Bab 20 - Nonton Bersama

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Rahasia yang Deon simpan selama ini akhirnya terbongkar, pria itu juga bingung kenapa bisa bertemu dengan Rexa saat dia ingin menonton film bersama pacarnya.

Deon akhirnya jujur mengenai hubungannya dengan Asya dan hal tersebut membuat Rexa paham kenapa teman sebangkunya itu bersikap aneh belakangan ini.

Kini, pria tinggi dengan kulit sawo matang itu menatap tajam ke arah Deon yang tak berani menatap matanya balik.

Asya yang berada di antara kedua pria tersebut hanya dapat terdiam sembari menatap bolak balik pada Deon dan Rexa.

Kesunyian tersebut akhirnya terpecah setelah terdengar suara pengumuman mengenai film yang akan mereka bertiga tonton.

Iya, Rexa juga mau menonton film yang sama dengan sepasang kekasih itu dan akhirnya Deon memutuskan untuk membelikan tiket teman sebangkunya tersebut. Alhasil mereka nanti akan duduk berdampingan bersama.

Asya mendengar dengan saksama tentang pengumuman yang baru saja selesai itu dan kemudian menarik tangan Deon juga Rexa untuk mengikutinya masuk ke teater yang tertera di tiket mereka.

Asya merasa dirinya seperti memiliki dua kekasih karena dua pria tersebut. Namun, nyatanya hanya Deon yang dia sayangi.

Deon duduk di antara Rexa dan Asya. Kali ini mereka menonton film horor yang membuat penasaran karena sudah banyak orang yang menonton dan memberi ulasan baik pada film tersebut.

Asya memperbaiki posisi duduknya karena perempuan itu tengah menstruasi sehingga dia kurang nyaman duduk.

Deon yang melihat hal itu langsung mengarahkan badannya ke Asya. "Nggak papa?" tanya pria itu dengan wajah khawatir.

Asya tersenyum sembari melambaikan tangannya, "Nggak papa kok."

Deon kembali duduk seperti sebelumnya dan saat itu Rexa langsung menatapnya. "Kalau sama pacar aja baik banget. Kalau sama gue. Kampret banget," sindir Rexa dengan tangan yang dia lipat di depan dada.

Deon tidak menanggapi dan malah menghela nafasnya. Tentu pria itu merasa perlu membedakan perlakuannya pada Asya dan Rexa. Mereka beda. Titik.

Lampu bioskop pun mati perlahan dan itu adalah pertanda bahwa film akan segera tayang.

Saat lampu benar-benar mati, tiba-tiba saja Rexa merapatkan tubuhnya pada Deon dan hal itu membuat Deon risih.

"Apaan sih lo," bisik Deon yang mengundang rasa penasaran Asya.

Perempuan itu kemudian melihat ke arah Rexa juga pacarnya dan setelahnya perempuan itu tersenyum kecil.

Film dimulai dengan cerita ringan mudah dipahami. Namun, di tengah film ada banyak adegan yang menakutkan dan membuat Rexa terkejut.

Entah sudah berapa kali pria itu berteriak sembari mencengkram lengan atas Deon. Di sisi lain, Asya tertawa saat mendengar jeritan sahabat pacarnya itu.

Jujur, Deon ingin memaki Rexa yang menghancurkan impiannya untuk nonton bersama Asya. Pria itu juga tidak menyangka bahwa Asya sangat berani bahkan beberapa kali tertawa karena melihat kelakuan Rexa.

Semakin lama cengkraman tangan Rexa begitu terasa, Deon akhirnya melepas paksa tangan teman sebangkunya itu dan menoyor kepalanya.

"Penakut banget sih lo," cibir Deon dengan pelan.

Walau begitu, Rexa tetap mendekatkan tubuhnya ke Deon dan sekarang matanya dia tutup rapat-rapat.

Setelah lebih dari dua jam, akhirnya film pun selesai. Lampu bioskop pun perlahan menyala dan kagetnya Rexa saat menyadari hal itu.

Dia cepat-cepat melepas tangan Deon dan berakting seakan-akan tidak ada yang terjadi sebelumnya.

Deon yang melihat hal itu hanya bisa menatap malas pada teman sebangkunya tersebut.

Ketiga orang itu akhirnya keluar dari bioskop dan memutuskan untuk pergi makan. Namun, belum sempat mereka sampai di tempat makan. Asya terdiam mematung dan tertinggal di belakang Deon juga Rexa.

Deon yang menyadari hal itu langsung menoleh ke belakang. Pria itu kemudian mengerutkan dahinya saat melihat wajah pacarnya yang berubah ketakutan.

Perlahan Deon berjalan menuju Asya. Namun, tiba-tiba saja seorang pria menarik paksa tangan Asya untuk mengikutinya.

Deon yang panik langsung mengejar Asya dan pria yang dia tak kenali itu. Di belakangnya, Rexa juga ikut berlari mengikuti teman sebangkunya tersebut.

Saat sudah bisa mengejar, Deon langsung mencengkram lengan pria yang menarik pacarnya itu. "Anda siapa ya!" pekik Deon dengan kesal.

Siapa yang tidak kesal jika pacarnya nyaris diculik oleh pria yang dia tak kenal.

Pria paruh bayah dengan wajah oriental itu kemudian menatap tajam ke arah Deon. "Anda yang siapa!"

"Saya pacarnya Asya!" tegas Deon sembari menarik Asya untuk berlindung di belakangnya.

Pria tinggi bertubuh tegap itu kemudian melipat tangannya di depan dada. "Oh, ini pacar kamu?" tanya pria itu sembari menatap tajam ke arah Asya yang kini menundukkan kepala.

Dahi Deon mengerut bingung karena mendengar ucapan pria paruh bayah yang berada di hadapannya.

"Kamu kabur dari rumah cuman buat bareng sama dia?" tanya pria paruh bayah itu lagi. Namun kini, pria itu berusaha mendekat ke arah Asya dan dengan cepat Deon menggunakan tubuhnya untuk melindungi Asya.

"Anda siapa sih, kenapa berkata kasar ke pacar saya?" tanya Deon lagi karena sebelumnya pria paruh bayah itu tidak menjawab.

"Saya Ayahnya, Ayah Asya," jelas pria paruh bayah yang ternyata ayahnya Asya.

Deon terdiam tanpa mampu menjawab dan tubuhnya kemudian di geser oleh Ayah pacarnya itu. "Minggir, saya mau bawa anak saya."

Entah kenapa, tiba-tiba saja otak Deon bekerja dan pria itu menghalangi Ayah pacarnya untuk membawa pacarnya pergi.

"Nggak boleh, Om. Om, nggak boleh bawa Asya," tegas Deon yang langsung membuat Asya mengangkat wajahnya.

"Kenapa nggak boleh! Saya ayahnya Asya!" sanggah Ayah Asya dengan suara nyaring.

Pertengkaran keduanya berhasil membuat mereka menjadi tontonan orang-orang di mal. Namun, mereka tidak peduli dan malah terus bertengkar.

"Saya nggak bakal ngebiarin Asya dibawa sama anda. Saya nggak mau pacar saya terluka lagi!"

Mendengar ucapan Deon yang tiba-tiba itu membuat Ayah Asya terdiam dan raut wajah dinginnya pun mencair.

"Om, Asya udah bahagia di sini. Sama saya, tolong, jangan bawa Asya lagi. Traumanya masih ada sampai sekarang," jelas Deon dengan suara rendah.

Terlihat jelas bahwa kini Ayah Asya tengah menelan ludahnya dengan kasar. "Apa yang kamu tau tentang keluarga saya, kamu cuman orang luar!"

"Saya jelas tau, Om. Tapi ... ."

Deon menahan ucapannya, kemudian pria itu menatap sekeliling. Dimana orang-orang tengah memperhatikan mereka.

"Saya nggak mau buat Om malu," lanjut Deon yang berhasil membuat Ayah Asya juga ikut memperhatikan sekitarnya dan lagi-lagi wajah pria paruh bayah itu berubah. Wajahnya memerah karena malu, pria itu baru menyadari jika dia menjadi tontonan orang-orang.

Deon memang tidak tau jelas bagaimana Ayah pacarnya itu. Namun, dilihat dari penampilannya. Tentu Ayah Asya bukan orang sembarangan.

"Oke, saya nggak bakal bawa Asya kembali. Tapi, saya mohon, kamu pulang Asya, walau hanya sebentar, Ayah rindu denganmu."

Ayah Asya mendekat ke arah putrinya itu. Namun, Asya malah menjauh dan lebih memilih untuk menyembunyikan tubuhnya di belakang Deon.

Deon ikut merasakan bagaimana perasaan pacarnya itu. Pasti Asya masih merasakan sakit hati yang luar biasa.

"Tenang, Om. Saya janji bakal bawa Asya ke sana kapan-kapan," jelas Deon yang langsung membuat Ayah pacarnya itu lega.

Pria paruh bayah itu kemudian menepuk lengan atas Deon beberapa kali. "Makasih ya, tolong jaga putri saya."

"Iya, Om."

***

Hey, kenapa ceritanya jadi gini, 😂

Diluar ekspektasi woy.
Hahaha.

Semoga suka yaa.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro