[3] stray kids - rock

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng



𖠁𐂃𖠁


pagi itu, komunitas high society menjadi topik perbincangan yang paling ramai dibicarakan siswa munhwa.

"ku dengar, kim woojin melakukan percobaan bunuh diri karena tidak ingin dijodohkan dengan zhou jieqiong . . ."

"tidak, tidak mungkin! pasti karena high society memberinya masa-masa sulit."

"bagaimanapun juga, sky adalah dewa dari segala dewa."

"bukankah ujian masuk perguruan tinggi adalah pergulatan antara hidup dan mati?"

mendengar ocehan tersebut, felix merasa muak. entah apa yang merasuki pikiran laki-laki itu, namun, tidakkah lebih baik untuk berdiam diri dan mendoakan kesembuhannya?

"felix!" panggil dua orang dari ujung koridor — chan dan jisung — sambil melambaikan kedua tangan mereka. "apa yang sedang kau lakukan disitu? ayo masuk!"

ah, pintu merah itu lagi.

menghela napas kasar, felix memaksakan senyuman pasrah dan mengikuti arahan kedua teman barunya.











sesampainya di ruang tengah, terdapat hampir seluruh anggota high society yang sedang asyik berdiskusi, sesekali menatap sinis antara satu sama lain.

"hei, anak baru," panggil changbin acuh. "kau sudah tahu?"

felix mengernyitkan dahi. "kim woojin?"

"memangnya siapa lagi?" tanya kuanlin sambil memutar bola matanya.

"tenang . . . ia tidak mati," lanjut yeji, sebelum membuat gelembung dari permen karet yang sedang ia gigit dan memecahkannya.

"hanya saja sekarat," timpal seungmin penuh penekanan.

beberapa dari mereka tertawa santai, membuat anggota termuda high society yang sedari awal terdiam di ujung ruangan semakin geram.

"hentikan!" teriak jeongin. "perut woojin-hyung harus dipompa, dan saat ini ia sedang terbaring lemah di rumah sakit! aku tahu kalian semua adalah rival, tetapi dapatkah kalian melupakan persaingan bodoh ini sejenak?!"

"lalu apa yang akan kau lakukan?" seorang remaja bertubuh tinggi yang baru saja masuk ke dalam ruangan segera berjalan mendekatinya dengan tatapan membunuh. entah apa yang membuat laki-laki itu sangat murka. "menangis? mengadu pada ibumu?"

"hwang hyunjin!"

"hmm? ada apa, lee minho? kau mau mencoba membelanya?"

"—cukup," bang chan yang masih berdiri di depan pintu mengepalkan tangannya, berusaha untuk tetap bersikap rasional. "berhenti berbicara seperti itu, kalian tidak terlihat seperti orang berpendidikan."

seketika, seluruh ruangan hening.











beranjak dari sofa di samping rak buku, yuri menyilangkan kedua tangannya di depan dada dan tersenyum. "setidaknya kami mempunyai cukup uang untuk melanjutkan kuliah, dasar musisi murahan."











sepiring donkatsu yang tersaji di atas meja sama sekali tidak menggugah selera. sambil menusuk-nusukkan sumpitnya pada permukaan daging yang masih hangat, felix menghela napas dan mengamati seluruh penjuru kantin.

tidak satupun dari siswa yang sedang makan siang memiliki menu yang sama dengannya. hanya ada sup kimchi, nasi, sayur dan segelas air putih di atas meja. bahkan, beberapa dari mereka harus membeli cemilan tambahan dari mesin penjual otomatis untuk mengganjal lapar.

apakah jurang pembatas high society sebesar itu?

bahkan, ia tidak memiliki cukup waktu untuk memperkenalkan diri dengan siswa dari kelas reguler.

"felix! mengapa kau makan sendiri?" sebuah panggilan membuyarkan lamunannya.

mencari sumber suara, ia menemukan chan, minho dan jisung yang berjalan kearahnya dengan senyuman ramah, sambil membawa nampan mereka masing-masing.

"mereka semua — tidak akan ada yang ingin berteman denganmu," lanjut minho santai setelah menduduki salah satu bangku yang kosong. "terkadang aku lelah menjadi bagian dari komunitas bodoh ini."

"mengapa begitu?"

"entah," balas chan. "kurasa karena kita terlalu berbeda. aku pun tidak dapat menyalahkan mereka. meskipun begitu, setidaknya mereka masih mau menjadi pendengar setiaku."

"ah, tentang itu," felix mengangguk. "ku dengar dari jo yuri, kau adalah seorang musisi?"

"hyung adalah musisi yang handal!" sambung jisung semangat. "maka dari itu, ia belajar dengan giat agar mendapatkan beasiswa dari departemen musik yonsei. bahkan, lirik lagu ciptaannya sering kali diunggah pada laman sekolah. karena itulah, siswa munhwa masih menghargai keberadaannya."

setelah menyesap segelas susu dingin, minho mencondongkan tubuhnya dan menaikkan alisnya. "bagaimana denganmu, anak baru? apa hal yang kau sukai?"

"uh, m-menari?"

"kalau begitu, malam ini, datanglah ke studio tari tempatku mengajar," ajaknya. "dua bocah ini sering membantuku memilih lagu— mungkin kau dapat membantuku menyusun koreografi?"











hide carefully
i might see you
each day is the same
i'm trying to find myself again

memberhentikan lagu ciptaan chan sejenak, minho menyeka keringat yang membasuh peluhnya dan tersenyum, sesekali menepuk pundak felix dengan bangga.

"wah, felix lee . . . aku tak menyangka," pujinya dengan napas yang tersengal-sengal. "kalau kau berminat, aku dapat merekomendasikanmu untuk menjadi pengajar tetap di studio ini. aku yakin, bosku akan menerimamu dengan senang hati."

"dapatkah kau melakukannya?" balas felix dengan mata yang berbinar.

"tentu saja," minho tertawa. "aku akan segera memberikan nomor telfonmu padanya jika kau setuju."

"ide yang bagus."

melihat sekelilingnya, terdapat chan sedang menyibukkan diri mengaransemen lagu pada laptop kesayangannya, sedangkan jisung masih asyik bermain games sambil sesekali bersumpah serapah . . . semuanya terkesan normal, hingga sesuatu mencuri perhatiannya.

"minho-hyung, apakah ini milikmu?"

beberapa fotokopi buku latihan soal tertumpuk asal di atas meja. pada awalnya, laki-laki itu mengira bahwa minho tetap menyempatkan diri untuk belajar setelah menari — namun, setidaknya terdapat lima salinan untuk buku yang sama. untuk apa minho menyalin buku tersebut bila ia adalah satu-satunya orang yang menggunakannya?

perlahan, felix mulai membolak-balikkan setiap lembaran yang tersuguh di hadapannya. seluruh materi yang ada telah diajarkan dalam high society. bahkan, tak jarang ia menemukan beberapa bagian penting yang telah ditandai dan dituliskan kunci jawaban.

untuk apa lee minho melakukan semua ini?











"hyung, apakah ini milikmu?"

melepaskan pandangannya dari arah lain, minho terperanjat saat melihat felix yang sedang membaca salah satu buku miliknya. dengan sigap, ia berlari dan segera menutup halaman yang sedang terbuka, seakan-akan benda tersebut adalah harta yang paling berharga.

"—kau tak perlu tahu," balasnya dingin sambil memasukkan seluruh salinan ke dalam tas.

atmosfer studio seketika menjadi canggung — bahkan chan dan jisung telah memberhentikan kegiatan mereka.

"ini bukan apa-apa," menggaruk tengkuknya bingung, minho berjalan lebih dulu ke arah pintu keluar dan memaksakan sebuah senyuman. "ah, kurasa waktu sudah semakin larut. ayo kita pergi makan malam. aku tahu restoran ayam goreng yang enak di ujung jalan."










aneh, batin felix. apa yang sebenarnya minho sembunyikan darinya?

namun, hal ini tidak berlangsung lama, hingga—











"astaga!" panik jisung sambil mengetuk layar ponselnya. "hyung, ada berita penting! cepat buka laman sekolah!"

chan, minho dan felix yang masih asyik menikmati ayam goreng mereka, memilih untuk tidak menggubrisnya.

"nanti saja, jisung-ah. sekarang, cepat habiskan makananmu," sahut chan dengan acuh.

"tetapi ini benar-benar mengejutkan, hyung!"

sebelum felix dan minho dapat memberikan komentar, jisung lebih dulu menyodorkan ponselnya kearah mereka dengan wajah yang mulai memerah.


papan pengumuman
sekolah menengah akhir munhwa

[ picture attached ]

seorang siswi munhwa tertangkap basah sedang mengunjungi hotel bintang lima bersama gurunya?


meskipun wajah mereka tertutup oleh stiker, terlihat jelas postur tubuh dan gaya rambut kedua sosok yang familiar di kalangan anggota high society itu.

seorang perempuan bertubuh ramping, berkaki jenjang dan memiliki rambut panjang berwarna cokelat, serta seorang laki-laki bertubuh tinggi dan berkacamata—

"—jeon somi dan guru kim?"

jisung mengangguk. "hyung, coba kau lihat siapa penulisnya."

written by: who am i?











apa yang kau tuai, itu yang akan kau tanam; hal tersebut menjadi prinsip semesta yang paling ditakuti milyaran isinya.


𖠁𐂃𖠁


terima kasih untuk 1K-nya 💖

btw, kemarin gak update dulu karena sibuk
nge-hype stray kids huhuhu 😭😭 adakah dari kalian yg nonton unveil? titip salam buat
anak-anakku yaa!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro