Bab 14 - Diculik

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tidak seperti hari-hari sebelumnya, Deon yang biasanya bangun tidur lalu langsung pergi ke sekolah. Kini tidak bisa melakukan hal itu karena buku juga pakaian sekolahnya tidak ada. Tentu pria itu tidak akan menggunakan pakaian Asya karena pakaian itu adalah pakaian perempuan.

Asya yang sudah siap dengan pakaian sekolahnya, kemudian mendekat ke arah Deon yang sedang duduk di atas kasur.

"Beneran lo nggak mau pulang?" tanya Asya lagi. Entah sudah berapa kali perempuan itu menanyakan hal yang sama.

"Iya, gue nggak mau pulang."

Asya mengangguk pelan dan menyerah. "Ya udah kalau gitu, jaga kamar ya selama gue sekolah. Hmm, kalau lo mau balik atau keluar. Jangan lupa kunci pintunya."

"Iya," balas Deon sembari mengangguk paham.

"Ya udah, gue pergi ya, bye."

Asya keluar dari kamar kosnya sembari melambaikan tangannya ke arah Deon. Jujur, pria itu bingung harus melakukan apa di kamar Asya.

Untuk mengisi waktu luangnya, pria itu memutuskan untuk membersihkan kamar Asya semampunya.

Dia menyapu lantai kamar Asya yang terlihat begitu berdebu kemudian mengelap kaca jendela kamar kos perempuan itu dan merapikan beberapa barang yang ada dimeja belajar Asya.

Tanpa sengaja, Deon melihat sebuah pigura yang menampilkan foto sebuah keluarga. Ayah, Ibu dan seorang anak perempuan kecil yang tengah tersenyum manis. Foto yang terlihat sudah lama itu begitu membuat Deon penasaran.

Apa ini foto keluarga Asya ya? tanya Deon di dalam hati. Namun, pria itu kemudian mengembalikan pigura tersebut ke tempat asalnya dan selanjutnya melakukan hal lain.

Cukup lama pria itu membersihkan kamar Asya dan kini rasa penat menyerang tubuh Deon sehingga pria itu memutuskan untuk tidur sebentar.

***

Ucapan pria itu hanya wacana semata karena sebelumnya dia hanya ingin tidur beberapa menit. Namun, harus keterusan hingga beberapa jam.

Sekarang sudah pukul 11 dan perut Deon terasa sakit karena belum makan apa-apa.

Pria itu bangun dari tidurnya dan mencuci wajahnya dengan air dari keran wastafel. Kemudian, dia beralih ke kulkas kecil yang berada tepat di samping kompor.

Matanya menatap takjub pada bahan makanan yang cukup lengkap. Namun, dia bingung kenapa Asya harus membeli makanan padahal dia bisa saja memasak bahan makanan yang ada di dalam kulkas tersebut.

Sebenarnya Deon juga kurang bisa memasak, tetapi karena perutnya tidak bisa diajak kompromi. Akhirnya dia memutuskan untuk menggoreng telur sebanyak dua buah.

Jujur, dia sebenarnya bingung akan kelanjutan hidupnya. Bertahan atau bagaimana. Deon juga mematikan ponselnya agar tidak dapat ditemukan oleh keluarganya. Itulah alasan kenapa selama ini Deon tidak mengeluarkan menggunakan ponselnya.

Setelah makan, Deon memutuskan untuk membaca beberapa buku pelajaran milik Asya dan mengerjakan soal-soal yang ada di dalamnya.

Tak terasa, waktu berlalu cukup cepat dan tak lama kemudian Asya kembali dari sekolah. Sebuah suara pintu terbuka mengejutkan Deon yang tengah fokus membaca soal. Sebelumnya dia tengkurap dan langsung memperbaiki posisinya menjadi duduk sopan di atas kasur Asya.

Perempuan itu akhirnya menampakan dirinya dan langsung melempar tasnya ke atas kasur. Tidak ada yang berbeda baginya. Ada atau tidak ada Deon di dalam kamar kosnya tersebut.

Kini, Asya beralih mengambil botol mineral di dalam kulkasnya dan meminumnya sampai habis. Di sisi lain, Deon menatap bingung ke arah Asya yang sepertinya memiliki perasaan yang kurang baik sekarang.

"Lo nggak papa?" tanya Deon yang langsung membuat Asya berbalik arah.

Perempuan itu menyandarkan tubuhnya ke meja dapur miliknya, "Maksudnya?"

"Hmm, lo lagi ada masalah?" tanya Deon lagi dengan hati-hati.

Asya berjalan mendekat pada pria itu dan duduk tepat di sampingnya. "Nggak ada kok, gue cuman capek aja."

Ketika tengah duduk, Asya terlihat bingung saat matanya memperhatikan kamarnya yang terlihat bersih. "Lo yang bersihin?" tanya Asya sembari menatap ke arah Deon.

"Bersihin apa?"

"Kamar gue," jawab Asya dengan cepat. Hal itu membuat Deon mengangguk pelan. Memang dia yang membersihkan kamar Asya. Ya hitung-hitung sebagai balasan karena perempuan itu sudah menerimanya untuk tinggal bersama.

Cukup lama keduanya berbincang. Ada banyak hal juga yang mereka bahas dan tepat pukul 7 malam perempuan itu memutuskan untuk keluar dari kamarnya.

Deon yang bingung langsung menahan kepergian Asya. "Lo mau kemana?"

Asya menatap Deon yang kini mencengkram tangannya, "Gue mau kerja."

"Kerja?"

Deon kembali dibuat bingung. Menurutnya Asya selalu saja membuat kejutan untuknya dan pria itu juga sadar bahwa ada banyak hal yang dia tidak tau tentang Asya.

Semakin hari, semakin Deon menyukai Asya. Perempuan itu benar-benar definisi perempuan hebat bagi Deon. Tinggal sendiri dan jauh dari orang tua juga dia memutuskan untuk bekerja walaupun dia tetap dikirimi uang.

Deon tentu merasa malu karena selama ini dia selalu berpangku tangan pada kedua orang tuanya padahal dia adalah anak laki-laki dan Asya adalah anak perempuan.

Terhitung sudah nyaris satu minggu Deon tinggal di rumah Asya. Kini pria itu sudah belajar banyak hal dan tentunya semua itu diajarkan oleh Asya.

Pria itu sudah bisa mengendarai motor walaupun tetap harus hati-hati. Dia juga sudah bisa masak walau hanya sekedar makanan biasa. Semua itu membuat Deon merasa bahwa Asya adalah perempuan yang tepat baginya di samping bedanya agama mereka.

Jika bisa dibilang, keduanya saling melengkapi dan selama nyaris satu minggu itu mereka tidak pernah bertengkar sekalipun. Akan ada salah satu yang mengalah dan membuat hubungan mereka menjadi begitu sehat.

Rencananya, hari ini Deon mau menyatakan cintanya pada Asya. Dia sudah tidak tahan lagi untuk menahan semuanya. Perasaan yang ada di benaknya terus bertambah banyak dan sebentar lagi akan meledak.

Tepat pukul 7, Deon mengantar Asya untuk pergi ke tempat kerjanya yaitu diskotek yang sebelumnya pria itu datangi. Ternyata Asya bekerja di sana sebagai pelayan. Makanya, dia bisa bertemu Deon saat pria itu mabuk sebelumnya.

Saat sampai di parkiran, Asya segera turun dan memberikan helmnya kepada Deon. Namun, pria itu langsung menarik lengan Asya sehingga perempuan yang dia sukai itu nyaris terjatuh.

"Astaga, Deon!" pekik Asya dengan kesal.

Deon tertawa kecil karena menurutnya wajah Asya begitu mengemaskan saat kesal.

"Kenapa?" tanya Asya sembari menatap Deon yang masih duduk di atas motor.

"Gue boleh ngomong sesuatu nggak?" tanya Deon dengan wajah yang cukup serius.

Alis Asya bertaut bingung, "Ngomong apa?"

Deon terdiam sesaat. Namun, tatapannya terus terarah pada wajah Asya yang sudah di rias begitu cantik.

"Gue suka sama lo," ucap Deon singkat yang berhasil membuat Asya terkejut.

"Apa-apaan sih lo," ucap Asya dengan nada bercanda karena dia kira Deon mengucapkan kebohongan untuknya.

"Beneran, Sya. Gue suka sama lo."

Mata Asya dan Deon kembali beradu. Asya bisa melihat bahwa ada keseriusan di wajah pria tersebut. Namun, belum sempat Asya membalas. Tiba-tiba saja ada beberapa orang yang datang mendekati mereka.

Membawa Deon dengan paksa dan meninggalkan Asya sendirian. Berkali-kali perempuan itu berteriak dan mencoba meloloskan diri dari orang-orang yang menahan tubuhnya. Dia ingin menyelamatkan Deon yang kini sudah di bawa masuk ke dalam sebuah mobil van putih.

"Deon!" teriak Asya dengan sekuat tenaga.

Orang-orang yang menahannya tadi langsung pergi menggunakan mobil lain dan Asya berlari mengejarnya. Perempuan itu tidak memiliki cukup tenaga dan akhirnya dia terduduk di tanah aspal jalanan sembari menangis.

***

Loh, kok.

Deon di culik guys.

Kira-kira gimana kelanjutannya ya?

Semoga suka.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro