23. Aib Yang Terbongkar

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

            Selesai olahraga pagi Faris merasa haus, ia menuju ke dapur mau minum. Setelah sampai di sana, mata laki-laki itu terbelalak melihat istrinya memegang pisau. Tanpa basa-basi Faris menghampirinya dan merampas pisau tersebut dari Alma.

"Astagfirullahaladzim, Ya Allah, ya Karim. Alma. Mau apa lagi kamu, ha?" ucap Faris sedikit panik.

Alma tak merespon, ia tampak kebingungan menatap suaminya.

"Perlu kamu tahu, kita semua hamba Allah selalu diberikan ujian, akan tetapi ujian itu harus diselesaikan dengan cara yang baik dan istiqomah di jalan Allah, bukan dengan melakukan bunuh diri."

Alma membuka mulut. "Siapa yang mau bunuh diri?" tanyanya balik. Faris sudah salah sangka terhadap dirinya.

"Saya itu mau potong bawang untuk nasi goreng," jelas Alma.

Faris terdiam, melihat nasi serta bumbu-bumbu yang sudah disiapkan istrinya di meja dapur. "Oh, begitu," ucapnya tanpa ekspresi.

"Maaf," sambungnya meletakkan pisau. Kemudian mengambil segelas air minum dan meminumnya. Lalu pergi ke lantai atas dengan buru-buru, ia sedikit malu akan sikapnya yang berubah posesif terhadap istrinya.

Alma terkekeh singkat seraya menggeleng-gelengkan kepala, ia tahu Faris tak ingin percobaan bunuh diri itu terulang kembali. Sebab itulah yang membuatnya menjadi sangat khawatir pada Alma.

"Lucu sekali dia," ucap Alma.

Lanjut masak, memotong semua bahan keperluannya. Menyalakan kompor dan mulai memasak. Sepuluh menit kemudian, Alma pasrah dengan hasil masakannya. Sebelumnya ia meninggalkan masakannya itu pergi toilet untuk buang air kecil. Api kompor yang menyala terlalu besar, akibatnya nasi goreng itu menjadi sedikit hitam karena gosong.

Bau nasi goreng gosong itu sampai ke lantai atas. Faris berfirasat buruk, setelah selesai membersihkan tubuhnya Faris bergegas turun dan ke dapur. Ia menghampiri istrinya yang sedang duduk sambil menopang dagu, memperhatikan nasi goreng itu di atas meja makan.

"Gosong," ucap Alma, menoleh suaminya.

Faris memakluminya saja, ia akan tetap memakan nasi goreng tersebut. "Gak papa," balasnya sambil tersenyum lalu mencicipi nasi goreng.

"Bismillah."

"Enak, cuma sedikit gosong aja."

"Bohong, bilang aja kamu cuma menghargai aku," balas Alma cemberut.

Faris menggeleng, ingin menyuapi istrinya. "Ayo coba."

Dengan ragu Alma membuka mulutnya, melahap nasi goreng buatannya. Faris tak berbohong, nasi goreng itu memang enak tapi sedikit pahit. Hanya saja perut Alma tak menerima, ia jadi mual dan beranjak dari kursi menuju westafel memuntahkannya.

Faris menyusulnya, mulai panik dan merasa bersalah telah meminta istrinya memakan nasi goreng tersebut. Ia memijat leher istrinya dengan lembut, kemudian mengambil segelas air minum.

"Ayo minum."

Alma meneguk minum, habis setengah gelas. Wajahnya berubah pucat, badannya lemas dan berkeringat dingin. Faris baru ingat, ia belum membeli susu hamil untuk istrinya.

"Maaf, gara-gara saya menyuruh kamu makan nasi goreng tadi kamu jadi mual."

"Gak papa, gak papa," ucap Alma, nafasnya terengah-engah.

"Mau minum susu?" tanya Faris.

Alma menggeleng. "Aku mau tiduran aja," jawab Alma melangkahkan kaki menuju ruang santai, merebahkan diri ke sofa.

"Masih mual, ya?"

"Sedikit."

"Saya keluar bentar, assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, mau ke mana?"

Tidak ada jawaban dari Faris, Alma mengangkat setengah tubuhnya. Melihat punggung sang suami semakin jauh. Faris ingin membeli susu untuknya dan Alma sudah tahu itu.

Faris pergi ke mini market yang letaknya tak jauh dari rumahnya, sembari membaca tentang makanan yang sehat untuk ibu hamil di menu pencarian handphone, tak terasa 5 menit jalan kaki sudah sampai di mini market. Faris membeli semua makanan bergizi untuk istrinya mulai dari sayuran, buahan, cemilan dan juga 20 kotak susu ibu hamil untuk stok di dalam lemari rumahnya. Selesai mengambil semua keperluannya, Faris membawa semua belanjaan ke kasir dan membayarnya, lalu bergegas kembali ke rumah.

Tibanya di rumah, ia dikejutkan dengan suara isak tangis yang cukup kuat. Suara tangis itu terdengar dari ruang di mana istrinya tiduran tadi. Faris menjatuhkan semua belanjaannya, langsung mendekat pada Alma yang duduk tak berdaya dan menekuk lutut di lantai.

"Astagfirullahaladzim, Alma apa yang terjadi?" Faris menangkup pipi istrinya, menghapus air mata yang bercucuran.

Setelah kepulangan sang suami, tangisannya semakin pecah. Alma menangis sejadi-jadinya. Faris mencoba menenangkan Alma, mendekapnya erat sesaat. Wanita itu memberontak, mendorong Faris hingga terjatuh.

"KENAPA KAU MENYEBARKAN AIBKU?!"

"SEMUA MANUSIA SUDAH TAHU KALAU AKU PENDOSA!" jeritnya.

"LIHATLAH BERITA DI TV ITU, SEMUA SUDAH TAHU FARIS. SEMUA MANUSIA DI MUKA BUMI INI SUDAH TAHU."

"AKU HARUS BAGAIMANA? UMI, ABI..."

"BAGAIMANA DENGAN MEREKA, YA ALLAH."

"Apa maksud kamu, Alma?" Faris tak mengerti dengan apa yang diucapkannya.

"JIKA TIDAK MAU PUNYA ISTRI HINA SEPERTIKU, KENAPA KAU TIDAK MENCERAIKANKU USTADZ FARIS?"

"Wallahi, apa yang kamu katakan Alma? Saya tidak pernah menyebarkan aib seseorang, apalagi istri saya sendiri. Saya mencintai dan menyayangi kamu."

Alma terdiam, merasa tubuhnya tak lagi seimbang. Kepalanya tiba-tiba terasa pusing, perlahan pandangannya semakin gelap. Ia tak sadarkan diri, Faris sigap menangkap istrinya yang hendak jatuh.

"Alma," panggil Faris.

"Almahyra," panggilnya, sekali lagi.

***

Faris sedikit legah, para wartawan dan jurnalis yang menunggu di depan gerbang rumahnya dari siang hingga sore berhasil dibubarkan Supri. Berwajah sangar dan badan kekar, Supri memang punya aura kuat yang bisa menaklukan musuh. Untung laki-laki buaya itu cepat pulang dari rumah pacarnya, entah apa yang ia lakukan di sana dari semalaman. Sebagai sahabat yang baik, Faris tak pernah lelah menasihatinya. Buktinya pada saat Supri datang ke rumahnya tadi, ia diceramahi lebih dulu sebelum menjalankan misi. Hanya saja nasihat yang diberikan bagai angin lewat saja.

Misi yang diberikan Faris telah selesai. Supri mengancam para jurnalis dan wartawan jika mereka tidak segera pergi, maka ia akan menelfon polisi karena kehadiran mereka di sini menimbulkan keributan, sehingga keadaan psikis Alma terus terganggu dan kesehatan tubuhnya menurun akan sangat berpengaruh terhadap janin di kandungannya.

Kedatangan para jurnalis dan wartawan tujuannya tak lain ingin meminta Faris dan istrinya memberikan keterangan atau klarifikasi atas berita tak sedap yang menyeret nama keduanya. Selain itu, Kevin sang mantan kekasih Alma juga ikut terseret topik hangat yang menggemparkan tanah air ini. Belum tahu siapa pelaku yang menyebarkan aib istrinya, Faris akan segera menyelidiki hal tersebut. Namun, untuk melindungi sang istri ia rela berbohong kepada semua keluarga, baik itu keluarganya maupun pihak keluarga Alma demi kabaikan. Mengenai berbohong demi kebaikan, Rasulullah SAW menjelaskan dalam haditsnya yang diriwayatkan Ummu Kultsum. Beliau menjelaskan bahwa perilaku berbohong hanya diperbolehkan bagi umat Islam dalam tiga perkara yaitu; dalam berjihad, dalam mendamaikan orang atau kelompok yang sedang bermusuhan dan yang terakhir menjaga keharmonisan rumah tangga.

"Saya berharap terjadinya fitnah ini, istri saya mendapatkan pahala atas keteguhan hati, kesabaran serta keikhlasannya. Doakan saja Pak, Bu, Abi dan Umi, Alma selalu sehat dan begitu pula dengan janin kami yang akan terus berkembang. Untuk sekarang, mohon maaf jangan dulu datang ke sini karena kondisi sekitar rumah sangat ramai dengan pencari informasi. Kita semua sehat, jangan khawatir. Saya akan selalu menemani istri saya, biidzanillah, insya Allah."

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro