Bab 18 - Terbuka?

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Semester baru tiba, kini Asya dan Deon sudah resmi menjadi anak kelas tiga SMA. Hubungan mereka pun menjadi jelas karena keduanya memutuskan untuk berpacaran. Ya walau begitu, mereka tidak mau ada orang yang tau tentang hal tersebut. Bahkan Rexa, teman sebangku Deon.

Satu dua lembar buku Deon buka perlahan untuk mencari jawaban dari soal yang perlu dia kerjakan. Di sampingnya, Rexa hanya sibuk memainkan ponselnya bahkan pria itu tidak peduli pada guru yang berada di depan kelas.

Suasana kelas kali ini begitu sunyi setelah guru mereka memberi tugas dan mereka harus menyelesaikannya sebelum jam istirahat tiba.

Cukup lama Deon menyelesaikan tugasnya dan setelah selesai, Rexa langsung menarik bukunya. Deon hanya dapat menghela nafasnya dan membiarkan teman sebangkunya itu untuk menyalin semua jawaban yang dia kerjakan tadi.

Walaupun Rexa menyalin semua jawaban. Namun, guru yang mengajar pasti memberi pria itu nilai yang standar karena tau bahwa Rexa menyontek pekerjaan Deon.

Karena tidak ada pekerjaan lagi, Deon memutuskan untuk membuka ponselnya dan dia cukup terkejut karena ada pesan dari Asya, pacarnya.

Deon tersenyum kecil saat membaca pesan yang Asya kirimkan dan hal itu membuat Rexa menatap heran pada teman sebangkunya itu.

Dengan pelan, Rexa menyenggol lengan Deon yang membuat pria tersebut menatap ke arahnya.

"Lo chat siapa?" bisik Rexa yang langsung membuat Deon mengalihkan pandangannya.

Rexa yang merasa diacuhkan langsung menginjak kaki Deon dengan cukup kencang. Hal tersebut membuat Deon berteriak.

Semua mata kemudian mengarah pada Deon dan pria itu langsung menginjak balik kaki Rexa. Dengan cepat pria itu menahan teriakannya keluar agar tidak membuat gegaduhan lagi.

Setelah bel istirahat berbunyi dan guru yang mengajar keluar. Deon langsung menendang Rexa dengan kencang bahkan hingga pria itu terjatuh dari kursinya.

"Bangs*t ya lo," maki Deon yang langsung dibalas tawa oleh Rexa.

"Lagian, lo ditanya bukannya ngejawab malah diemin gue," bela Rexa sembari berdiri.

"Ya terserah gue dong mau ngechat siapa!"

"Gue kan cuman pengen tau!"

Pertengkaran yang keduanya lakukan akhirnya membuat teman-teman sekelas mereka bingung karena Deon tidak pernah berteriak seperti itu.

Keduanya kemudian dipisahkan oleh beberapa temannya dan Deon memutuskan untuk menghubungi Asya.

Pacarnya itu ternyata sedang ada di kantin dan dia langsung pergi ke tempat tersebut.

Kantin sekolahnya cukup luas dan ketika Deon menemukan Asya, perempuan itu ternyata tengah duduk dengan teman-teman prianya.

Sebenarnya bukan hal yang aneh tentang hal tersebut karena Asya memang jarang memiliki teman perempuan seharusnya Deon tidak cemburu. Namun, setelah mereka pacaran Deon menjadi super posesif pada Asya.

Asya yang melihat Deon berjalan ke arahnya langsung melambaikan tangannya. Wajahnya terlihat bahagia. Namun, tidak dengan Deon.

Sesampai di meja Asya dan teman-temannya, Deon langsung menarik Asya untuk ikut dengannya.

"Ayo, ikut," ucap Deon dengan nada datar.

Asya bingung dan berusaha melepas cengkraman tangan pacarnya itu. "Mau kemana?" tanya perempuan itu dengan wajah panik.

Deon tidak menjawab dan tetap menarik tangan Asya dengan cukup kencang. Hal itu membuat teman-teman pria Asya bangun dari duduknya.

Salah satu teman Asya langsung melepaskan cengkraman tangan Deon dan hal itu membuat Deon memberikan tatapan tajamnya.

"Lo siapa sih, main bawa-bawa Asya aja?" tanya pria itu dengan alis bertaut.

Deon tidak menjawab. Namun, Asya kemudian berdiri di antara keduanya. "Roy, it's okay, dia temen gue."

Pria yang bernama Roy itu kemudian menjauhkan badan Asya agar bisa menatap langsung wajah Deon. "Temen doang belagu."

Mendengar ledekan Roy, Deon langsung mendorong pria itu dengan sekuat tenaga sehingga tubuh Roy bertemu dengan lantai kantin.

Asya yang melihat hal itu pun terkejut dan langsung mendorong Deon agar menjauh dari Roy yang sudah bangun dari jatuhnya tadi.

"Bangs*t ya lo!" maki Roy yang langsung membuat Asya panik. Perempuan itu menarik paksa Deon agar mengikutinya, menjauh dari Roy yang mungkin akan menghajar pacarnya itu.

Keduanya pergi ke belakang sekolah untuk berbicara empat mata. Sesampai di sana, Asya langsung melepaskan tangannya dan kemudian berkacak pinggang.

"Lo kenapa sih?" tanya Asya meminta penjelasan.

Deon membuang pandangannya agar tidak melihat wajah marah pacarnya itu. Namun, Asya menarik wajah Deon agar tetap menatap wajahnya.

"Lo cemburu?" tanya Asya lagi dan seketika wajah Deon berubah.

Jelas Deon cemburu karena menurutnya hanya dia yang bisa dekat dengan Asya.

"Lo nggak perlu cemburu, dia temen gue. Temen dari awal masuk sekolah," jelas Asya yang langsung membuat Deon menatap ke bawah.

"Eon, kita udah janji loh, buat rahasiain semuanya...."

"Gue nggak bisa," potong Deon yang langsung membuat Asya bingung.

"Nggak bisa kenapa?"

"Iya, gue cemburu dan gue nggak suka itu."

Asya menghela nafasnya dan langsung membawa Deon masuk ke dalam pelukannya. Perempuan itu kemudian mengelus punggung Deon dengan lembut dan pria itu membalas pelukan pacarnya itu.

"Lo mau kita terbuka?" tanya Asya yang langsung dijawab anggukan oleh Deon.

Perempuan itu sangat merasa bahwa kepala pacarnya itu bergerak walau dia tidak berbicara satu patah kata pun.

Asya melepas pelukan mereka dan memegang kedua sisi lengan Deon dengan erat."Lo yakin?"

Pertanyaan Asya membuat Deon ragu karena jujur mereka akan mendapat cibiran setelah keputusan keduanya yang ingin terbuka pada hubungan mereka.

"Eon, lo tau kan kita beda agama, gimana nanti omongan temen-temen kita? Apalagi yang pacaran gue sama elo. Cewek nakal dan cowok sopan," jelas Asya tiba-tiba.

Sampai sekarang, predikat cewek nakal terus menghantui Asya karena perempuan itu selalu mendapat masalah. Mulai dari telat masuk sekolah, bertengkar dengan teman atau bahkan bertengkar dengan guru.

Di sisi lain, Deon malah dikenal sebagai siswa teladan yang jauh dari masalah.

"Kalau lo yakin, ya gue nggak masalah, gue udah biasa kok dicibir."

Asya tersenyum diakhir pembicaraannya. Mau sebaik apapun dia, tetap dia dianggap buruk bagi teman-temannya padahal semuanya ada alasannya. Salah satunya adalah tentang keterlambatan. Asya selalu terlambat karena dia sibuk bekerja pada malam hari.

Deon terdiam tanpa mampu menjawab. Ada banyak pikiran yang terus menghantui otaknya. Dia tidak mau Asya dekat dengan teman-temannya. Tapi, bagaimana bisa?

Mata keduanya kemudian bertemu dan Deon menarik kedua tangan Asya dengan lembut. "Sorry ya, gue cemburuan banget sama lo," ucap Deon pelan.

Asya tersenyum kecil sebelum membalas ucapan pacarnya itu. "Nggak papa kok, gue tau rasanya cemburu. Suatu saat kita pasti ngasih tau orang-orang kok tentang hubungan kita."

***

Astagfirullah, baru bab 17🥲

Semoga bisa cepet selesai. Amin hehe.

Semoga suka ya.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro