memenuhi mulutnya yang setengah terbuka, segelintir tablet yang tercecer dan sebuah botol oranye kosong bertuliskan,

paroxetine.










setiap aksi menimbulan reaksi, dan terkadang, dunia memang sekejam itu.


𖠁𐂃𖠁


halo! gimana menurut kalian chapter
pertama high society?

btw, kalau kalian bingung, bagus. hehe. oh ya,
yang aku italic tuh terjadinya gak sekarang, tapi akan segera mengarah kesana. nanti di chapter selanjutnya bakalan aku jelasin lebih lanjut

ada pertanyaan?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro