Bab 10

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Malam itu sama seperti malam terakhir sebelum Shaquille benar-benar lenyap. Salju turun menyelimuti bumi dengan warna putih di setiap sudut, angina berhembus dinging menusuk hingga ke tulang. Di saat yang lain sibuk beristirahat atau menghangatkan diri di rumah Bersama keluarganya yang dilakukan Shirenia dan Xander adalah bercinta di dalam gua di puncak gunung, saling menghangatkan dengan cara yang berbeda.

Dua hari yang lalu, Xander memang sempat terkejut mendengar ajakan tiba-tiba dari Shirenia. Dia pikir sepertinya ada yang salah dengan Shirenia sampai ia harus memastikan berulang kali.

"Kenapa tiba-tiba?" tanya Xander.

Shirenia terdiam, seolah tengah menimang, haruskah ia jujur dan mengatakan yang sebenarnya pada Xander mengenai perasaan yang tiba-tiba muncul tanpa diminta. Tapi bagaimana jika pria yang dicintai justru tak merasakan hal serupa? ia pernah dengar pepatah mengatakan bahwa cinta tak harus memiliki, benarkah dengan begitu dia akan bahagia?

"Xander, jangan tanyakan alasannya ku mohon." Shirenia berbisik pelan, namun itu cukup terdengar oleh Xander.

"Tidak Shirenia, Aku tidak mau melakukannya sebelum mengetahui alasanmu tiba-tiba berkata seperti tadi," kukuh Xander.

Shirenia menatap ke segala arah kecuali pada Xander. jantunganya sudah berdetak di luar batas normal. "A-aku se-sebenarnya aku menyukaimu Xander." Shirenia menggeleng. "Tidak, aku mencintaimu, aku tidak suka saat kau melihatku sebagai orang lain. Meskipun kau bilang aku adalah reinkarnasi istrimu, tapi aku tetap merasa cemburu mendengarnya. Jadi, bisakah kau melihatku sebagai aku?" tanya Shirenia dengan nada putus asa. Air matanya perlahan menetes membuat anak sungai di pipinya.

Xander yang melihat hal itu merasa sakit, ada bagian dari dirinya yang tidak suka melihat Shirenia menangis, bukan sebagai reinkarnasi istrinya melainkan sebagai seseorang yang sangat berarti baginya. "Maafkan aku, aku tidak tau kalua kau terluka karena aku terus mengungkit tentang Shire. Sekarang aku sadar kalian adalah orang yang berbeda meskipun memiliki keterikatan satu sama lain. Aku tanpa sadar terus mengungkitnya padahal yang aku cintai saat ini adalah kau, Shirenia, ku mohon ampuni aku."

"Benarkah itu? Apa kau tidak terpaksa mencintaiku sebagai Shirenia/" tanya Shirenia memastikan lagi. Matanya menatap Xander dalam. Xander mengangguk. " Aku mencintaimu, Shirenia."

"Kau tau? Terkadang aku juga cemburu saat kau melihatku sebagai sosok masa lalumu."

"Sungguh?"

Xander mengangguk-angguk mengiyakan. "Mulai sekarang berjanjilah kita akan melupakan sosok masa lalu kita dan mulai membuka lembaran yang baru, kau bukan reinkarnasi istriku dan aku juga bukan fantasimu lagi. Maukah kau berjanji?"

shirenia mengangguk. "Aku janji."

***

Xander terbangun tanpa busana keesokan harinya, dia menoleh pada Shirenia yang masih memejamkan matanya. Tangan Xander terangkat menyentuh pipi gadis itu yang begitu halus di tangannya. "Entahlah, aku tidak lagi menyesali peristiwa yang membuatku disegel. Karena dengan begitu, aku bias bertemu denganmu." Xander bermonolog seraya menatap dalam wajah cantic itu.

"Shirenia, bangunlah." Xander mengguncang tubuh itu sedikit. Namun tak ada reaksi apapun. Hal itu dia lakukan berkali-kali tapi mata itu seolah enggan terbuka.

"Shirenia, Sayang bangunlah! Ada apa denganmu?"

Xande mulai panik, raut ketakutan terlihat jelas di wajahnya. "Shirenia, bangunlah jangan membuatku takut," lirih Xander. Tapi nihil, Shirenia tak bergerak sedikit pun.

saat tengah panik dengan kondisi Shirenia Xander berpikir untuk menggunakan kekuatannya agar Shirenia sadar. Ya, kekuatan itu telah kembali. Shirenia memang cinta sejatinya.

Xander menutup matanya, mencoba untuk berkonsentrasi mengembalikan Shirenia. Namun belum sempat menyelesaikan penyembuhan sesuatu yang berbulu keluar dari portal yang entah sejak kapan telah terbuka.

"Salam yang Mulia," hormat makhluk kecil itu. Kakinya berjalan dengan terpincang hingga membuat Xander khawatir. "Apa yang terjadi padamu, Momo?" Makhluk berbulu putih itu adalah peliharaan Xander di Archerry land.

'Aku baik-baik saja yang Mulia, hanya saja kerajaan benar-benar dalam kekacauan seorang penyihir jahat menyerang dan mencoba menguasai kerajaan. Dia membuat para rubah tidak berdaya dengan sihirnya, kau harus segera kembali yang Mulia. Archerry land membutuhkan Anda."

Xander membulatkan matanya terkejut dengan informasi itu. Dia menatap Shirnia dengan perasaan yang campur aduk, Keputusan apa yang harus dia buat Sekarang? Tidak mungkin dia membawa Shirenia ke dunianya yang saat ini sedang kacau, itu sama saja dia membuat Shirenia dalam keadaan tidak aman. Tapi di sisi lain Xander pun belum siap jika harus kembali berpisah dengan cinta sejatinya.

"Shirenia, apa yang harus aku lakukan?"

"Yang Mulia, waktu kita tidak banyak," ujar Momo mengingatkan, mau tidak mau Xander harus segera memutuskan tindakan yang akan dia ambil Sekarang.

"Aku tau Momo, tunggu sebentar. Ada yang ingin aku lakukan sebelum pergi dari sini." Ya, pada akhirnya Xander tidak bias egois. Dia sadar posisinya sebagai raja, maka raja tidak boleh bertindak egois, apalagi sampai mengorbankan rkyat hanya demi kepentingan pribadinya. Meskipun hatinya juga berat harus meninggalkan Shirenia yang mungkin sebentar lagi akan mengandung anak pertamanya, tapi tanggung jawab sebagai raja jauh lebih berat. Mungkin ini memang bukan waktu yang tepat bagi dia dan Shirenia hidup bahagia bersama. Rasanya seperti deja vu, Xander seperti mengalami perasaan yang sama seperti sebelum dia disegel dulu. Kembali dipisahkan dengan pasangan hidupnya, hanya saja kali ini rasanya jauh lebih menyesakkan.

waktunya bersama dengan Shirenia bahkan belum mencapai dua tahun, dibandingkan kehidupannya dulu dengan Shire. Rasanya baru kemarin mereka bertemu, bercanda, dan menghabiskan waktu bersama, kini kebersamaan mereka harus berakhir. Meski begitu Xander sangat berharap dia bisa kembali dengan selamat dan menemui Shirenia yang entah kapan. Semuanya bergantung pada dirinya dalam mempertahankan kerajaan dan nyawanya.

Xander menatap Shirenia seolah ini adalah terakhir kalinya dia bisa menatap wajah Shirenia. Terlihat sendu menyelimuti manik sekelam malam itu, tak lama manik itu berubah warna menjadi keemasan.

"Shirenia, jika ini terakhir kalinya kita bertemu, aku harap kau tidak pernah mengingatku atau siapapun yang memiliki wajah serupa denganku. Tapi, jika kau percaya aku mampu bertahan dan kembali maka tunggulah aku." Xander menunduk dan mengecup kening Shirenia cukup lama.

"Aku mencintaimu," uacp Xander setelah mengakhiri ciumannya. Setelah itu matanya kembali hitam seperti manusia biasa. Tak lama kemudian tubuh Shirenia menghilang menjadi serpihan cahaya.

"Ayo Momo, kita harus segera menyelamatkan kerajaan."

***

End

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro