Bab 9 - Diskotek

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Waktu berlalu cukup lama, Deon akhirnya bisa dekat dengan Asya setelah pria itu memberanikan diri untuk mengirimi Asya pesan walau hanya di Direct message instagram.

Walau begitu, Deon masih canggung saat bertemu dengan Asya langsung atau bahkan saat berbicara langsung denyan perempuan itu.

Tatapan Deon langsung mengarah pada lantai yang sebenarnya tidak cukup menarik.

Deon memang tidak memiliki pengalaman tentang hubungan. Namun, sepertinya Asya berhasil membuat pria itu berubah.

Deon yang biasanya terlihat dingin, sekarang lebih sering tersenyum dan juga ramah pada siapapun. Hal itu membuat Rexa bangga.

Rexa merangkul bahu Deon yang kini tengah sibuk mengirimi Asya pesan. Perempuan itu sepertinya tidak memegang ponsel sehingga beberapa pesan Deon tidak dibalas.

Mereka kini tengah berjalan menuju kantin, sebenarnya belum waktunya istirahat. Namun, mereka mau membeli air mineral untuk minum di kelas.

Saat di tengah perjalanan, tiba-tiba saja Rexa berhenti. Pria itu kemudian menarik Deon untuk ikut menghentikan langkahnya.

Deon kemudian menatap ke arah Rexa dengan bingung. Tangannya masih memegang ponsel. Ada pesan yang belum sempat pria itu kirimkan pada Asya, tetapi sepertinya pesan itu tidak akan dikirimkan karena tepat di hadapan mereka.

Mereka melihat Asya tengah menggunakan mukena berwarna hijau. Tentu Deon kaget saat melihat hal tersebut. Selama ini pria itu mengira bahwa Asya memiliki keyakinan yang sama dengannya. Tapi, selama ini Deon tidak pernah melihat Asya di kelas agamanya.

Deon beranjak meninggalkan Rexa yang kini berteriak memanggilnya.

"Eon!"

***

Deon kembali ke kelasnya, dia mengurungkan niatnya untuk pergi ke kantin setelah melihat Asya. Jujur, dia bingung sekarang karena setaunya hubungan beda agama itu sangat sulit untuk dijalani.

Sepertinya Tuhan tau dan akhirnya membuka semuanya sebelum terlambat.

Deon bingung, dia harus bersyukur atau bagaimana karena telah tau bahwa agamanya dengan Asya berbeda sebelum mereka memiliki hubungan yang lebih serius pada perempuan itu.

Rexa kembali ke kelasnya dengan nafas yang tak karuan. Pria itu kemudian duduk tepat di samping Deon yang kini tengah menenggelamkan kepalanya di lipatan tangannya.

Rexa menatap sedih ke arah Deon, pria itu kemudian menepuk punggung teman sebangkunya itu sehingga membuat Deon mengangkat pandangannya.

Wajah Deon kembali datar seperti sebelumnya. Pria itu kemudian menyandarkan tubuhnya dan melipat tangannya di depan dada.

Entah karena apa, Deon tidak mau menatap ke arah Rexa.

"Eon, gue tadi ke kelas teman gue yang juga sekelas sama Asya."

Tidak dapat dipungkiri bahwa Deon ikut penasaran dengan kelanjutan ucapan teman sebangkunya itu. Namun, tatapannya masih pria itu buang sejauh mungkin seakan tidak peduli dengan ucapan Rexa.

"Dia bilang, Asya emang islam."

Hati Deon terasa sakit saat mendengar kenyataan yang sebenarnya. Dia juga merasa bersalah karena tidak mencari tau lebih dalam tentang hal tersebut.

"Ya, kalau dia islam emang kenapa?" tanya Deon dengan nada suara super datar.

Rexa terdiam sesaat, "Hmm, lo yakin tetep mau sama dia?"

Deon melirik ke arah Rexa, "gue nggak ada hubungan sama dia. Cuman temenan. Jadi, nggak masalah."

Bohong, Deon benar-benar berbohong sekarang. Dia jelas ingin memiliki hubungan lebih dengan Asya. Namun, sepertinya hal itu tidak akan terjadi.

***

Sejak saat itu, Deon memutuskan untuk berhenti mengejar Asya. Walaupun begitu, Asya tetap mengirimi Deon pesan. Namun, pria itu membalas seadanya.

Dia tidak mau menyakiti siapapun jika harus memaksakan perasaannya pada Asya. Deon juga tidak tau apakah Asya memiliki perasaan yang sama dengannya dan Deon tidak tau apakah Asya mengetahui bahwa agamanya dengan Deon berbeda.

Jika tau, tentu kedekatan mereka hanya sebatas pertemanan dan bukan lebih.

Nyaris dua minggu Deon kembali pada dirinya yang dulu sebelum mengenal Asya. Pria itu semakin dingin sekarang sehingga membuat Rexa sedikit sedih.

Rexa yang kini tengah berada di rumah Deon memutuskan untuk mengajak pria itu pergi jalan-jalan.

"Eon, jalan yuk. Nggak capek apa lo liburan gini di rumah."

Deon yang masih menyelimuti dirinya itu tidak bergerak sama sekali atau bahkan menjawab ajakan Rexa. Yang dia ingin, hanya di rumah hingga libur semester kali ini selesai.

Iya, sudah dua hari ini mereka tidak turun sekolah karena libur. Libur kenaikan kelas lebih tepatnya. Syukurnya, walau ada masalah Deon masih bisa mengerjakan semua ujian dengan baik dan tetap mendapat peringkat satu di kelasnya.

Setiap semesternya, Deon selalu membenci liburan dan kini Deon membenci keduanya. Liburan juga saat sekolah. Liburan karena tidak ada kegiatan dan sekolah, tetapi harus bertemu dengan Asya.

Perasaannya masih sama seperti sebelumnya, hatinya masih sakit karena mengingat bahwa dia dan Asya berbeda agama.

Rexa yang masih setia duduk di sisi kasur Deon akhirnya berdiri. Bukan berdiri di lantai. Melainkan di atas kasur Deon. Pria itu kemudian menyibak selimut yang Deon gunakan dan menarik tangan teman sebangkunya itu agar bangun dari tidurnya.

"Bangun, njir. Lo nggak capek apa di rumah mulu."

"Gue mau di rumah aja!" pekik Deon sembari kembali tidur. Pria itu juga menyelimuti tubuhnya dengan selimut hingga tak ada yang terlihat.

Rexa yang kesal akhirnya menendang tubuh Deon. "Jangan gara-gara cinta lo jadi bego gini, Eon!"

Deon menyibak selimutnya dan menatap tajam ke arah Rexa. "Rex, lo pikir nggak sakit apa setelah tau cewek yang lo suka beda agama sama lo!"

Rexa kembali duduk tepat di hadapan Deon. "Iya gue tau hati lo sakit. Tapi, kalau lo gini ntar badan lo ikut sakit."

Rexa mengambil nafasnya dengan cukup panjang sebelum melanjutkan ucapannya. "Gue tau, lo nggak makan berapa hari ini. Putus cinta nggak papa, asal jangan putus makan bego!"

Mata Deon berkaca-kaca entah karena apa, Rexa kemudian menepuk-nepuk bahu Deon agar teman sebangkunya itu menjadi baikkan.

"Lo mah, pacaran aja belum, udah patah hati duluan," goda Rexa yang berhasil membuat Deon murka.

Pria itu kemudian mengambil bantal yang ada di sisinya dan langsung memukuli teman sebangkunya itu berkali-kali hingga Rexa mengadu kesakitan.

"Akh, sakit bego!"

Deon berhenti memukuli Rexa dan kemudian memijat kepalanya yang terasa sakit.

"Lo sakit?" tanya Rexa yang langsung mendapat tatapan tajam dari Deon

"Gue nanya doang, njir. Santai aja kenapa. Dah lah, daripada lo pusing. Mending ikut gue. Kita jalan-jalan."

Lagi-lagi Rexa mengajak Deon pergi jalan-jalan, entah kali ini Rexa mau membawa Deon kemana lagi. Pria itu hanya ikut menuruti Rexa mengajaknya kemana.

Setelah nyaris satu jam berputar-putar pusat kota. Mereka akhirnya sampai di sebuah diskotek.

Rexa memarkirkan motornya tepat di depan diskotek tersebut dan Deon kemudian turun dari motor tersebut. "Lo gila ya, ngajak gue ke sini!"

Rexa tertawa kecil sembari merangkul Deon. "Kalau lo pusing, mending kita happy-happy di sini. Yuk."

***

Aw aw. Deon diajak ke diskotek😅parah banget ya si Rexa 😂

Semoga suka sama ceritanya.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro