Pesen Kopi Yuk?!

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

[Ngopi yuk]

Aku mengirimkan pesan ke grup kantor yang hanya terdiri dari beberapa orang yang dekat. Iya, kalian tahu kan, kalau di dalam grup kantor besar pasti ada grup kecil yang berisi orang-orang yang merasa sevisi misi di kantor? Nah aku juga punya grup itu.

[KSK?] Sky membalas dengan cepat pesan dariku.

[Yap] Balasku singkat.

[Oke, aku satu] Balasnya lagi.

[Aku juga satu, ya, Te. Less sugar] Diana mengetikkan pesanannya.

[Aku satu, yang biasa] Frida ikut membalas.

[Americano panas, no sugar] Rasta menuliskan pesanannya.

[Oke sip] Aku tersenyum senang, karena kuota untuk mendapatkan diskon dan gratis ongkir sudah terpenuhi.

Kuketik semua pesanan dan memasukkan kupon diskon di aplikasi belanja online teraebut. Kemudian aku meneruskan pekerjaanku yang tertunda karena keinginan ngopi barusan. Beberapa data minta untuk segera dibenahi dan dilaporkan untuk weekly report.

"Te, kopi dah datang?" Kepala Sky sudah berada di depan kubikelku. Aku mendongak dan menggeleng.

"Nanti aku kirim ke mejamu," balasku.

"Okay." Laki-laki itu berlalu.

"Tea!" Suara Frida membuat konsentrasiku buyar.

"Apa?!" teriakku gak kalah kencang.

"Minta data barang yang diterima kemarin dong, Bu Happy minta." Aku menggetikkan kata yang Frida sebutkan dan segera menemukan berkas yang dimaksud, menekan tombol kirim.

"Sudah aku kirim via WA." Aku tak menoleh padanya dan tetap berkutat pada data yang harus kuselesaikan hari ini.

Ting! Pesan dari aplikasi belanja online menandakan kalau kopiku sudah datang. Dengan cepat aku berjalan menuju lobi kantor.

"Mbak Tea," sapa Roni, satpam jaga hari itu sambil mengacungkan satu kresek penuh kopi pesanan.

"Nih buat kamu," kataku seraya mengambik satu gelas yang memang sengaja kubeli untuknya.

"Terima kasih, Mbak." Senyum sumringah itu membuatku balas tersenyum padanya.

"Americano panas, no sugar." Kuletakkan gelas itu di depan Rasta yang sedang mengedit video.

"Thank, Te. Berapa?" tanyanya tanpa menoleh.

"Nanti aku kirim tagihan via grup." Aku berlalu dan menuju meja Diana.

"KSK less sugar. Tagihan kukirim di grup." Aku mengangsurkan gelas ke arah Diana yang tersenyum lebar.

Frida sudah menadahkan tangannya dan kuserahkan segelas KSK biasa untuknya. Lalu aku menuju meja Sky, SPVku itu sedang menatap layar computer yang menampilkan data-data weekly report dari berbagai divisi.

"KSK." Kuletakkan gelas itu di sampingnya.

"Thank, Te, berapa?"

"Tagihan di grup," jawabku berlalu.

Aku tak mau berlama-lama di dekat laki-laki itu. Sudah beberapa hari ini dia mulai aneh menurutku. Sebut saja aku kegeeran atau apa, tapi dia sepertinya sedang mencari perhatianku. Dan aku sedang menghindari affair dengan teman sekantor, terlebih dia bisa dibilang atasanku.

"Te, laporan sudah selesai?" Dan lihat saja sekarang, dia sudah berdiri di belakangku dengan jarak yang sangat dekat, membuatku hampir tersedak.

"Almost." Kusesap kopiku dengan canggung, berusaha menyembunyikan kegugupan mendadak.

"Aku tunggu." Bukannya pergi, dia malah menarik sebuah kursi dan duduk di sebelahku, menyesap kopi yang dia bawa sambil memainkan ponselnya.

"Aku kirim via WA?" tanyaku tanpa memeperhatikannya.

"Boleh. Emang udah kelar?" Dia mendekatkan kepalanya dan hampir menyentuh kepalaku.

"Err ... sudah." Kutekan tombol kirim di aplikasi pesan yang kupasang di komputerku. Jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya. Ini tak bisa kubiarkan. Aku tak boleh berlama-lama dengan manusia ini. "Aku ke toilet," pamitku sambil menggeser kursi ke belakang dan meninggalkannya.

Sial, sial! Aku benar-benar harus jaga jarak dengan laki-laki itu jika tidak ingin terkena masalah.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro