15 Februari 2024

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Buatlah cerita yang ternyata sang tokoh utama dan seluruh keluarganya adalah alien dari galaksi lain

*゚+ 400 kata *゚+

Aku bersumpah, kejadian itu bukan atas kehendakku!

Dengan panik, kuseret mayatnya menggunakan satu tangan ke dapur di bawah tatapan para sapi. Hari sudah petang, tetapi kedua orang tuaku belum pulang dari ladang. Begitu pula dengan kakak, seharusnya sekarang dia sudah menggiring para sapi ke kandangnya.

Darah Rose membentuk jejak seretan membelah sabana. Begitu melihat awan mendung berkumpul, aku tidak lagi khawatir. Hujan akan menyamarkan jejaknya dengan sempurna. Ini bukan perkotaan dengan teknologi canggih yang bisa mendeteksi adanya pembunuhan.

Lagi pula, aku tidak membunuhnya!

Rose jatuh sendiri saat kami bermain kejar-kejaran. Mulutnya mengeluarkan darah dan hewan melata yang menyeramkan berwarna hitam. Aku bahkan tidak tahu ada parasit sejenis itu.

Masalahnya sekarang adalah, di mana aku akan meletakkan jasadnya? Aku tidak mau dicap pembunuh oleh keluargaku sendiri!

Haruskah kuletakkan di kulkas? Pertama-tama akan kupotong-potong dulu tubuhnya agar bisa disusun dan pas di kulkas.

Tapi bagaimana kalau ibu sampai tahu? Apa yah akan mereka pikirkan? Anak bungsu mereka membunuh orang saat berumur 12 tahun?!

"Dzikra?"

Aku menoleh panik. Ibu pulang! Bagaimana ini? Darah Rose masih menggenang di lantai dapur. Bau anyir mulai menyerbak ke mana-mana.

Begitu Ibu melihatku menyeret mayat Rose, air mataku tumpah. "Ibu! Maafkan aku! Aku tidak sengaja! Sumpah, bukan aku! Aku cuma—"

Ibu tertawa.

Aku mematung.

"Gilang, lihat! Adikmu sudah besar!"

Hah?

Ayah dan Kak Gilang datang dari ruang tengah dengan pakaian berlumuran darah. Mereka berdua menatapku dengan wajah tak berdosa. Aku menatap mereka dengan tatapan nanar karena di antara kami berempat, tidak ada yang tangannya bersih.

"Nah! Sekalian kita bereskan Bu Lorra dan Pak Dias! Ayo, Ayah tunjukkan caranya!" Dengan tangan berlumuran darah itu, Ayah memelukku bangga, seolah aku baru saja memenangkan lomba membunuh orang sekecamatan.

Kak Gilang berjalan di depan kami dan membuka oven lebar-lebar. Tangannya mengetuk beberapa panel pada oven. Detik berikutnya, alat pemanggang itu membesar berkali-kali lipat seolah menekuk ruang dan waktu di dalamnya.

Aku melongo. Ayah melempar jasad Bu Lorra, Pak Dias, dan Rose ke dalam sana dengan satu tangan seolah gravitasi tidak berlaku di sini.

Ibu berdecak padaku. "Kenapa Dzikra kaget? Itu kan cara kita memberi makan kaum kita?"

"Tapi tentakel dan parasit itu?"

"Itu umpan baru dari Andromeda. Gimana, ampuh, 'kan?" Kak Gilang menepuk-nepuk tangannya bangga, seolah dialah yang melakukan semua pekerjaan.

"Dzikra nggak usah khawatir. Bukannya itu misi khusus dari pimpinan? Manusia itu santapan yang mewah, 'kan?"

Aku termenung.

"Menurutmu selama ini kita makan apa?

[]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro