[2] bts - fake love

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng



𖠁𐂃𖠁


beberapa saat sebelumnya

kring!

nyaring bel pelajaran pertama menguasai panca indera felix. menatap kearah seluruh siswa yang mulai berpencar ke dalam beberapa ruangan berbeda, ia pun tersadar bahwa terdapat total tiga ruang kelas di dalam high society untuk setiap tahun yang diajar.

berusaha untuk mengingat siapa saja teman-teman barunya, felix memberanikan diri untuk menyapa seorang siswa yang sedang berdiri tidak jauh darinya.

"um, han jisung?" sapa felix ragu, yang terkesan seperti sebuah pertanyaan.

"felix lee, kan?" balas jisung santai — bahkan sedikit mengagetkannya. menunjuk kearah bangku kosong yang berada di barisan terakhir, ia tersenyum dan berkata, "ah, sementara kau dapat duduk disitu. sebentar lagi guru kim akan segera datang."

"guru kim?"

"hmm, kim namjoon. ia mengajar matematika di munhwa," lanjut laki-laki itu. "berdasarkan informasi yang kudapat, guru kim merupakan lulusan terbaik universitas nasional seoul pada masanya. bahkan, IQ-nya mencapai 148. hebat, bukan?"

felix mengangguk paham, lalu sesekali mencuri padangan pada keempat siswa lain yang sibuk dengan dunianya sendiri.

"lalu, apakah kau memiliki hubungan yang dekat dengan hwang hyunjin, kim seungmin dan hwang yeji? sepertinya mereka terlihat kurang bersahabat."

"tidak terlalu," jisung menggelengkan kepalanya acuh. "kurasa, tidak ada yang namanya teman di high society. semuanya adalah kompetitor satu sama lain."

"mengapa begitu?"

"kau ini sungguh polos, ya?" melihat perubahan pada raut wajah felix, jisung menghela napas pasrah. "semua anggota komunitas ini memiliki sisi gelapnya masing-masing. hwang hyunjin si serigala berbulu domba, kim seungmin si ambisius dan hwang yeji — ah, bahkan aku tak tahu harus mulai dari mana dengan perempuan gila itu. pasti chan-hyung telah memberitahumu tentang sky, bukan?"

"memangnya, sky . . . sepenting itukah?"

"tentu saja. bahkan, saking terobsesinya, para orang tua telah mempersiapkan modul dan fasilitas yang terbaik bagi anak mereka sejak masih di taman kanak-kanak."

felix terdiam,

menelan salivanya dengan gugup.










tak lama kemudian, beberapa ketukan pintu menginterupsi, menandakan bahwa guru kim akan segera memulai pelajaran hari ini.

seluruh kegiatan otomatis terhenti, tergantikan dengan alat tulis dan buku-buku kalkulus yang tersimpan rapih di atas meja.

masih belum puas bercerita, jisung yang duduk tepat di depan felix menyempatkan diri untuk memundurkan kursinya dan berbisik, "kau tahu? dengar-dengar, kim woojin telah dijodohkan dengan zhou jieqiong. pewaris tunggal direktur rumah sakit universitas seoul, menikah dengan anak dari direktur rumah sakit universitas korea . . . wah, bayangkan seberapa berpengaruhnya keluarga mereka."










sepulang sekolah, kim woojin yang seharusnya bergegas menuju akademi tempatnya mengikuti kelas tambahan, justru menemukan dirinya di depan sebuah restoran bernuansa jepang klasik yang terlihat mewah dan elegan.

entah apa yang kali ini merasuki sang ayah saat mengajaknya untuk makan sore bersama.

"atas nama kim woojin."

"ah, keluarga anda telah menunggu di ruangan vvip," sapa seorang pelayan berkimono dengan ramah. "mari, akan saya antar."

langkah demi langkah woojin lalui dengan gugup, sesekali merenung apakah ia harus kabur atau tetap menuruti perintah ayahnya.

berhenti tepat didepan ruangan di akhir koridor, sang pelayan menggeser shōji dengan lembut dan meninggalkannya sendiri. "silahkan, tuan."

"terima kasih."










"—kau sudah datang, woojin-ah," suara laki-laki yang paling ia benci mendominasi telinga.

otomatis, woojin membungkuk tanda hormat sebelum terdiam kaku ketika melihat dua orang lain tersenyum di hadapannya.

zhou jieqiong dan ayahnya.

"selamat sore, jieqiong-sshi," tak sekalipun ia melepaskan pandangannya dari perempuan berdarah cina itu. "selamat sore, paman zhou."

melihat keduanya terpaku satu sama lain, tuan zhou tersenyum dan mengisyaratkan woojin untuk duduk bersama di atas tatami. "duduk, woojin-ah."

apa yang sebenarnya ingin mereka sampaikan?

"setelah ini, ayah dan tuan zhou harus segera kembali ke rumah sakit," lanjut tuan kim santai, sambil menyesap segelas sake yang baru saja ia tuang. "kami hanya ingin menyampaikan bahwa acara pertunangan kalian akan dilaksanakan pada akhir bulan ini."

"mengapa begitu cepat, paman?" tanya jieqiong kaget. kedua matanya membulat sempurna.

"lebih cepat lebih baik, bukan?" tuan zhou tertawa. "kami hanya tidak ingin mengganggu kesibukan kalian. ujian masuk perguruan tinggi akan segera tiba, sehingga kami tidak ingin mengambil resiko. kalian tahu rumah sakit kami akan segera meluncurkan proyek kolaborasi, bukan?"

uang, uang, uang. pada akhirnya, hanya prestis dan status yang menjadi tolak ukur kesuksesan seseorang.

bahkan, tak sekalipun kedua laki-laki paruh baya itu pernah bertanya apakah woojin dan jieqiong benar-benar saling mencintai.

semuanya berakhir pada uang.

"bila itu yang kau inginkan, ayah," jieqiong mengangguk lembut, membuat woojin semakin muak dengan segala kepalsuan ini. "bagaimana denganmu, woojin-sshi?"

pertanyaan terbesar adalah, apakah keluarga zhou telah mengetahui gangguan yang selama diidapnya?











"sebelumnya, apakah kau telah mengetahui . . ."

"ya," potong perempuan itu. "kami semua telah mengetahuinya. jangan khawatir, woojin-sshi, semuanya akan baik-baik saja—"

"—dan dengan bodohnya, kau masih menyetujui perjodohan ini?!"

"kim woojin!" tidak terima dengan perlakuan sang anak, tuan kim membanting gelas sakenya dengan kencang. "jaga ucapanmu!"

"kalian semua gila, benar-benar gila!" teriak woojin sambil mencengkram kuat rambutnya, sebelum berlari meninggalkan restoran.











"ibu . . ."

sesampainya di rumah, woojin berlari menuju dekapan sang ibu dan menangis layaknya anak kecil.

"aku tidak ingin menikah dengannya."

"ayahmu hanya ingin yang terbaik untukmu, sayang," perempuan paruh baya itu mengelus lembut rambut anak tunggalnya. "maafkan ibu karena tidak bisa berbuat banyak. ini semua kami lakukan untuk masa depanmu."

ini semua benar-benar gila.

"masa depanku, atau gengsi kalian?" decih woojin sebelum meninggalkan ruang tamu, menaiki setiap anak tangga dengan amarah memuncak.








sebotol paroxetine yang telah menemaninya selama beberapa waktu belakangan tersimpan rapih di atas nakas. woojin masih ingat betul penjelasan yang ia temukan dalam buku yang dibacanya tadi pagi.

paroxetine adalah jenis antidepresan yang digunakan untuk mengobati depresi, serangan panik, gangguan obsesif-kompulsif, gangguan kecemasan, dan gangguan stres pasca-trauma. cara bekerja paroxetine adalah meningkatkan mood, tidur, nafsu makan, tingkat energi serta memulihkan semangat hidup. paroxetine juga dapat menurunkan rasa takut, cemas, pikiran yang tidak diinginkan, dan sejumlah serangan panik.

jangan mengonsumsi lebih dari satu tablet per hari. bila dosis tidak sengaja terlewat, lebih baik untuk tidak mengonsumsinya sama sekali hingga jadwal berikutnya. konsumsi berlebih paroxetine dapat menyebabkan overdosis.

"omong kosong," ia menggelengkan kepala sambil membaca tulisan yang tertera dalam kemasan.

dosis:
konsumsi di pagi hari, 1 kali sehari. setiap tablet memiliki kandungan sebesar 40 mg.

"psikiater sialan itu terus menaikkan dosisnya, sama sekali tidak memperdulikan bahwa tablet-tablet ini akan selalu berakhir dalam bilasan kloset," woojin tertawa pelan. "uang, uang dan uang — sama seperti ayah dan ibu yang tidak pernah memperdulikan perasaanmu. kau ini hanya boneka, kim woojin."











"dan apa salah satu ciri dari sebuah boneka?" memperlihatkan senyum kemenangan, woojin menumpahkan seluruh isi botol tersebut ke dalam mulutnya. "mereka tidak hidup."


𖠁𐂃𖠁


please remember that you are not alone. if you
ever need someone to talk to, my dm is always open 24/7 🙆🏻‍♀️💓

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro