7. Rencana Alma

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Far lo di mana? Sumpah ya gue bosen banget di sini.

Lah emangnya laki lo ke mana?

Plis deh dia bukan laki gue!

Maksud gue kevin ma.

Kevin pulang kampong kemarin ibunya sakit, jemput gue dong ajak gue ke mana kek tapi traktir gue ya… uang gue habiss far hehehe.

Diiih, minta ama ustad itu dong.

Dia lagi gak ada di rumah kerja kayaknya.

Minta sama orang tua lo goblok!

Ya kali di kasih, atm gue aja udah di rampas.

*foto Fara dan Wahyu*

Alma berdecak kesal, Fara malah mengirim fotonya bersama sang pacar sedang makan di restoran favorite mereka, melihat makanan perut Alma jadi lapar. Ia langsung mematikan layar handphonenya, sahabatnya itu tak ingin diganggu. Lagi pula siapa yang mau jadi nyamuk orang pacaran. Hatinya iri, seakan ingin menyusul Fara dan Wahyu ke sana bersama Kevin, tapi pacarnya itu tidak ada di sini. Semalaman Alma menangis karena Kevin tak ada kabar. Sebenarnya Alma tahu tak ada jaringan di sana, dia hanya rindu.

 “Sampai kapan gue begini? Apa gue pulang aja ke rumah, tapi nanti pasti abi dan umi…”

“Ah, sudahlah. Pusing gue mikir terus,” pekiknya sambil menjambak rambutnya sendiri.

Alma beranjak dari tempat tidur, tidak ada pilihan lain. Mulai hari ini, sampai kekasihnya kembali, dia akan bersikap baik pada Faris. Akan menjalankan tugas layaknya seorang istri, yang dia lakukan hanya berpura-pura karena menginginkan uang darinya. 

Hari sudah siang, cuaca begitu terang. Matahari seakan berada di pucuk kepala. Dari malam tadi belum makan, dia kelaparan. Turun ke lantai bawah dan menuju meja makan, hanya ada buahan dan roti. Ia membuka kulkas berharap ada makanan lain. Tidak ada, hanya ada sayuran dan bahan-bahan masak.

Melihat semua itu, Alma jadi kepikiran mau masak untuk makan malam bersama suaminya. Mencari muka, supaya Faris menuruti keinginannya. Awalnya dia ingin masak sore nanti. Namun, karena terlalu bersemangat akhirnya Alma memutuskan memasak saat ini juga. Dia mencuci semua bahan-bahan yang mau dimasak. 

“Eh, kok kompornya beda ya?”

“Gimana cara hidupinnya?”

“Haduh.” Ia frustasi, meremas wajahnya sendiri.

“Ah, dasar Alma goblok. Tonton youtube dong.”

Alma membuka youtube di handphonenya, menonton tutorial menyalakan kompor sambil mencoba menyalakan kompor mengikuti perintah. Berkali-kali akhirnya kompor itu menyala, Alma melompat-lompat bahagia.

“Yessss.”

Setelah itu, ia meletakkan wajan di atas kompor. Menumpahkan semangkok air keran ke dalam wajan, lalu memotong semua sayuran. Ada sayur bayam, sayur kangkung, dan selada. Karena di rumah ini hanya mereka berdua, ia hanya memasak sebagian. Memasukkan semua sayuran tersebut ke dalam wajan menjadi satu.

Entah namanya masakan apa, itu adalah resep pertama masakannya. Ia memberi garam dan kaldu bubuk pada masakannya. Sambil menunggu sayuran itu masak, Alma menikmati sebuah apel dan menghidupkan musik di handphone. 

Ia menari mengikuti irama musik, waktu kecil Alma pernah ikut pentas pertunjukan menari balet di sekolahnya. Sebab itulah cita-citanya ingin menjadi penari balet terkenal, ia sangat senang menari. Namun, setelah orang tuanya menentang tak setuju, cita-citanya pun hanya sebatas mimpi dan terkubur di relung hati.

“Emangnya cuma sayuran doang?” 

Alma memeriksa kulkas lagi, ada ayam dan telurnya yang terususun rapi di dalam kulkas. Alma pecinta pedas, dia akan membuat ayam geprek dan telur itu akan digoreng dengan irisan cabe dan bawang. Alma memasak dengan feeling, tanpa menonton youtube. Ia membersihkan ayam lebih dahulu, hingga baru menyadari jika masakannya kering. Tanpa berpikir panjang ia menambahkan air dan mematikan kompor. Dia sangat bahagia karena satu lauk sudah berhasil dimasak. 

Tiga jam kemudian, masakannya sudah beres. Ayam goreng dilumuri cabai merah dan telur goreng yang gosong. Semuanya sudah ada di atas meja, tinggal nasi saja yang belum didinginkan. Alma membuka reskuker, matanya tiba-tiba membesar. Betapa terkejutnya ia melihat nasi ini bagai bubur. Alma menghela napas, dia memang tak pandai memasak.

“It’s oke, nanti gue juga makan kok,” ucapnya, mengambil nasi dan meletakkannya ke atas meja.

Dengan percaya diri Alma menatakan, “gue yakin masakan gue semunya enak.” Lalu ia melangkahkah kaki ke ruang santai, menonton TV menunggu suaminya pulang. Tak lama, kira-kira hanya setengah jam.

Mendengar suara gerbang depan terbuka dan mobil masuk ke dalam rumahnya, Alma bergegas lari ke dekat pintu. Ia merapikan rambutnya yang tergerai.

“Gue harus baik sama dia, okey,” batinnya. Menarik napas dalam-dalam lalu membuangnya.

Derap langkah kaki di luar sana semakin terdengar jelas, pintu terbuka.

Assalamualaikum,” salam Faris. 

Waalaikumsalam, hai selamat datang,” balas Alma dengan senyuman lebar.

Faris mematung, tampak heran. Tak biasanya istrinya itu menyambut kepulangannya.

“Ada apa?” tanya Faris to the point.

Alma tiba-tiba memeluk Faris, tak lama hanya beberapa detik. Drama pun di mulai. 

“Kamu mau makan? Aku udah masak.” Alma menarik tangan suaminya, membawanya ke ke meja makan dan duduk.

“Kamu tahu gak? Aku loh yang masak semuanya,” ucap Alma sok mengakrabkan diri dengan suaminya.

Faris berdiam diri, mengamati keanehan istrinya. Alma mengambil nasi yang sudah dingin dan lauk untuk suaminya. Kemudian meletakkannya di hadapan Faris.

“Silahkan makan.”

Hening.

Tak ada reaksi apapun dari Faris, matanya terlihat fokus pada makanan di hadapannya. Alma duduk di sampingnya.

“Ada apa? Sumpah demi Allah, gue gak kasih racun di nasi dan lauk ini. Semuanya gue yang masak,” jelas Alma.

Faris menatapnya lekat, mungkin Allah SWT sudah mengetuk pintu hatinya dan memberikan hidayah. Tiada henti bersyukur dalam hati pada Allah SWT, akhirnya doanya terkabulkan. Faris ikut bahagia melihat Alma sekarang. Sudut bibirnya tertarik ke atas membentuk senyuman indah, tanpa sadar Alma pun ikut tersenyum.

"Bismillah."

Faris memegang sendok, memasukkan nasi dan lauk ke dalam mulutnya. Hambar, rasa pahit, asin, manis, semuanya campur aduk. Ini pertama kalinya Faris merasakan masakan aneh yang langka di lidahnya. Faris berusaha menahan ekspresinya agar tak terlihat buruk di mata Alma setelah memakan masakannya. Ia berpikir positif saja, mungkin Alma tak mencicipi masakannya. 

“Kamu udah makan?” tanya Faris.

“Belum, tapi aku mau makan---“

Faris menahan lengannya, sehingga membuat Alma duduk kembali. “Kamu cicip masakan ini gak?” 

Kepalanya menggeleng pelan. “Enggak, kenapa? Enak ya?” Alma tercengir, sangat percaya diri.

“Kamu rasain dulu, ayo buka mulut.” Faris tersenyum tipis, menyodorkan sesendok nasi dan lauk ke mulut istrinya.

Alma membuka mulut dan melahap masakannya. Tiba-tiba merasa mual, ia bergegas menuju westafel. Memuntahkan semua isi mulutnya, masakannya tak enak. Rasanya sangat aneh. Ia menyesal tak mencicipi masakannya lebih dulu. Faris memberikan minum padanya.

“Terima kasih untuk masakannya, lain kali jangan lupa bismillah dan cicipin dulu masakan kamu.” 

Dari ekspresi wajahnya, Faris sedang menahan tawa. Alma berdecak kesal, merasa suaminya itu tengah mengejeknya padahal tidak. Faris hanya gemas padanya.

“Bagus deh, sukurin. Gue sengaja tuh, masak gak enak supaya lo tersiksa!”

Apa yang dia katakan tak sesuai dengan realita. Ya, begitulah Alma. Gengsi menerima kesalahannya sendiri.

“Coba tadi gue kasih racun aja tuh masakan, terus dia mati gue jual deh rumah ini hahaha.”

***



 



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro