22. Taubat

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


            Lantunan ayat suci Al-Quran mendamaikan hatiku sepanjang malam, suara merdunya seakan memanggilku untuk membuka mata. Di sepertiga malam selalu kudengar doa diiringi isak tangis menyebut namaku, tak ayal membuat hatiku pilu dan ikut menangis sendiri. Dalam keheningan, jiwa yang tak tahu arah, pikiran yang kosong. Namun, ada suatu cahaya tak pernah redup dan terus menerangi hidupku yang gelap ini.

Setiap pagi, aku selalu terbangun lebih awal darinya. Kupandangi wajah bersih dan bersinar itu, ia masih terlelap di kursi samping tempat tidurku. Aku tahu, ia sangat lelah menghadapi sikapku yang seperti orang yang kehilangan akal. Aku merasa tak punya semangat hidup, tidak mau berbuat apa-apa, malas bicara dan hanya ingin diam saja. Namun, aku mendengar semuanya dan sering memperhatikannya diam-diam.

Aku tidak tahu, apa maksudnya memberiku bunga setiap pagi, siang, sore dan malam. Aneh. bunga yang ia berikan itu dirawatnya sendiri. Terkadang ia membuatku ingin tertawa dengan sikapnya yang lucu. tapi aku seorang pendosa. Tak berhak mentertawakan laki-laki sholeh sepertinya. Ia suami yang terlalu sempurna untukku seorang pendosa. Hingga saat ini aku belum mendengar kalimat berpisah dari mulutnya. Terserah, jika ia ingin menceraikanku akan kuterima dengan ikhlas.

Selama senja dan fajar tiba, aku tenggelam dalam perbuatan dosa dan dihantui rasa bersalah pada suamiku. Aku bukanlah wanita kuat yang bisa memendam masalah dengan waktu lama. Hari ini, aku memberanikan diri mengajaknya pulang dan meminta maaf padanya. Aku tidak begitu berharap untuk dimaafkan, asalkan ia mendengar saja sudah cukup.

***

"Aku minta maaf atas perbuatanku."

Faris mematung, tak menyangka istrinya akan meminta maaf seperti ini.

"Maafkan, aku," ucap Alma lagi.

Faris menarik napas dalam-dalam, lalu membuangnya perlahan. "Alhamdulillahirobbilalamin," batinnya. Bersyukur atas hidayah yang Allah SWT berikan pada istrinya. Kebahagiaan tiada tara menaburi jiwanya, ia menghapus air mata yang menetes haru dipipinya.

"Berdirilah," pinta Faris. Kedua tangannya berada di bahu istrinya, membantu Alma berdiri.

"Dengar." Faris mengangkat dagu istrinya, wajah sedih wanita itu terlihat jelas. Alma terus menangis sampai sesegukan. Faris menghapus air matanya.

"Lihat saya."

Perlahan Alma memberanikan diri menatap suaminya. Kedua mata yang sama-sama berlinang air mata kini beradu. Tak tega melihat istrinya terus menangis, Faris mencoba menenangkan Alma dengan memeluknya.

"Saya memaafkan kamu, Alma."

Meski berat, Faris tetap ikhlas menerima takdir. Ia mengambil keputusan tidak akan menceraikan istrinya.

"Tapi kamu harus ingat, bertaubatlah kepada Allah. Karena Allah SWT Maha Pengampun. Apakah kamu tahu? Berkah Allah SWT lebih besar dari murka-Nya."

"Tapi aku seorang pendosa," balas Alma dengan suara bergetar.

"Dalam Qur'an Surat Az Zumar ayat 53 yang mempunyai isi kandungan menjelaskan tentang perintah untuk bertaubat, tentang sifat Allah SWT yang Maha pengasih lagi Maha Pengampun bagi hamba-hambanya yang berbuat dosa. Terkadang kita manusia lebih sering putus asa lebih dahulu sebelum mencoba untuk berharap ampunan dan ridho dari-Nya. Saya tahu apa yang kamu rasakan. Percayalah Alma, Allah SWT akan mengampuni kamu dan menerima taubat kamu."

"Ya, aku percaya. Mulai detik ini maukah kamu membimbingku Faris?"

"Insya Allah."

Perlahan dua sudut bibir Alma tertarik membentuk senyuman tipis, begitu pula dengan Faris. Tiada henti mengelus pucuk kepala wanita yang sangat ia cintai itu, senyum bahagia terus mengembang di pipinya. Rencana Allah tidak ada yang tahu, semua yang terjadi dalam hidup ini ada hikmahnya. Yang dulu rumah tangganya diambang kehancuran karena suatu hal, bisa jadi sekarang damai penuh kehangatan cinta dan kasih sayang. Begitupun sebaliknya. Sebaik-baiknya rencana adalah rencana Allah SWT jauh lebih indah.

Faris melepaskan pelukannya, Alma sudah lebih tenang dan berhenti menangis. Kini kedua pasangan itu bersiap-siap melaksanakan shalat Isya berjamaah. Lagi dan lagi, Alma meneteskan air mata di setiap sujud, teringat akan dosa dan terharu dengan ketulusan suaminya. Ketika shalat berakhir, Alma hendak meraih tangan Faris ingin bersalaman, tapi suaminya malah lebih dulu mencium keningnya. Alma melotot kaget, ia bergegas menyalami suaminya. Lalu keluar dari ruang shalat tanpa permisi, dengan mukena yang masih terpakai utuh. Alma jadi salah tingkah, jantungnya berdebar kencang. Sambil berjalan menuju ke kamarnya ia terus beristigfar.

"Astagfirullahaladzim."

"Ya Allah, ada apa denganku?"

***

Bunyi alarm handphone membangunkan Alma di waktu sepetiga malam ini, tak ingin mengurungkan niatnya untuk memohon ampunan kepada Allah SWT. Alma bergegas mengambil wudhu, kemudian melaksanakan shalat taubat. Sebelum tidur ia sudah menghafal niat shalat dan doa-doanya, bahkan meminta penjelasan tata cara shalat taubat yang baik pada suaminya melalui chatting di handphone. Sungguh aneh, padahal mereka tinggal satu atap. Namun, tak masalah bagi Faris. Ia mengerti istrinya sedang sangat lelah dan butuh istirahat.

Di sepertiga malam ini, doa tiada henti ia ucapkan. Memohon pengampunan kepada Allah SWT. Selama melaksanakan shalat taubat tadi air matanya terus mengalir, Alma sangat takut akan azab Allah SWT.

"Ya, Allah. Mohon pengampunanmu atas semua dosaku, dosaku pada kedua orang tuaku, dosaku kepada suamiku, dosa kepada semua orang yang tersakiti karenaku, serta dosaku kepada janin di dalam kandunganku ini. Maafkan aku yang pernah berniat untuk mengakhiri hidupku dan membunuh darah dagingku sendiri. Aku sangat menyesali semua perbuatan jahatku. Ya, Allah. Jika Engkau tidak mengampuni dan memaafkanku, tentu aku salah satu hamba-Mu yang sangat merugi. Tolong, tuntun aku ke jalanmu selamanya bersama suamiku."

Alma terus bermunajat kepada Allah SWT dengan sepenuh hati. Bila jantung masih berdetak, tidak ada kata terlambat untuk bertaubat. Alma sangat bersyukur masih diberikan kesempatan dibukakan pintu hatinya untuk bertaubat, itu adalah bukti kecintaan Allah padanya.

"Aamiin, ya rabbal alamin."

Ia mengakhiri doa, kemudian sembari menunggu waktu shalat Subuh tiba Alma membaca Al-Qur'an di aplikasi handphone. Hatinya bergetar, matanya berkaca-kaca sedih karena sudah sangat lama ia tak melihat maupun membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an yang indah ini. Namun, syukur ia masih lancar membaca ayat-ayat Al-Qur'an. Cukup lama mengaji, Alma merasa haus. Stok air di dalam kamarnya habis, ia mengakhiri bacaannya dan segera turun ke lantai bawah mengambil air minum. Namun, bertapa terkejutnya ia melihat sang suami yang ternyata ada di depan pintu.

"EH, SETAN!" jerit Alma spontan, jantungnya nyaris copot.

"Maaf, saya barusan mau ketuk pintu," ucap Faris merasa bersalah.

Alma bernapas legah, sosok dihadapannya ini bukanlah makhlus halus yang ia kira. Alma membekap mulutnya sendiri menyadari sosok itu adalah suaminya sendiri.

"Maaf, aku gak bermaksud..."

"Gak papa, lagian memang salah saya. Maaf, tiba-tiba kagetin kamu. Sebentar lagi memasuki waktu shalat subuh mari bersiap-siap," ajak Faris.

Alma mengangguk. Mereka berjalan beriringan menuju tempat shalat di bawah, tanpa sengaja Alma menatap Faris dari samping. Sungguh mempesona paras laki-laki itu, ia terlihat sangat tampan meski rambut berantakan dan mata bengkak karena baru bangun tidur. Bekas parfum masih tericum wangi di badannya yang gagah, seperti aroma mint.

"Dan aku baru menyadari jika suamiku sangat tampan."

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro