👑21👑

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Pesta topeng yang akan dirayakan pada akhir musim panas mendapat agenda baru. Undangan resmi disebar ke seluruh kerajaan, bahkan di daerah luar. Memberitahu bahwa pesta topeng nanti juga akan bersamaan dengan pertuangan Putra Mahkota Silas Apolyus dan Real Deana putri count Loren Deana. Beberapa orang terkejut, apalagi Real yang belum lama putus dari Grand Duke Ryan Lote. Lady Deana akan pindah ke istana dalam waktu dekat, lalu bisnis miliknya akan resmi ditutup karena dia akan memfokuskan diri sebagai tunangan Putra Mahkota.

Ryan menghela nafas berat melihat surat undangan resmi yang dibawakan Heter padanya. Padahal baru 1 hari yang lalu pelayan Real datang untuk memintanya menulis surat resmi pada count bahwa hubungan kedua keluarga ini benar-benar selesai. Tapi sebelum Ryan menulis satu kata untuk surat itu, Surat undangan ini datang. Dengan begitu dia tidak perlu menulisnya, karena semua sudah jelas.

"Yang Mulia seseorang sedang menunggu anda," ujar Hester yang baru masuk menemui Ryan di ruang kerja.

Ryan meletakan undangan itu ke dalam lacinya, ia berdiri dan menuju ruang penerima tamu yang ada tepat di samping ruangannya. Dari kejauhan dia melihat seorang Lady berambut merah jambu duduk di atas sofa menatapnya sambil tersenyum simpul. Dengan wajah dinginnya Ryan maju, lalu duduk atas sofa depan lady.

"Anda nampak buruk yang mulia," ujar Lady itu dengan suara lembut.

"Apa kau membawa yang kuminta lady Carina?"

Carina Cane tersenyum, dia menaruh sebuah kotak ke atas meja. Sebelum menyerahkannya pada Ryan, dia membukanya, dan memperlihatkan beberapa ramuan yang dimasukkan ke dalam botol kaca kecil berjejer di sana, berjumlah 10.

"Untuk menghilangkan pengaruhnya, minum satu setiap malam. Namun perlu waktu yang cukup lama," ujar Carina.

"Tidak masalah, asal semua kembali."

Carina memberi senyuman kecil ketika Ryan memegang satu botol. "Hadiah apa yang akan anda berikan untuk mantan tunangan anda?" Ryan mencengkam kuat botol itu.

"Jangan membuatku membuat suasana hatiku semakin buruk Lady jika anda ingin pulang tanpa bekas luka."

"Baiklah, yang mulia Duke terkadang memang menakutkan." Carina memalingkan sudut mata. "Saya dengar anda mencari siapa Parisa."

"Lady juga sedang mencarinya bukan?"

"Yang mulia, tidak ada seorangpun pembisnis yang tidak mencari Parisa. Tapi yang saya tapi anda sudah tidak lagi berbisnis belakangan ini. Atau saya yang kurang informasi?"

"Sumber informasi lady yang harus diganti. Memang tidak ada bisnis besar, apalagi semua jalur sudah dikuasi Marquess Cane dan Pasar gelap. Lady harus tahu, bahwa Duchy Lote bukan jalur yang bisa dikuasai semudah itu."

Mendengarnya Carina hanya tersenyum simpul, sejauh ini titik yang tidak bisa Marquess Cane kuasi hanya pasar gelap dan Duchy Lote. Kehadiran Parisa jelas mengganggunya, semakin hari aset miliknya makin luas. Dan tentu saja menganggu jalur perdagangan dirinya.

"Ini tebakan saya, tapi saya rasa Parisa memiliki hubungan dengan penguasa pasar gelap. Entah mereka orang yang sama, atau sekutu," ceplos Carina. Ryan melirik padanya. "Hanya tebakan saja." Carina tetkekeh.

Ryan mendengus. "Selama ini lady dan lady Deana di curigai sebagai parisa. Tapi cara anda bicara seperti jelas Lady bukan Parisa."

"Saya sempat berfikir Lady Deana adalah Parisa. Namun dia hanya lady biasa yang iseng berbisnis. Sekarang bisnisnya selesai, dan dia mengincar kursi yang lebih tinggi dari seorang Duchess." Sorot mata Ryan langsung menatap tajam dirinya. Carina tersenyum simpul seperti tidak mengatakan hal yang membuat Ryan terganggu. "Ngomong-ngomong saya ke sini untuk berbisnis untuk anda," Carina mengalihkan pembicaraan.

"Berbisnis dengan Cane merupakan keuntungan besar, dan juga kerugian besar. Mana yang akan lady tawarankan?"

"Tentu saja keuntungan besar. Kemungkinan dengan ini kita bisa memancing Parisa keluar, juga pemilik pasar gelap."

Ryan langsung melongok, dia lalu menyengir. "Sepertinya menarik, apa ada syarat pembuka?"

"Hmm entahlah, ada ... tapi sepertinya tapi posisinya sudah diisi." Ryan tidak menjawab, dan menunggu Carina mengatakan langsung maksudnya. "Saya ingin menjadi patner anda di pesta dansa nanti," ujarnya sambil tersenyum simpul.

###

Suasana kedai yang sepi, hanya ada dua orang yang saling berhadapan, namun dengan suasana tegang. Penjaga toko itu pura-pura tidak memperhatikannya, dan sibuk mengelap gelas dengan kain. Walau sesekali dia melirik ke arah keduanya, menyimak apa yang sedang terjadi.

"Aku sudah tahu semuanya, hubunganmu dengan Yang Mulia Grand Duke Ryan. Itu sebabnya, mari kita bercerai Layla," ujar Sam. Butuh nyali besar untuknya mengatakan ini. Dadanya terasa sakit dan sesak, bawah mata yang bengkak dan merah masih nampak jelas. "Semua orang sudah tahu, dan bodohnya aku yang tidak tahu sama sekali."

Layla menunduk, menutupi sebagian wajahnya dengan rambut hitam berkilaunya, sehingga wajah penyesalannya tidak terlalu nampak. "Maaf Sam, semua berjalan begitu saja. Aku tidak menyangka sampai sejauh ini." Layla menutupi wajahnya dengan tangan, suara isal terdengar darinya.

Tidak ada kata menyesal, hanya pengakuan bahwa semua itu benar. Bahkan Layla seperti tidak menolak tentang perceraian yang diajukan Sam. Sekali lagi dia dibuat kecewa oleh wanita yang sampai sekarang masih dicintainya. Bayangan kata-kata Dhara benar, dirinya tidak akan pernah sebanding dengan seorang Grand Duke.

Air mata menetes dari mata lelah pria itu. "Kurasa benar, aku hanya pria payah yang tidak bisa memberikan apapaun selain cinta. Tidak sebanding dengannya yang memiliki segalanya," ujar Sam dengan suara terbata-bata. Layla hanya membisu yang semakin membuat hati Sam remuk. Dia menyodorkan surat dan pena ke atas meja, saat itu tangannya gemetar. "Kau hanya perlu menandatanganinya dan Kita secara resmi bercerai.

Layla membuka wajahnya, dia menggeser kertas dan pena itu kedekatan. Tangannya yang lentik memegang pena tanpa ragu. Namun sebelum ia mulai menulis, Layla mengangkat kepala dan tersenyum sambil meneteskan air mata ke Sam. "Maaf Sam, aku tidak bisa memenuhi janji kita saat ikrar pernikahan. Terima kasih kau selama ini sudah berusaha. membuatku bahagia. Walau kita berpisah, aku akan selalu mendoakan kebahagiaanmu."

Sam langsung memalingkan kepala, dia terus seperti itu sambil mendengar suara pena yang digoreskan ke atas kertas. Air mata tidak bisa reda menetes dari matanya. Berapa kali dia berusaha tegar, namun justru sakitnya yang semakin menyiksa. Bahkan ketika suara pena jatuh, Sam tidak lagi menghadap ke Layla.

"Selamat tinggal Sam," ujar Layla, kata-kata terakhirnya sebelum berdiri, dan berlari keluar kedai.

Baru saat itu Sam kembali menoleh ke arah Layla. Dia sempat mengulurkan tangan, sedikit berdiri, dan ingin mengejar Layla. Namun tanda tangan yang baru saja tercoret pada kertas mengentikannya. Saat ini dia bukan siapa-siapa selain masa lalu Layla. Dia tidak punya hak lagi untuk mengejar dan memeluk wanita itu seperti dulu.

Pemilik kedai datang, dia memberikan secangkir besar bir dan juga kacang yang sudah dikupas. "Pria jantan tidak menangis di siang hari," ujar Xi pada Sam. "Ini pelayanan spesial dariku."

Sam terdiam sejenak sambil menatap gelas dengan busa yang meluap di atasnya. Walau sempat ragu, Sam akhirnya meminum seteguk bir, dan langsung menjatuhkan kepalanya ke atas meja, di samping lembar kertas surat perceraiannya.

Xi kembali lagi ke tempatnya, dia memasang wajah kasian, namun bisa apa. "Sungguh pria yang malang, tapi setidaknya dia tidak bodoh. Iyakan Ria?" tanyanya padaku yang sedari tadi duduk di sampingnya. Tempat yang tidak akan terlihat oleh orang lain, keculi tempat Xi berdiri saat ini.

"Kau benar," jawabku.

Dibandingkan berakhir menyedihkan dengan kematian yang malang dan juga bodoh, hal seperti ini bukan masalah. Jika mengikuti alur, dia malah akan lebih tersakiti, dan akan menjadi cerita yang panjang. Benar kata Xi, setidaknya dia tidak sebodoh seperti alur dalam novel. Dengan begitu tidak ada pemberontak yang terjadi, Sam tidak akan mati hanya karena Layla. Mungkin butuh waktu hingga Sam bisa kembali seperti dulu, atau mungkin akan ada perubahan pada Sam.

Dengan begini alurku pada Sam selesai, aku tidak akan menganggunya lagi. Dia bisa pergi dan melakukan apapun yang ia mau juga suka. Walau menyakitkan, namun ini awal kebebasan bagi Sam. Lalu, kapan kebebasan untukku datang? Entah kenapa perubahan alur yang kubuat, justru membuaku merasa semakin khawatir akan sesuatu yang lebih buruk di masa depan. Semoga ini hanya perasanku saja.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro