Prologue

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Jadi, kenapa kamu datang kemari?"

Shitara menundukkan wajah dalam, berusaha menutupi air mata serta bekas tangan di wajahnya. Dia terlalu lelah saat ini, sekaligus terlalu malu untuk mendatangi Altair, tapi sadar tidak punya pilihan yang lebih baik.

Tidak banyak yang Shitara inginkan. Hanya satu pintanya datang pada laki-laki yang pernah dia abaikan bertahun-tahun lalu. Laki-laki yang kembali dia temui satu bulan lalu tanpa sengaja. Kemudian, memberinya sebuah penawaran. Tujuan Shitara sudah pasti untuk menerima tawaran itu.

"Aku ... aku butuh bantuanmu."

"Itu sudah pasti. Tidak mungkin seorang Nona Besar datang ke sini tanpa tujuan."

Itu adalah sindiran yang berhasil menyayat hati Shitara. Apa pun itu, akan Shitara terima. Altair berhak mengatakan apa pun.

"Keluarkan aku dari rumah itu. Aku mohon. Satu bulan lalu ketika tanpa sengaja kita bertemu di depan rumahku, kamu mengatakan jika aku bisa mengandalkanmu jika butuh bantuan."

Laki-laki itu menyeringai, lalu bangkit dari sofa dan berjalan menghampiri Shitara yang duduk di seberangnya. Tanpa peringatan, Altair meraih dagu Shitara, menaikkan pandangan gadis itu. Mata itu merah dan berkaca-kaca. Altair tahu ada harga diri yang telah lenyap melalui tatapan pasrah di hadapannya.

"Apa yang aku dapatkan jika membantumu?"

"Apa pun yang kamu inginkan, Altair. Aku ... aku tidak sanggup lagi ada di sana. Siksaan mereka tidak pernah berakhir sejak ayahku meninggal. Tolonglah, aku mohon. Kamu tahu, bahkan untuk kabur dari rumah dan mendatangimu saat ini, aku mempertaruhkan nyawaku. Jika mereka tahu aku tidak ada di rumah, mereka akan membunuhku."

Tumpah air mata gadis itu. Altair menyeringai puas. Ibu jarinya lalu mengusap wajah Shitara, tepat di bagian merah bekas tamparan.

"Baiklah. Aku akan membantumu."

"Sungguh? Te-terima kasih."

Air matanya masih menetes, tapi ada selarik senyum yang menghiasi wajah pucatnya.

Altair menarik tangannya dari dagu Shitara. Lalu mulai membuka kancing kemejanya satu per satu.

"Buka bajumu."

"Ya?"

"Aku bilang buka bajumu, Shitara."

Dada Shitara mendadak sangat sesak.

"Ke-napa?"

"Kenapa?" ulang Altair dengan dahi mengernyit.

Laki-laki beralis tebal itu kini sedang membuka gesper celananya.

"Kenapa aku harus membuka baju?" Shitara bertanya gugup.

"Mandi bersamaku, lalu naiklah ke ranjangku."

Perut Shitara seketika mual. Dalam kepalanya langsung merangkai adegan yang bisa saja benar-benar terjadi sebentar lagi.

"Altair, apa kamu bercanda?"

"Tidak."

Celana kain panjangnya sudah luruh ke lantai, begitu juga dengan kemejanya. Shitara kian tersudut, mulai membaca situasi bahwa dia telah salah membuat keputusan.

"Kamu masih perawan, bukan? Jadi, berikan aku tubuhmu malam ini."

"A-apa?"

Bahkan bibir gadis itu bergetar hebat. Altair yang melihatnya malah tertawa kecil. Dia mendekatkan wajah sangat dekat dengan Shitara, membelai rambut itu pelan, kemudian menyelipkan tangan di helai-helainya. Napas pendek Shitara dapat Altair rasakan, membuat seringainya tidak bisa lenyap.

"Bayar kebebasanmu dengan tubuhmu, untuk malam ini dan malam-malam selanjutnya, Shitara. Maka, mulai besok pagi akan kupastikan mereka tidak akan pernah mengganggumu lagi."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro