👑22👑

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Lama tidak berjumpa putriku sayang!" sambutan meriah dilontarkan pria setengah abad dengan rambut putih yang tidak menutupi seluruh kepalanya.

Loren Deana, Count sekaligus ayah biologis Real. Dia memerintahkan daerah pinggiran kerajaan Cinder, dan sengaja meletakkan Real sendiri di ibu kota agar lebih dekat dengan Duke Ryan. Kali ini dia akan semakin besar kepala karena mengetahui Real bertunangan dengan Putra Mahkota.

Hari ini aku akan secara resmi tinggal di istana. Dhara sudah mempersiapkan semua barang yang kuperlu, memang tidak banyak. Semua berjalan damai sampai orang ini datang dan mencari muka. Padahal aku berharap tidak bertemu dengannya. Bahkan diingatkan Real tidak ada kenanakan indah tentangnya.

"Lama tidak bertemu ayah." Walaupun begitu aku akan berusaha tetap tersenyum. Dia lebih buruk dari ayaku yang pengangguran dan pemabuk dulu. "Saya tidak menyangka anda akan datang hari ini."

"Tentu saja aku akan datang mengantarkan putriku ke istana. Aku sudah mempersiapkan banyak hadiah untukmu dan putra mahkota. Walau kurasa barang di istana lebih mahal daei ini."

Dia menunjuk beberapa kotak yang tersusun sepanjang jalan, satu persatu di buka dan banyak barang berkilau di dalamnya. Bukannya terpukau atau kagum, aku malah memikirkan berapa mahal barang itu jika kujual. Aku jelas tidak akan menggunakan semua itu. Harganya juga akan dua kali lipat jika masuk ke pasar gelap.

"Terima kasih ayah, anda sangat bermurah hati." Aku yakin dia sempat syok mengetahui aku putus beberapa waktu lalu.

Kali ini dia tersenyum ramah dengan mata berseri-seri sambil terus mengucapakan kalimat pujian padaku. Padahal dulu dia selalu menatap Real dengan dingin, sinis, dan selalu menghindar juga menjauhi Real. Dia hanya melihat Real sebagai alat agar tidak merugi menghidupi satu anak perempuan.

"Tidak hanya itu, aku sudah menyiapkan pelayan untukmu di sana."

Beberapa orang maju ke depan, mereka tersenyum selembut mungkin, memasang topeng tebal dihadapku. Aku tidak terlalu bodoh untuk mengetahui bahwa itu semua adalah orang-orang Count yang di suruh untuk mengawasiku. Aku sudah muak dengan mata-mata count di Mansion ini.

"Sepertinya tidak perlu ayah, saya sudah membawa 3 pelayan." Aku melirik Dhara. Dan secara kebetulan Bea juga Anais baru keluar membawakan koperku.

Dahinya melipat, dia tidak suka dengan keputusannku. "Wajar kau membawa pelayan pribadimu, namun seorang gadis pincang dan anak kecil, kau ingin bercanda?" walaupun sambil tersenyum, namun ada tekanan dalam kalimat itu.

"Sebenarnya aku juga ingin membawa banyak pelayan, tapi Silas ... ah maksudku putra mahkota tidak mengizinkannya. Dia merasa was-was dengan orang baru yang masuk istana." Aku memasang ekpresi sedih untuk mengelabuhi Count. "Dhara sudah biasa bersamaku, begitupun Bea dan adiknya. Kebetulan mereka sudah bertemu dengan Putra mahkota, dan hanya mereka yang diiznkan."

Count nampak ragu, dia menatap tajam Bea yang berdiri sambil ketakutan. "Apa itu benar?"

Bea terlihat takut dan sempat melirikku, aku tersenyum tipis dan pasti dia paham maksudku. "Iy-iya tuan," jawabnya.

Aku melirik Dhara, sekarang dia mulai paham mengapa aku merekrut Bea. Aku mengeluarkan surat dari dalam saku. "Kami sempat berkirim surat kemrain, di sana jelas mengatakan siapa yang boleh kubawa. Dan dia bilang sudah menyiapkan lebih banyak pelayan handal dan berpengalaman di istana untukku." Count mengambali surat yang ku berikan. "Dia juga mengatakan sudah membuatkanku 2 kamar gaun yang telah diisi penuh. Juga hadiah untuk ayah akam segera datang."

Count menahan emosinya, dia tidak boleh mengeluarkan amarah apalagi saat seperti ini. Yang dia hadapi bukan lagi Grand Duke yang menjalin hubungan karena sebatas perjanjian. Namun putra mahkota yang benar-benar terpikat dengan Putrinya.

"Baiklah, yang mulia sepertinya sangat menyayangimu. Mari kita makan bersama sebelum kau bersiap untuk ke istana," ajaknya dengan suara yang dibuat-buat lembut.

"Baik ayah." Tersenyum Palsu dihadapan orang seperti itu sangat menyusahkan. Namun kupastikan kita tidak akan seperti ini lagi untuk selanjutnya.

###

Bisnisku sudah selesai, hanya tinggal milik Ria Parisa. Satu per satu orang yang bekerja di bengkel, pergi pulang. Aku memberi mereka pesangon yang sangat besar, hingga mereka akan mampu membeli makanan lezat hingga selesai musim dingin.

Dan untuk beberapa orang yang tidak punya tujuan maka mereka akan berpaling menjadi pelaut, pekerjaan yang akhir-akhir ini banyak disukai oleh para pria. Gajinya cukup besar, sebanding dengan bahaya yang mengancam mereka di lautan. Biasanya mereka mengangkut barang dari satu tempat ke tempat lain untuk barang dagangan bangsawan. Bekerja sebagai pelaut akan membuat orang itu tidak akan kembali ke kampung halamannya untuk beberapa tahun lamanya.

Bagi Sam, ini pekerja yang tepat untuknya. Dan lagi memang sejak lama Sam ingin berpergian ke tempat baru dan merasakan kebebasan. Dia tidak punya keluarga, dan Layla juga sudah meninggalkannya. Berada di tempat yang penuh dengan kenangan indah namun berujung pahit sangat menyiksanya. Berpergian di atas kapal besar mungkin bisa mengobati luka di hatinya. Setidaknya sampai kapal ini berlabuh di tempat ini lagi.

"Terima kasih nona Muda, Lady sudah banyak membantu saya," ujarnya sambil membungkuk padaku.

"Tidak masalah, Tuan juga sudah banyak membantu saya."

Walau tahu mantan istrinya yang menyebabkan pertuangan Real dan Ryan hancur, dan karena itu juga dia sekarang bercerai dengan Layla, tapi dihadapku Sam bertingkah seperti tidak sedang terjadi apa-apa. Dia bersikap biasa, hanya saja tanpa menyebut dan membanggakan istrinya lagi.

"Terima kasij juga sudah membuat saya bisa berlayar bersama kapal ini," lanjutannya.

"Hanya kebetulan aku punya kenalan pemilik kapal."

Kapal ini milik Silas, dia yang membiayai agar para pelaut bisa berlayar. Ini juga hal kecil yang bisa dilakukan Silas agar ekonomi kerajaan Cinder tidak terlalu buruk dan penuh dengan pengangguran. Beberapa bangsawan dan juga terkadang penjelajah menyewa kapal dan anak buah kapal untuk membantu mereka. Kali ini kapal akan menuju utara, tempat yang sangat jauh dari kerajaan Cinder.

"Bolehkah aku meminta sesuatu?"

"Iya lady, katakan saja. Saya akan melakukan sebisanya." Dia menjawab sangat tegas, berbeda dengan saat pertama kali bertemu, saat dia ragu untuk memenuhi permintaanku.

"Bisakah kau mengirim surat padaku? Untuk menceritakan tempat indah dan damai yang kau temui di perjalanan nanti?"

Aku juga ingin segera bebas, berlarian di padang rumput tanpa harus mengenakan gaun, berenang di laut biru, atau mungkin berlayar dan menemukan tempat-tempat indah di dunia ini yang tidak pernah kubayangkan. Dunia yang fantastis ini pasti sangat indah dibandingkan dengan yang tergambar pada novel singkat. Aku ingin bisa melihatnya juga.

"Saya akan mengirimkan gambarnya juga, kebetulan saya pelukis yang baik." Suara jangkar naik terdengar, juga sorak-sorai yang mengatakan kapal akan segera berangkat. "Sekali lagi terima kasih lady, dan sampai jumpa," ujarnya terakhir sebelum berlari sambil terus melambaikan tangan padaku. Dia tersenyum lebar padahal beberapa hari lalu terpuruk bersama alkohol karena hatinya terluka. Aku berdoa dia akan selalu tersenyum seperti ini hingga aku juga bisa merasakan sebuah kebebasan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro