💎60 The Final Chapter 💎

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Jika aku bertanya kalian, apa yang akan kalian lakukan ketika terjebak dalam novel. Tetap mengikuti alur cerita yang ada dan tidak merusaknya? Atau menjalani hidup seperti apa yang kalian lakukan tanpa terpaku pada novel? Apapun yang kalian pilih, semua tidak akan sesuai dengan yang kalian inginkan. Bahkan seorang penulis sekalipun bisa menulis hal berbeda dengan yang ia bayangkan di awal.

"Ria, apa yang kau tulis?" Tanya Rina padaku.

Aku tersenyum padanya. "Cerita baru," jawabku dengan bersemangat.

Dia mendekatkan mejaku, memperhatikanku yang sedang mengetik di keyboard komputer. "Kuharap ceritamu kali ini sama populernya dengan Love Rose," ujarnya.

"Itu harus, sebenarnya aku bosan menulis tema fantasi atau kerajaan. Aku ingin mencoba hal baru."

"Percintaan remaja? Tapi kau sangat buruk saat berpacaran. Kau bahkan tidak bisa bertahan dengan 1 pria lebih dari setahun," ejek Rina.

"Iihh ... Aku hanya belum menemukan yang cocok," aku mendorong Rina dengan pundakku. "Aku ingin pria seperti Silas. Apakah di dunia ini ada orang seperti dia," aku menutup mata dan membayangkan jika itu nyata.

"Berkencan dengan pria yang mirip denganku, itu menyeramkan," Rina tertawa keras dan mengejekku dengan ekspresinya. Aku merengut kesal. "Sudahlah, kau tidak kuliah? Nanti telat, tinggalkan komputermu dan ayo berangkat."

Aku menghela nafas dan menggelengkan kepala. Aku mengambil totebag yang hanya bersisi buku kecil dan bulpen. Rina berjalan lebih dulu ke depan, sedangkan aku harus ke belakang untuk mengambil sepatu. Hari ini matahari sangat terik, aku rasanya malas untuk keluar dan berangkat kuliah. Tapi Rina pasti akan mengomel jika aku membolos lagi.

'Real, aku mencintaimu,' suara itu mendengung di kepalaku. Rasanya aneh mendengarnya, sepertinya aku memang terlalu banyak menulis cerita.

"Ria, ayo berangkat!" Teriak Rina dari luar.

"Baiklah!" Aku memakai sepatu, dan berlari keluar rumah. Mari kita fikirinkan tentang lantai kotor setelah pulang kampus. "Aku tadi lihat baju bagus di toko online, sepertinya aku akan membelinya. Akan bagus jika kukenakan saat event besok."

"Lebih baik kau simpan uangmu untuk hal lain, sebentar lagi kita akan praktikum, kau tidak melupakannya kan?"

Aku termenung. "Praktikum? Entahlah aku tidak ingat." Rina tiba-tiba berhenti, aku pun ikut berhenti. "Ada apa Rina, bukannya kita nanti akan telat?"

Rina tersenyum padaku. "Kau memang suka melupakan sesuatu yang penting ya? Pantas saja kau tidak sadar."

Perkataan itu membingungkanku. "Apa maksudmu? Jangan membuat ku bingung."

Dia menghela nafas. "Suasana di sini sangat damai, kita berangkat ke kampus yang sama dengan riang. Tidak ada pertengkaran, atau saling mendiamkan satu sama lain. Seperti memang tidak ada permusuhan dari dulu."

Aku tertawa. "Maksudmu dulu, saat kita SMA? Itu masa lalu Rina, kita terlalu muda saat itu. Sekarang semua sudah lewat, dan tidak ada apa-apa diantara kita." Aku memegang tangan Rina. "Jadi ayo kita berangkat."

Rina tetap diam, matanya mulai berlinang air mata, tapi senyumnya tetap merkah. "Aku tadi menatap diri sendiri ke cermin. Ternyata aku punya penampilan lebih cantik daripada saat SMA. Andai aku tidak bertingkah bodoh karena hal sepele, pasti semua ini benar-benar nyata."

"Kau ini kenapa? Apa semua baik-baik saja? Ini benar nyata, kau tidak terlalu banyak membaca novel kan?"

Rina memegang perutku, dia tidak menekannya, tapi terasa sakit saat ia menyentuhnya. "Maaf aku meninggalkanmu lebih dulu, aku tidak tahu betapa sulitnya hidupmu setelah itu. Dan maaf telah menusukmu, kau benar aku memang naif dan sangat egois. Mungkin tidak dikehidupan ini atau sebelumnya, tapi aku harap kita dilahirkan kembali dan menjadi saudara Yang lebih baik seperti sekarang," ujarnya.

Dia memelukku dengan erat sambil menangis kencang. Aku masih tidak paham dan diam, namun anehnya air mataku berlinang. Dadaku terasa sesak, dan aku merasa sangat sedih akan sesuatu. Aku memejamkan mata dan membalas pelukan Rina. Sekitaran deretan ingatan yang kulupakan kembali muncul.

Aku mengingat Rina yang meninggal saat kami SMA, hidupku yang sangat kacau dan hancur setelah. Aku yang merasa hampa setiap hari. Diriku yang duduk di pinggir jembatan,lalu melompat ke dalam dinginnya air. Dan setelahnya hidupku berubah. Aku menjadi orang lain, tapi aku merasa sedikit kehangatan. Seorang pelayan yang selalu menemaniku agar tidak kesepian, orang-orang yang datang dan membuat hidupku tidak lagi hampa, hal-hal yang kulakukan dan sangat berarti bagi orang lain, lalu seseorang yang melihatku dengan cinta. Kehidupan yang hanya bisa ku khayalkan kini terwujud. Aku tidak lagi merasa hampa apalagi kesepian, hidupku sangat menarik dan menyenangkan. Walaupun semua itu tidak berkahir menyenangkan karena dendam yang masih terpendam.

Mataku terbuka, dan aku melihat Silas yang memeluk sebuah tubuh berlinang darah. Dia menangis tersedu-sedu sambil terus meneriakkan sebuah nama. Air matanya bersatu dengan darah yang menggenang. Beberapa pengawal masuk, dan mereka memindahkan tubuh yang sudah kaku bersebelahan dengan tubuh yang di peluk Silas. Silas benar-benar tidak membiarkan seseorang menyentuh tubuh bergaun hitam dengan rambut perak itu. Dia memilih menggendong tubuh itu walau tahu pakaiannya yang mewah akan kotor karena darah. Nampak jelas raut kesedihan dari wajahnya. Dia berusaha berjalan, walau kakinya lemas dan hampir jatuh.

Aku mengulurkan tangan ke depan, memeluknya dari belakang ketika ia berdiri tegap di pintu masuk. Semua cerita ku di sini terasah menyenangkan karena keberadaannya. Aku senang bertemu dengan Silas, dan aku senang Silas menemukanku. Aku ingin bersama dengannya, tapi bukan dengan situasi seperti ini. Aku ingin menjadi diriku sendiri, dan bukan menjadi orang lain.

"Real, aku sangat mencintaimu. Aku sangat mencintaimu," ujarnya dengan isakan tangis.

###

Kabar duka kembali terdengar, kali ini putri kesayangan Marquez Cane, Carina Cane, dan tunangan Putra mahkota, Real Deana ditemukan tewas. Publik tidak dibiarkan tahu apa alasannya, bahkan orang-orang juga masih bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Semua rahasia itu hanya Carina dan Real saja yang tahu. Kali ini semua rakyat akhirnya bisa melihat wajah berduka Silas. Dan kali ini semua orang yakin bahwa Silas sangat-sangat mencintai Lady Real Deana. Kisah cinta mereka kini menjadi dongeng indah tentang cinta sejati.

Bangsawan benar-benar dieksekusi tepat saat matahari di atas, lebih tepatnya saat tengah hari. Ada puluhan bangsawan yang kebanyakan terjerat kasus korupsi, perdagangan manusia, dan melanggar hak asasi manusia. Silas seperti tidak peduli dia kehilangan banyak orang, dan memikul banyak dendam setelah ini. Rakyat merasa senang, akhirnya mimpi buruk mereka sudah berakhir. Mereka merasa tenang kini kerajaan Cinder berada di tangan yang tepat.

Setelah banyak bangsawan yang ia eksekusi, Silas mengadakan pesta penobatannya. Dan kali ini semua orang tidak keberadaan apabila kursi Ratu dalam keadaan kosong. Grand Duke Ryan ditunjuk sebagai penasehat Raja, menggantikan posisi Marquez Cane yang sudah dieksekusi. Dengan kematian Carina, kepemimpinan keluarga Cane akhirinya pindah ke tangan anak laki-laki tertua Marquez Cane, Adam Cane, orang yang hampir dikira mati semua orang. Hal yang pertama dilakukan Silas sebagai Raja adalah memulihkan pelabuhan terutama yang terimbas kebakaran, mengambil alih semua pertambangan yang sebelumnya digunakan semena-mena, dan tentunya memperbaiki distrik Parisa.

Silas juga menandatangani perjanjian damai dengan Cleopat, dibukanya Cleopat berarti membiarkan bidang sihir berkembang di kerajaan Cinder. Akhirnya akademik sihir pertama di kerajaan Cinder resmi dibuka. Walaupun sihir sudah legal, tapi kerajaan tetap mengawasi sihir agar tidak diluar kendali. Seorang jenderal baru ditunjuk, orang asing yang tidak bermarga dan dipanggil Kwan. Berkatnya semua pemberontak di kerajaan pasca Silas naik tahta terbasmi. Xi tersenyum sambil menatap bar nya yang semakin sepi, tapi dia senang mendengar kabar bahwa adiknya menjadi seorang jenderal. Mereka dulu Hanya budak, tapi sekarang baik dan adiknya memiliki hidup yang lebih layak.

"Haruskah aku menutup bar dan mencari kesenangan baru," gumam Xi.

Monarki yang baru juga memberi kesempatan untuk anak setengah bangsawan memulai kehidupan baru. Mereka yang sebelumnya tidak di terima dikedua kalangan akhirnya membuat komunitas sendiri, dan menyebutnya kasta penengah. Distrik Parisa yang di bangun kembali oleh Raja Silas diserahkan kepada kasta penengah ini, dengan Dhara Parisa yang menjadi pemiliknya, menggantikan Ria Parisa yang tiba-tiba hilang.

Banyak orang lain yang juga menjalani kehidupan mereka dengan lebih baik. Walaupun semua tidak akan semulus yang dibayangkan. Banyak kebijakan Raja Silas yang meningkatkan kesejahteraan rakyat. Semua rumor buruk tentang Silas hilang ketika saat ini dia naik tahta. Semua orang merasa bahagia dengan kehidupan dan kesempatan baru yang diberikan olehnya. Tapi mereka juga khawatir dengan kondisi Silas yang selalu nampak sedih, dan belum juga menemukan pengganti untuk mengisi hatinya.






















The Final Chapter
Next to Epilog

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro