Bab 80 Rencana Makan Malam Romantis

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


"Hira!" panggil Andra lantang.

Mahira celingukan. Tampak kebingungan melihat kedatangan Andra tapi tak bisa berpaling dari Citra yang malah pergi meninggalkannya.

"Kaki kamu beneran luka?" tanya Andra khawatir. Teriakan Citra tadi lantang sekali. Anehnya, perempuan itu malah meninggalkan Mahira begitu saja.

"Enggak kok! Aku baik-baik aja. Tahu tuh si Citra tiba-tiba teriak begitu! Aneh! Dia juga malah pergi gitu aja padahal tadi dia ngajakin aku ke sini buat ngecek kapal yang katanya tenggelam. Emang di mana sih kapal tenggelamnya?"

Andra termangu bingung. Keningnya berlipatan. "Hah? Kapal tenggelam?" Ia berjuang keras mencari tahu maksud dari perkataan Mahira barusan.

Seingatnya tak ada kapal ternggelam di sekitar sini. Padahal ia sudah bolak-balik ke area pantai seharian ini untuk mengurusi rencana makan malam, tapi tak ada jejak sedikit pun akan keberadaan kapal tenggelam yang dimaksud.

"Gak ada kok. Citra beneran bilang gitu?" Andra membantah kecurigaan Mahira.

"Katanya sih gitu. Apa dia bohongin aku, yah?"

Andra mendadak ketakutan.

"Ish! Kurang kerjaan banget tuh anak! Sengaja pengen bikin aku tersesat di sini ternyata. Awas aja dia nanti!" umpat Mahira.

Mahira sudah siap melangkah pergi ketika tangan Andra tiba-tiba menghadang langkahnya. Ia spontan menjaga jarak. Ingatannya jatuh pada kejadian pagi itu ketika Andra tiba-tiba memeluknya.

"Ikut aku!" ajak Andra berusaha bersikap ramah. Tak mau sampai membuat Mahira takut apalagi menaruh curiga. "Ada yang mau aku tunjukkin ke kamu."

Mata Mahira menyipit penuh curiga. Ia memandang Andra sebentar, lalu matanya mengedar ke sekeliling dari tempat berada sekarang. Cahaya lampu yang tadi sempat menyita perhatiannya lekat-lekat ia tatap. Semakin jeli ia perhatikan.

"Kamu bukan mau nunjukkin itu, kan?" tanya Mahira sambil menunjuk ke arah cahaya lampu itu. "Itu lampu-lampu kecil kan, yah? Kalau dilihat dari kejauhan, kayak sengaja dibuat kayak gitu bentukannya. Rapi. Mirip sama lampu yang ada di depan restoran deh. Terus itu juga kayak ada meja sama kursi. Di atasnya ada lilin dan ... apa yah?" Mahira menjelaskan secara rinci akan apa saja yang baru saja ia lihat. Ia berpikir sejenak sebelum kemudian berkata, "kayak dekorasi meja makan buat pasangan yang pernah aku lihat di film-film."

Andra semringah mendengar penuturan Mahira. Ia merasa tak perlu capek-capek menjelaskan nanti kenapa Andra mau mengajak Mahira makan malam romantis seperti ini. Tingkat kepekaan perempuan itu sepertinya sedang tinggi. Pokoknya, Andra hanya tinggal mangajak Mahira saja agar bisa duduk di kursi itu dan semuanya dimulai. Akan ia ciptakan suasana romantis agar rencana pernyataan cinta yang hendak ia buat tak lagi kena tolak.

"Karena aku gak suka hal yang berbau romantis kayak gitu!" sambung Mahira tiba-tiba.

Kebahagiaan pada diri Andra lenyap seketika. Bayangan akan keberhasilan yang akan ia raih beberapa saat nanti seketika pupus.

"Kenapa gak suka, Ra? Aku ...." Andra tergagap.

Ingin membela diri, namun ia juga tak mau mengakui kalau memang terkaan Mahira tadi tak keliru. Belum apa-apa ia sudah kena tolak. Mana mungkin Andra mau mengaku kalau begini, kan?

"Gak suka aja. Menjijikkan!"

Andra makin dongkol saja. "Oh ... jijik, yah?"

"Bukan itu kan yang mau kamu tunjukkin ke aku?"

Andra menggeleng dengan mulut tertutup rapat.

"Terus kerjaannya siapa itu? Pengunjung? Ada yang pengen makan malam di tepi pantai kayak gitu?"

"Itu ... ah! Iya. Ada yang pengen makan malam bertema di tepi pantai kayak gitu, Ra. Iya. Itu dia!" Andra mencari-cari alasan untuk membela diri.

"Kok aku baru tahunya sekarang, yah? Kamu kenapa gak bilang dari tadi? Harusnya kan ini lewat persetujuanku dulu?" serbu Mahira mengintrogasi.

Andra mengecap salivanya yang nyaris mengering. "Itu ... masalahnya acaranya mendadak, Ra. Aku baru mau ngasih laporannya sekarang setelah semuanya beres. Biar kamu gak perlu repot bolak-balik ke sini. Jadi, kamu tinggal terima beres aja!"

Sialan! Andra jadinya harus berbohong begini. Padahal ini bukan rencana yang sudah ia rancang dengan susah payah.

Kacau!

"Oh ... gitu? Terus mana mereka? Kok pengunjungnya belum ke sini? Acaranya baru mau dimulai atau udah beres sebenernya?"

"Udah beres!" Cepat-cepat Andra menyela. Bohong lagi. "Kita pulang lagi aja, gimana?"

"Oh ... beneran udah beres. Harusnya Citra gak perlu bohong begini kalau buat urusan kerjaan. Kenapa juga sih dia pake bilang ada kapal tenggelam segala? Kenapa gak langsung bilang aja kalau kalian bikin acara makan malam buat pengunjung tanpa sepengetahuanku? Aku juga gak bakalan protes kok. Justru aku berterima kasih karena kalian udah kerja keras buat ini."

Andra tersenyum kikuk. Mengekori Mahira yang berjalan lebih dulu meninggalkan tempat itu. Diam-diam memasang raut wajah kusut. Rencananya gagal total! Ditambah ia juga bohong pada Mahira!

Semuanya kacau balau!

***

Yogi dan Randu tak hentinya tertawa selagi ia menyantap hidangan yang tadinya hendak disajikan oleh Andra pada Mahira di acara makan malam romantis di tepi pantai. Rencana temannya itu ternyata gagal total atau lebih tepatnya gagal sebelum semuanya terlaksana.

"Belum apa-apa udah kena tolak! Bagus banget emang si Mahira. Dia bukan cewek gampangan, Dra!" Yogi yang paling heboh mengolok. Tampak puas sekali menertawakan kegagalan sahabatnya sendiri. "Jarang tuh cewek kayak gitu! Gak boleh sampai lepas pokoknya!"

"Awas aja kalau lo sampe nikung gue!" kata Andra memperingati.

"Tenang. Tenang. Gue bukan pengkhianat kayak si Galang, Dra. Apalagi nyampe nikung temen sendiri. Bisa jatoh harga diri gue! Kayak gak ada cewek lain yang baiknya melebihi si Mahira aja."

"Terus gimana nih? Lo masih mau lanjut meski udah kena tolak begini?" sela Randu.

Seolah diingatkan, Andra menggeleng perlahan. "Buat sekarang, gue lagi gak ada ide. Masukan dari kalian juga gak ampuh! Mahira bukan cewek yang suka diromantisin. Baru rencana buat diajak makan malem aja, dia udah bilang gak suka hal-hal berbau romantis. Sampe bilang jijik segala lagi!"

"Lo gak ada ide apa gitu buat nembak dia pake cara lain lagi?"

Andra menunduk dengan putus asa. "Kosong! Kepala gue rasanya mau pecah. Nembak dia terang-terangan, gagal. Baru rencana mau ajakin makan malam romantis, dianya ternyata gak suka diromantisin. Tuh cewek kayaknya punya kelainan deh. Setuju gak sama gue?"

Yogi dan Randu terkikik.

"Oh ... lo nyerah nih ceritanya? Baru juga segini perjuangannya," olok Randu. "Gue dong! Harus belajar nombak di kedalaman lautan tanpa alat pengaman! Bayangin! Nyawa gue jadi taruhannya cuma buat deketin si Citra! Untung diterima, kalau kena tolak, gue bakal milih mati tenggelem aja nih kayaknya."

"Kalau itu sih gue juga pernah ngalamin yang hampir saja persis. Gue sama dia hampir mati tenggelam gara-gara kapal kehilangan kendali kemarin! Nyawa gue woy taruhannya! Untung aja masih selamat."

Andra juga tak mau kalah pamer. Menurutnya, selama dekat dengan Mahira, banyak hal terjadi antara mereka. Dari hal yang menyenangkan sampai hal yang tidak menyenangkan. Bisa dibilang, manis dan pahitnya kehidupan sudah mereka rasakan selama beberapa bulan terakhir ini. Dipersatukan karena keduanya sama-sama korban pengkhianatan.

Ya! Andra merasa sehidup sepenanggungan dengan Mahira sekarang setelah mengingat perjalanan macam apa yang sudah mereka lalui selama ini. Banyak hal yang sudah terjadi, bukan?

Bukankah ini pertanda bahwa selama ini Andra secara tak sadar memang tak bisa berjauhan dari Mahira? Ini artinya ia memang menyukai perempuan itu.

"Anjir! Stress banget gue jadinya mikirin beginian! Maunya tuh cewek apa sih sebenernya?" gerutu Andra jengkel.

"Anggap itu karma karena dulu elo dikasih keberuntungan sama Tuhan buat dicintai banyak cewek. Nah, sekarang giliran lo tuh yang bucin sama salah satu makhluk-Nya," kata Yogi sambil cekikikan. Puas rasanya melihat Andra begitu menderita hanya karena satu perempuan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro