15. Berzina

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Keistimewaan dan perjalanan Isra Miraj Nabi Muhammad SAW ini dilakukan dalam waktu satu malam dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsa dengan mengendarai Buraq. Apakah ada yang tahu kendaraan Buraq itu seperti apa?"

"TIDAK," jawab serempak para jemaah.

"Buraq merupakan kendaraan misterius yang tidak diketahui manusia selain Nabi Muhammad SAW. Saya yakin, semua jemaah di sini sudah tahu bahwa perjalanan agung Nabi Muhammad menuju langit ke tujuh bertemu dengan Nabi-Nabi terdahulu untuk menerima perintah dari Allah Sallallahu 'Alaihi wa Sallam. Dan tahukah kalian apa perintah tersebut?"
"Sholat lima waktu," jawab salah satu jemaah.

"Ya, sholat lima waktu. Ketika tiba di Sidratul Muntaha Nabi Muhammad Shallahu 'Alaihi Wa Sallam mendapatkan perintah dari Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk melaksanakan shalat 50 kali dalam sehari semalam. Pada saat Nabi Muhammad hendak turun berpapasanlah dengan Nabi Musa 'Alaihi al-Salam. Nabi Musa menyampaikan jumlah shalat terlalu berat bagi umat Muhammad yang dinilai lemah. Atas saran Nabi Musa, Nabi Muhammad diminta Kembali menghadap dan memohon keringanan, hingga pada akhirnya kita umat muslim mendapat kewajiban sholat 5 kali dalam sehari. Alhamdulillah ala kulli hal."

Tak ada yang bisa melepaskan pandangan darinya, seutas senyum kagum kepada sosok pemilik wajah berseri yang kini tengah berdiri dihadapan mereka berceramah. Dengan suara lantang yang tidak hanya dapat didengar di dalam Masjid, tapi juga sekitarnya. Orang-orang di luar Masjid sangat mengenal suara itu.
"Ustadz Faris," ucap salah satu jemaah paruh baya yang tak mendapatkan tempat duduk di dalam, dia hanya bisa melihat Faris dari kejauhan di luar Masjid.

Meski sebelumnya sedikit cobaan untuk pergi ke salah satu Masjid besar yang berada di kota Bandung, Faris sangat bersyukur polisi ingin mengawalnya hari ini dan kedatangannya yang telat pun masih disambut hangat oleh warga. Ia sangat bahagia dapat mengikuti acara memperingati Isra Mi'raj diberbagai tempat. Namun, ada rasa khawatir dibenaknya dengan sang istri.

"Assalamualaikum, selamat memperingati hari Isra Mi'raj alma... hari ini saya akan ceramah di berbagai tempat. Kemungkinan pulangnya malam,... saya udah bilang ke orang tua saya dan orang tua kamu untuk jagain kamu.. dan nanti mereka akan ke rumah kita. Saya sudah siapin makanan di meja dan di kulkas ada snack juga.. nanti tolong ajak orang tua kita makan ya, makasih alma. Wassalamualaikum."

"Udah gue telfon mereka gak jadi ke rumah, gue nginep di tempat sahabat gue."

"Kamu gak bohong kan alma?"

"Kalau gak percaya nanti gue video call dah."

"Baiklah."

Sulit untuk percaya lagi dengan istrinya, yang Faris khawatirkan Alma bukan pergi ke rumah sahabatnya melainkan ke rumah laki-laki yang pernah terciduk sedang pergi bersama istrinya beberapa hari yang lalu. Terlalu sibuk, sampai sekarang Faris belum mencari tahu siapa laki-laki itu.

***

Alma mematikan panggilan video. Kesal, sudah berkali-kali memanggilnya tetap tak diangkat.

"Lo masih ngehubungi dia? Dari gue mandi tadi? Serius lo?" tanya Fara duduk berhadapan dengan meja rias hendak berdandan. Ekspresi wajahnya seakan tak percaya dengan apa yang dilakukan sahabatnya.

"Lo mulai jatuh cinta ya sama dia?" sambungnya.

Buk.

"Aduh!"

Fara mengusap-usap kepalanya, bantal yang dilempar Alma tepat sasaran tak melesat.

"Jaga bicara lo!" bantah Alma.

"Ya, lagian lo ngapain video call segala. Kasih pap aja lo udah di rumah gue dari pagi tadi, 'kan beres!" ketus Fara sinis.

"Tapi gue udah bilang mau video call, Far."

"Yang penting lo udah kabarin dia 'kan? Ribet banget jadi orang!"

"Iya, iya."

Alma mengirim beberapa foto pada Faris, kemudian menghapus semua percakapan mereka agar pacarnya tak salah paham. Sejak menikah ini pertama kali Faris mengirim chat padanya.

"Tumben banget, biasanya dia nulis surat. Dapet kontak gue dari mana lagi," batin Alma.

"Yuk, pergi," ajak Fara.

"Sekarang? 'kan masih siang," balas Alma posisinya sudah nyaman di tempat tidur Fara.

"Ya, pacar gue maunya sekarang."

"Kevin masih kerja, katanya sore baru pulang."

"Yudah, lo tunggu di sini aja. Emang kalian mau ke ma---"

Belum sempat selesai bertanya, Alma memotong perkataan sahabatnya. "Dugem," jawabnya.

"Wah, gila. Kita udah loh gak dugem bareng, tapi hari ini gue mau pergi ke suatu tempat dengan ayang gue. Dah, bye."

"Eh, Far. Tunggu, mending gue pergi dari sini dari pada ntar ada sesuatu yang hilang di rumah lo ini dan lo nyalahin gue."

Benar, tak ada siapapun di rumah Fara. Kedua orang tuanya sedang bekerja. Alma pergi diantar Fara menuju ke halte, tempat seperti biasanya ia menunggu Kevin sendirian. Untung Fara sahabat yang baik, ia membelikan sekotak nasi dan air mineral, serta roti untuk Alma.

Cahaya matahari mulai meredup, warna biru langit berubah keunguan. Alma tetap setia menunggu pacarnya sampai ke waktu Magrib tiba. Adzan berkumandang. Ia menghela napas berat, pantatnya terasa sangit sebab terlalu lama duduk.

Tin, tin.

Suara klakson motor terdengar tak asing, motor berhenti di depan halte. Sang pengendara motor sengaja mengarahkan lampu lampu motornya ke wajah Alma, siapa lagi pelakunya kalua bukan Kevin.

Alma sangat kesal, rasanya ingin marah dan mencabik tubuh laki-laki itu. Kevin sering kali tak menepati janjinya, datang tak tepat waktu. Sayangnya sekarang Alma tak ingin membuang waktu untuk marah, karena dia ingin cepat-cepat pergi ke club.

"Sayang, maaf ya. Tadi aku lembur, hehehe," ucapnya tercengir.

"Terserah, ayo kita pergi," balasnya. Memakai helm, kemudian naik ke atas motor, duduk seraya memeluk pinggang kekasihnya.

***

Di sinilah mereka berada, di suatu tempat yang merupakan surga baginya. Suara dentuman musik begitu keras memenuhi ruang, kerlap-kerlip lampu disko memanggil jiwa fatamorgana bergerak mengikuti irama. Kedua pasang sejoli tengah bergabung di kerumunan, berjoget heboh dan vulgar tanpa sadar sembari menikmati segelas minuman beralkohol. Satu botol minuman telah mereka habiskan. Keduanya kini sudah hilang kesadaran. Berciuman dan saling menyentuh tubuh di area sensitif.

Dunia seakan milik mereka, Alma dan Kevin terus berjoget sampai musik berhenti dan club malam ditutup. Sungguh miris, melihat kedua pasangan itu sedang mabuk dan bermesraan di depan umum. Dua petugas club membawa mereka ke suatu tempat penginapan yang kebetulan ada di depan club. Penuh perjuangan membawa mereka ke sana. Melihat uang cukup banyak di dalam dompet Kevin, dua petugas club itu malah memanfaatkan keadaan. Mereka mengambil semua sisa uang Kevin setelah membayar tempat penginapan.

"Selamat bersenang-senang," ucap salah satu petugas club seraya menutup pintu rapat. Kemudian mereka pun pergi, meninggalkan Alma dan Kevin di dalam tempat penginapan.

Tak tahan dengan kepalanya yang menyut dan pusing, serta timbul rasa mual. Alma merebahkan tubuhnya ke tempat tidur. Kevin memperhatikan lekukan badan kekasihnya. Dari ujung kaki sampai ujung kepala. Kevin merasa pakaian seksi yang membaluti tubuh Alma hanya mengganggu saja. Ia ingin menyaksikan kulit putih Alma tanpa sebelai benang. Kevin mulai bernafsu, ia melepaskan bajunya dan naik ke tempat tidur menindih badan mungil Alma.

"Sayang, sekali saja."

Alma tersenyum, menangkup pipi Kevin dan mengecup bibirnya. Tanpa berpikir panjang ia mengatakan, "iya."

Dalam keadaan mabuk, kedua pasangan itu merajut cinta. Nafsu dapat mengalahkan segalanya, tanpa tahu apa resikonya. Perbuatan zina yang mereka lakukan adalah dosa besar dan sangat dilarangan Allah SWT. Handphone terus berbunyi di dalam tas Alma, ada panggilan dari suaminya.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro