14. Penyamaran Yang Gagal

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Alma terbangun, ponselnya tiba-tiba berdering. Setengah sadar, dia meraih handphone di sampingnya. Ada panggilan video dari Kevin.

"Good morning sayang."

Bukannya membalas sapa dari pacarnya, wanita itu malah menguap. Sebenarnya Alma masih mengantuk.

"Ya, ampun bangun tidur aja cakep," kata Kevin memuji Alma.

Sayangnya, pujian itu tak mempan. Kemarin laki-laki itu menghilang tanpa kabar, bahkan saat Alma di kantor polisi dan diantar pulang ke rumah, hingga malam Alma masih tetap menunggu sampai ketiduran. Kevin baru mengubunginya pagi ini.

"Aku tahu kamu pasti marah sama aku, maaf ya. Kemarin aku lembur, sayang."

"Aku gak sempat kabarin kamu, pulang larut malam dan langsung tidur aja. Maafin aku, ya."

"Kenapa gak kabarin pas mau pulang?" sahut Alma sedikit kesal.

"Ponsel aku habis baterai, lupa bawa charger," balas Kevin.

"Kenapa bisa habis baterai? Padahal 'kan kamu kemarin lembur pasti gak sempat main HP."

"Jadi sebelum aku pergi kerja baterai aku udah 5%, terus datang ke tempat kerja lupa bawa charger dan---"

"Kenapa gak pinjam charger teman kamu?" potong Alma.

"Ya, emang ada yang mau pinjamin? Aku aja belum akrab betul sama orang-orang di tempat kerjaku."

"Yadeh, terserah kamu."

"Kamu masih marah?"

"Enggak sih, cuma agak kesal aja."

"Hari ini kalau aku gak lembur kita ketemu, ya."

Alma berdehem singkat.

"Aku kerja dulu, bye. I love you Alma," ucap Kevin melambaikan tangan pada Alma. Dari tadi Alma melihat Kevin sudah memakai helm, tahu pacarnya itu akan siap-siap pergi kerja.

"Bye, I love you too. Hati-hati ya," balasnya mematikan panggilan video, lalu kembali memejamkan mata. Alma tampak gelisah, rasa kantuk tiba-tiba menghilang. Dia kesulitan untuk tidur lagi.

"Brengsek banget Kevin!" teriaknya, mengubah posisi tiduran menjadi duduk.

"Padahal tadi gue tidur nyenyak banget tadi!"

"Bete banget."

Alma kembali rebahan, memainkan ponselnya. Tak sengaja melihat postingan kontes foto model di instagram.

"Wah, rizeki gue nih."

Ia membaca postingan. "Mendapatkan hadiah trophy, medali dan gift. Ih, norak banget gak ada uang, tapi lumayanlah hadiahnya bisa dijual."

"Ikut, ah."

***

"Ustadz Faris."

Faris menghentikan langkahnya. Penyamarannya terbongkar, orang-orang masih tetap kenal meski penampilannya berbeda. Pernah waktu pertama kali mengantar Supri ke sini, semua orang di apartemen ini pada heboh dan histeris melihat kedatangannya. Meminta foto, bahkan tanda tangan juga. Memang banyak yang mengidolakan Faris, mulai dari remaja sampai ibu-ibu. Bukan terkenal karena tampan saja, Ustadz muda itu sangat pandai ceramah. Apa yang ia sampaikan begitu menenangkan hati. Faris dikenal misterius. Sikapnya yang cuek pada wanita, itulah membuat kaum hawa penasaran dan berlomba-lomba ingin menggapainya. Bagi mereka Faris mempunyai daya tarik yang dapat memikat dan melelehkan hati tanpa ia sadari. Sayangnya sekarang dia sudah beristri, hari patah hati perempuan Indonesia terjadi saat itu.

"Ini Ustadz Faris 'kan?" tanya wanita paruh baya ini mendekat pada Faris.

Syukurlah, karena masih pagi wanita ini hanya seorang diri. Faris sedikit membungkuk pada wanita itu. Kemudian lari masuk ke apartemen.

"Eh, Ustadz. Yah, kok kabur sih," pekiknya.

"Padahal mau foto."

"Tapi gak apa-apalah, aku tunggu dia keluar aja. Ibu-ibu di apartemen ini harus tahu nih," ujarnya. Menghubungi pasukan untuk bersiap-siap menyerbu Ustadz Faris.

Laki-laki itu sekarang berada di depan pintu penginapan sahabatnya, menekan bel. Tempat penginapan di lantai ini sepi, warganya belum bangun tidur termasuk Supri. Faris, terus menekan bel seraya menelfon Supri. Namun, nomornya tak aktif. Tak ingin telat menghadiri acara Isra Mi'raj hari ini, pada akhirnya memutuskan pergi sendiri. Namun, ketika dia hendak melangkah pintu kamar Supri tiba-tiba terbuka.

"Ngapain lo di sini?" tanya Supri, baru bangun tidur. Matanya membengkak, seakan berat untuk terbuka. Kotoran matanya masih menempel utuh.

"Prik, jadwal saya penuh hari ini. Kamu bisa 'kan temanin saya? " Faris mendekat padanya.

"Minta bantu sama istri lo, tuh," ketus Supri.

Faris tahu, sahabatnya itu masih marah. Dia mengulurkan tangan pada Supri. Sering terjadi ketika keduanya berselisih. Mau salah atau tidak, tetap Faris yang selalu meminta maaf.

"Maaf untuk yang kemarin," ucap Faris.

Supri tak merespon, ia menatap tangan sahabatnya. Lalu menghela napas, membuka pintu tempat penginapannya. "Masuklah," pintanya.

Faris langsung memeluk Supri, ia tahu Supri tak akan bisa marah lama-lama padanya. "Sahabat terbaikku," kata Faris tersenyum lebar sambil menepuk-nepuk punggung Supri. Kemudian masuk ke dalam.

"Biar bagaimanapun gue gak setuju lo punya istri kayak wanita gila itu!" batinnya.

"Gua mandi dulu."

"Prik agak cepat ya, nanti telat."

"Iya, Ustadz."

Faris duduk di sofa. Sorot matanya tertuju pada TV di hadapannya, sudah cukup lama tak menonton TV karena kesibukkannya. Ia meraih remot dan menghidupkan TV. Mencari siaran TV yang bagus. Cukup lama mengutak-atik, akhirnya dia menemukan siaran TV yang layak untuk ditonton. Siaran TV Makkah dan Madinah, Faris menambah volume TV agar suara lantunan ayat suci Al-Qur'an dapat terdengar jelas.

"Ya, ampun serasa di ruqyah gua!" teriak Supri di dalam kamar mandi.

Faris tak menghiraukan, fokus menonton suasana keliling Ka'bah yang ramai akan Jemaah laksanakan Tawaf. Air matanya menetes merindukan tanah suci Mekkah. 1 tahun yang lalu Faris membawa kedua orang tua dan adiknya Umroh. Kenangan indah di sana tak pernah hilang diingatannya. Faris memejamkan matanya, berdoa dalam hati. Doa yang selalu ia lafalkan ketika merindukan tanah suci Mekkah.

"Allahumma shalli alaa sayyidina muhammadin shalatan tuballighuna biha hajja baitikal haram, wa ziyarata habibika muhammadin alaihi afdhalus shalati wassalam fi sihhatin wa 'afiyah wa bulughil marami wa ala alihi wa sahbihi wa sallim."

Yang artinya: Ya Allah, limpahkanlah rahmat atas junjungan kami Muhammad dengan berkah selawat yang dapat menyampaikan kami dengannya untuk berkunjung ke rumah-Mu yang mulia dan mengunjungi makan nabi-Mu, atas selawat dan salam yang paling utama dalam kelembutan, sehat, selamat, dan tercapai cita-citanya, serta berkahilah dan salam untuk keluarganya dan sahabat-sahabatnya.

Tanpa disadari sahabatnya sudah selesai mandi dan berpakaian rapi. Faris sedikit terkejut melihat Supri berdiri di hadapannya.

"Astagfirullahaladzim."

"Ayo pergi."

Supri berjalan ke arah pintu. Tiba-tiba mendengar suara grasak-grusuk di luar sana, ia mengintip di lubang pintu. Matanya terbelalak, kaget.

"Tadz, gawat. Ibu-ibu..."

Faris ikut mengintip, ada banyak wanita di luar. Mereka tak lain penggemarnya. Terpaksa Faris menunda pergi untuk sementara, Supri bergegas menelfon polisi. Dia jadi merasa bersalah dengan sahabatnya itu. Melihat waktu semakin berjalan, mereka sudah pasti akan telat sampai ke acara tersebut. Tidak ada yang bisa dilakukan, Supri mencoba menenangkan Faris yang berdiam diri. Menepuk-nepuk bahunya pelan.

"Sabar," ucapnya.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro