1. Keset Selamat Datang

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Indonesia, 4 Oktober 2020

Dunia game tanah air lagi-lagi digemparkan dengan kembalinya permainan Clade yang sempat menarik perhatian masyarakat setengah dekade lalu. Developer yang diketahui sepupu almarhum Arum, mengundang pers untuk masuk ke studio dan melihat-lihat proses pembuatan game demi mengurangi kecurigaan masyarakat terkait peristiwa tidak mengenakkan 2015 silam.

Meski rilis untuk ke-dua kalinya, Clade tidak menurunkan antusias masyarakat untuk kembali memainkan game ini. "Saya sempat takut tidak ada yang mau main lagi, jadi makasih banyak buat kalian yang mau main. Kami akan berusaha sebaik mungkin untuk terus mengembangkan Clade." tutur Djoko pada Selasa, 28/09/20.

Kini, Clade dapat dimainkan di Android dan IOS di seluruh dunia!

Bertahun-tahun aku mencarinya. Beribu-ribu artikel, berita, surat kabar lama, timbul tenggelam dalam pranala tak berkesudahan. Hanya untuk Talia. Satu yang kuyakini sampai sekarang, bahwa kakakku itu masih hidup. Entah di mana atau bagaimana keadaannya sekarang, tetapi dia gadis yang kuat. Pada akhirnya, saat ini datang juga. Satu-satunya jalanku menuju Talia akhirnya terbuka.

Clade sukses menjadi buah bibir masyarakat se-Indonesia, tak terkecuali SMA-ku. Game bernuansa horor khas urban legend Indonesia berbalut teka-teki dan strategi itu menarik mata semua kalangan usia, tak heran guru sejarahku ikut demam Clade.

Sistem permainannya cukup sederhana. Kalian tahu pokemon go? Nah, bedanya di sini kalian akan menemukan Bawang Putih, Malin Kundang, kuyang, pocong, sampai babi ngepet yang muncul di layar AR, seolah mewujud nyata. Para pemain akan diberi tantangan untuk menemukan Titik Merah, lokasi yang akan mempertemukan satu pemain dengan pemain lainnya untuk diadakan pertarungan digital. Bisa kalian bayangkan tuyul peliharaan kalian baku hantam dengan jelangkung?

Pemenang akan mendapatkan kartu karakter digital, dan setiap satu pack yang lengkap bisa ditukar dengan karakter yang bisa diadu dengan lawan pada putaran selanjutnya. Kartu digital dan karakter dapat diperjualbelikan lewat token, itu bukan judi dan bukan lagi ilegal. Uang asli dengan mata uang rupiah.

Rumor horor terkait game ini juga tak lepas dari kebodohan masyarakat yang masih awam dengan teknologi modern. Konon jika kau bermain Clade pada pukul tujuh belas lebih tujuh belas, kameramu tidak hanya menampilkan karakter yang digunakan untuk bertarung, tetapi juga arwah yang menggentayangi tempat itu. Tentu saja itu bohong. Dulu aku dan Talia sudah pernah membuktikannya sepulang sekolah. Tidak ada apa-apa, dan kata temanku yang indigo, mata batinnya sudah jauh lebih update ketimbang perangkat lunak itu.

Sejak mayat pertama ditemukan di Balikpapan lima tahun lalu, Talia selalu ingin menjadi orang pertama yang melihatnya secara langsung. Jaraknya hanya setahun lebih tua dariku, tetapi kepribadian kami justru bertolak belakang. Talia terlalu bersemangat untukku yang malas mengekorinya ke mana-mana. Gadis itu selalu membuat spekulasi tentang organisasi yang ingin melakukan depopulasi, dan membunuh orang dengan pelantara game adalah salah satu contohnya. Sementara aku hanya percaya dengan fakta dan mata kepalaku sendiri. Sialnya, Talia selalu berhasil membujukku agar ikut dengannya bermain Clade.

Kami masih kelas tujuh dan delapan waktu itu. Apa yang kuharapkan masih seputar meteor jatuh dari langit saat pelajaran matematika dan membuat kami menjadi mutan berkekuatan super. Namun, apa yang saat itu kudapatkan ternyata jauh lebih besar dari permohonan kecilku. Komet yang terlontar dari congor besi bimetal berpegangan kayu itu rupanya lebih dari cukup untuk membuat sebuah nyawa masuk ke dalam lubang hitam.

Talia hilang. Dia lenyap seolah dimakan tinggi ilalang. Hujan deras menerpaku yang dilanda bingung. Saat itu aku bukan lagi anak kecil bodoh yang tidak tahu cairan itu adalah genangan darah. Tepat di tempat terakhir kami berpisah dan Talia melenggang. Ponselnya tak lagi aktif, meski sudah kucoba menghubunginya berkali-kali. Sore itu, sebab aku terbawa emosi dan lekas pulang mengadu pada Ibu, adalah masa-masa yang paling kusesali.

Aku lupa kapan tepatnya Nusa menawariku sesuatu yang cukup aneh-atau anak itu saja yang terlalu kaya. Saat itu kubilang akan mempertimbangkan tawarannya mengenai token gratis Clade, dengan syarat membawa satu pemain lagi. Atau bisa dibilang, kami akan bermain bertiga, bukan berdua saja. Pagi ini, sebelum bel masuk, anak itu rela menyebrang dari gedung IPS yang ada di Utara untuk menemuiku di gedung IPA yang ada di Selatan.

"Aku mau ikut." Illxa baru saja tiba, melemparkan tasnya pada bangku di belakangku-tempat duduknya. "Kalian nyari sukarelawan buat ikut main, 'kan?"

Gertakkannya yang lumayan nyaring barusan tidak mengganggu aktivitas manusia lain di dalam kelas. Suasana tetap riuh menjelang jam mata pelajaran pertama dimulai. Banyak anak yang baru saja terburu-buru masuk ke kelas, mengempaskan punggung sambil membuang napas lega lantaran tidak jadi terlambat.

Nusa menatapku setengah heran, dan aku balas menatapnya dengan artian yang hampir sama. Pembeda di antara kami, pastilah pikirannya yang menyerukan, "Kok dia mau dengan Ersa?" sementara milikku, "Anak ini pasti sudah gila."

Sebelah alisnya terangkat, menatap kami bergantian. "Kenapa? Nggak boleh?"

Sebelum Nusa menentukan, bel lebih dulu menyeretnya ke kelas. "Oke, terserahmu aja, Kai. Pulangan ketemu di SMAC, ya!" Pemuda itu lantas melenggangi ambang pintu, mengarungi lapangan hingga rambut ikal dan kacamata bulat Harry Potternya lenyap di balik gedung lain.

"Oh, Nusa udah ngirim tokennya di WA." Illxa menunduk, membuka ponselnya di bawah meja.

Anak itu seakan tidak peduli tentang masa laluku. Padahal aku yakin sekali dia juga mengetahuinya. Peduli amat lah, bagus kalau dia tidak begitu penasaran.

Pandanganku ikut beralih pada layar ponselku. Cepat kusalin token itu dan beralih cepat pada ikon Clade yang khas. Dengan latar kertas usang dan karakter Bawang Putih berselendang batik juga wajah yang jahat, seakan menarikku agar menekannya dan memainkan permainan itu sekali lagi. Kepalaku berhitung cepat, memperkirakan kapan guru masuk dan apa yang kira-kira bisa menggangguku kalau aku login sekarang juga.

Tidak ada. Illxa tampaknya juga demikian. Baiklah, setidaknya hari ini akan dimulai lebih awal.

Jempolku bergerak cepat menekan ikon itu dan menunggu loading sejenak. Mataku jelalatan lebih dulu, memeriksa keadaan sekali lagi. Pada detik pertama game itu bekerja, aku langsung jatuh hati pada grafiknya yang baru dan lebih modern. Peta Indonesia dari Sabang sampai Merauke terpampang jelas sebagai latar menu utama. Tampilannya jauh berbeda dari Clade yang dulu. Beberapa fitur baru terpampang jelas, misalnya buku kartu karakter yang disampul seperti buku dongeng, wajah avatar yang bisa dibuat sendiri, dan pemikat utama mataku adalah gambar peta di ujung kanan bawah.

Hal pertama yang kulakukan setelah terpesona beberapa detik dengan perkembangan itu, adalah memasukkan token yang diberikan Nusa. Mari kita lihat apa yang anak itu berikan padaku sebenarnya.

[Selamat! Token Telah Terpasang!]

Tidak ada yang terjadi di detik pertama. Ketika aku kembali ke menu utama, juga tidak ada yang berubah. Namun, detik-detik setelahnya, tampilan layarku berubah.

"Er, kau udah masuk?"

Aku mengangguk. "Kau udah?" Mataku masih terpana pada perubahan grafik dan beberapa ikon yang terjadi sesaat setelah aku memasukkan token. Seakan baru saja diupgrade dadakan.

Anak itu mengangguk. "Harusnya Nusa nggak bakal nunggu lama buat login juga," katanya. Illxa menyenderkan punggungnya pada sandaran kursi. Sadar bahwa mataku belum sepenuhnya teralihkan dari ponsel, Illxa mengangkat sebelah alisnya. "Kau pernah main game ini sebelumnya?"

"Ya, dulu. Waktu kakakku masih ada," lirihku nyaris tak terdengar, "dan itulah caraku menculik om-om cabul buat kujual ginjalnya."

Sorot matanya berubah beberapa saat, antara marah dan sedih, dan itu bukan pura-pura. "Lupakan masa lalumu, Bung. Hari ini adalah kau yang baru." Saat tatapannya melunak beberapa detik kemudian, di sanalah aku tahu anak itu tak bisa benar-benar marah. Senyumnya kembali mengembang dan dua pasang lesung pipi itu menyapaku lagi.

Kuakui senyum secerah matahari itu memang memikat dan tampak memesona. Bahkan beberapa detik, aku terpana. "Akan kucoba tidak menggoda om-om lagi, dan menggantinya denganmu." Aku memutar tubuh, bersamaan dengan bergetarnya ponsel di tanganku. Kali ini, senyumku yang bangkit. "Kau benar, Nusa nggak bakal menunggu lama buat login."

"Pengumuman. Seluruh siswa harap tidak meninggalkan kelas masing-masing." Suara salah satu staf tata usaha menggema dari toa sekolah.

Tidak biasanya. Pembacaan doa dan menyanyikan lagu Indonesia Raya bahkan belum digemakan.

Riuh rendah kembali menyerang, dan pendengaranku seakan tuli dari pengumuman lain yang digemakan toa sekolah. Seruan ketua kelas memecah keributan, menyuruh kami tetap tenang agar bisa mendengar pengumuman lebih jelas. Semua mendesis, mengisyaratkan agar menutup mulut.

Di tengah semua hal yang abu-abu, ponselku bergetar dalam dering yang begitu panjang sampai aku perlu repot-repot menduga itu sebuah panggilan. Bukan. Itu rentetan pesan yang masuk saat kulihat layar ponsel dan nomor tak dikenal.

+62********702 [Selasa 07.16]
"Ini mungkin sudah sangat lama, tapi senang melihatmu masih hidup, Ersa."

"Ada beberapa hal yang harus kita bahas setelah pesan singkat ini, tetapi rekanku bilang terlalu panjang untuk nostalgia saat terakhir kali aku menghilang."

"Sekarang aku butuh bantuanmu, sebagai orang yang dianggap masih hidup, untuk mengakhiri pembantaian lima tahun lalu."

"Kuharap kau tak membenciku dan kita akan bertemu setelah semua ini selesai."

"Tertanda, kakakmu yang telah lama hilang."

Ketika keheningan mendadak menusuk seisi kelas, suara toa sekolah terdengar begitu jelas. "Atas nama Ayu Fanora 12 IPS 2, Nusa Abimanyu 12 IPS 2, Alam Normansyah 12 IPA 1, Kautsar Illxa 12 IPA 1, Naira Ersa 12 IPA 1," Jantungku berhenti sejenak, "Serin Naura 12 IPA 1, Alexa Putri Maharani 12 IPA 2, Nacassey 12 IPA 6, dan Reno Bimo Kuncoro 12 IPA 9."

Pengumuman berhenti sebentar. Kucoba mengingat-ingat nama mereka. Kenapa hanya anak kelas 12? Lagi, semua yang dipanggil masuk dalam anggota ekstrakurikuler SMAC kecuali Cassey.

"Harap segera berkumpul di depan ruang guru. Yang lain tetap berada di dalam kelas."

Demikian pengumuman berakhir, bersama segudang tanda tanya besar yang menanti.

Illxa lekas menarikku ke luar kelas. Alam dan Sera mengekor di belakang tergesa, membelah segerombol teman sekelas yang hinggap di pintu ganda.

Balikpapan, Oktober 2020

SMA bergengsi se-kota Balikpapan sukses menuai sorotan media dan masyarakat lokal setelah tersebar kabar kasus kematian misterius dalam institut pendidikan. Korban berinisial J dalam keadaan tak bernyawa ditemukan mengambang dalam tandon toilet siswa oleh seorang siswa yang mengaku mencium bau tak sedap dari air keran yang berubah warna. Korban dilaporkan menghilang dari rumah sejak Selasa dini hari sekitar pukul lima, dan ditemukan pada pukul 07.10 di hari yang sama.

...

[Pemain Nusabim_ masuk dalam permainan!]

[Pemain lengkap, misi dimulai!]

[]

Misi Utama: Lengkapi Puzzle
Sub Misi: [Titik Merah]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro