Bab 8

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Keesokan harinya Xander sudah berada di rumah Shirenia. Dia mengajak gadis itu untuk pergi ke makam kuno hari itu juga. Shirenia yang masih tidurpun tidak menyurutkan niatnya. Beruntung ibunya sangat baik dan mengijinkan Xander masuk untuk membangunkan anaknya.

"Shirenia, bangunlah. Ayo kita pergi," bisik Xander seraya mengguncang pelan tubuh gadis itu.

"Eungh...." Terdengar lenguhan halus dari bibir tipis Shirenia. Namun, kedua matanya masih betah terpejam. Rasanya benar-benar dejavu. Shire juga sangat sulit dibangunkan, tapi hal itu malah terlihat menggemaskan.

"Shire, sayang bangunlah." Tanpa sadar Xander berucap hal serupa seperti kepada istrinya seratus tahun yang lalu.

Ajaibnya Shirenia langsung terbangun. Dia terlihat masih mengantuk tapi berusaha menahannya saat melihat siapa yang membangunkan tidurnya.

"Kau?" Shirenia berkata dengan nada kesal. Demi apapun ini masih sangat pagi, matahari bahkan belum terlihat sama sekali. Hanya Xander yang cukup gila mengunjunginya di pagi buta seperti ini.

"Selamat pagi, Cantik." Xander hanya tersenyum tanpa dosa yang semakin menambah kekesalan Shirenia. Kenapa lama kelamaan sifatnya jadi amat persis seperti Shaquille? Tapi mereka jelas berbeda kan? Benar, tidak mungkin sama meskipun keduanya mirip.

"Ada apa kemari pagi-pagi, huh?"

"Tentu saja mengajakmu jalan-jalan, Shirenia." Xander terlihat geli melihat Shirenia yang benar-benar menunjukkan wajah enggannya.

"Jalan-jalan macam apa yang kau maksud?" Meskipun sudah tahu kemana Xander akan membawanya, tapi Shirenia tetap bertanya. Setidaknya dia bisa mengulur waktu.

"Jangan pura-pura lupa, kau pasti tahu tujuan kita setelah menemui Winky kemarin. Cepatlah bersiap, bukankah kau juga butuh bukti?" ucap Xander dengan wajah seriusnya.

Kalau sudah begini, Shirenia tak mampu untuk mengulur waktu lagi. Akhirnya dengan berat hati dia pun segera bersiap untuk perjalanan yang cukup pajang dan melelahkan.

Setelah bersiap mereka pun berpamitan kepada ibunya Shirenia.

"Bu, aku pergi dulu. Jaga diri ibu baik-baik," pamit Shirenia seraya memeluk ibunya erat. Rasanya dia seperti akan berpisah lama dengan wanita yang telah melahirkannya itu.

"Iya Sayang, kau juga hati-hati di jalan. Jangan cemaskan ibu dengan berlebihan, tapi kaulah yang harus menjaga dirimu agar kau bisa pulang dengan selamat. Xander, kau juga hati-hati menyetirnya. Ibu titip Shirenia padamu." Pandangan wanita paruh baya itu beralih pada Xander seolah memberinya tanda agar menjaga Shirenia dengan baik. Xander yang mengerti pun segera mengangguk.

"Tante, aku dan Shirenia pergi dulu. Doakan agar kami bisa selamat hingga bisa pulang dengan keadaan baik-baik saja."

"Ibu akan selalu mendoakan kalian," ujar ibunya Shirenia dengan senyum bersahajanya.

Selepas berpamitan, Xander dan Shirenia pun memulai perjalanan yang tidak mudah. Tempat itu terletak di antara dua gunung dan mereka harus mendaki untuk mencapai makam kuno. Hal ini amatlah ringan apabila dilakukan di musim panas, namun sekarang masih musim dingin. Salju pasti akan cukup menyulitkan pendakian mereka.

Tiga jam lamanya Xander menyetir membelah jalanan bersalju, kini keduanya telah sampai di dua gunung yang mereka tuju. Saatnya memulai pendakian.

"Xander, aku takut hipotermia." Shirenia menatap gunung penuh salju itu dengan tatapan horor. Mendadak dia merindukan ibunya dan ingin pulang saja membayangkan betapa beratnya perjalanan yang akan mereka tempuh setelah ini.

"Tidak akan selama kita membawa perbekalan dan melakukan persiapan yang matang. Percayalah padaku, aku akan menjagamu sebisaku." Setelah merasa cukup yakin keduanya pun memulai pendakian.

Di awal Shirenia masih mampu berjalan di depan Xander. Tapi, lama-lama tenaganya semakin berkurang, dia juga kedinginan. Xander yang sadar dengan kondisi Shirenia pun memberikan syal miliknya pada gadis itu. Dua jam berlalu, Shirenia sudah tak sanggup lagi berjalan. Kini Xander yang menggendong Shirenia menuju puncak, tubuhnya yang belum mendapatkan kekuatan tentu saja semakin kelelahan tapi tekadnya yang kuat untuk datang ke makam kuno membuat Xander seperti mendapat tenaga lebih hingga mereka sampai di mulut gua yang gelap dan lembab. Di sekitarnya banyak tumbuhan merambat juga lumut yang menyelimuti badan gua.

"Shirenia, kau masih sadar?" tanya Xander dengan suara yang bergetar. Napasnya bahkan sudah beruap.

"Ya, ada apa? Apa sudah sampai?" Shirenia bertanya di balik punggung Xander dengan kepala yang menumpu pada bahu pria itu.

"Lihatlah ke depan. Inikah makam kuno yang dimaksud?" Mendengar hal itu, Shirenia pun mengangkat wajahnya demi bisa melihat apa yang Xander lihat. Matanya membulat saat melihat mulut gua yang gelap dan lembab. Dia juga melihat ada tanaman aneh di sana, daunnya berbentuk bulat dan berwarna kuning terang. Salah satu ciri dari makam kuno yang diceritakan Winky. Selain itu, ada bunga camelia yang berasal dari Archerry tumbuh di sekitar mulut gua.

"Kurasa memang ini tempatnya, Xander. Lihatlah bunga camelia itu, dan daun kuning berbentuk bulat." Xander melihat apa yang Shirenia tunjuk, kemudian mengangguk setuju.

"Apa kau siap?" tanya Xander sebelum dia membawa Shirenia masuk ke dalam gua.

"Ya, aku siap." Setelah mendapat persetujuan akhirnya Xander membawa Shirenia memasuki gua yang sangat gelap dan ternyata sangat panjang. Mereka terus berjalan mencari ujung yang seperti tidak pernah ada. Sampai akhirnya Xander berhenti di lahan gua yang cukup luas. Terlihat seperti aula dengan dinding penuh corak kerajaan. Di sini tidak seperti lorong yang mereka lewati. Tepat di atas kepala mereka ada lubang yang cukup untuk membuat cahaya dari luar masuk ke dalam gua, karena itulah mereka bisa melihat ukiran yang terdapat pada dinding gua.

"Waw, ini luar biasa. Bagaimana bisa ukiran yang begitu detail ada di dinding ini?" Shirenia mendekat dengan takjub pada salah satu dinding. Oh ya, udara di gua itu juga tidak sedingin di luar. Benar-benar nyaman dan hangat.

"Tentu saja bisa, kurasa ini adalah ukiran yang memiliki makna. Di sini juga ada gambar istanaku di Archerry Land. Shirenia menoleh dan segera menghampiri Xander berkat rasa penasarannya. Ternyata benar, ada ukiran istana yang begitu indah di sana.

"Ayo kita cari cara untuk mengembalikan kekuatan milikku, Shirenia. Waktu kita tidak banyak." Xander mengeluarkan senter yang sudah ia siapkan sebelumnya untuk menghadapi hal ini. Keduanya pun mulai sibuk mencari petunjuk hingga benar-benar lelah karena mengelilingi gua yang seperti labirin. Tak seperti dugaan Xander sebelumnya, Shirenia terlihat tidak takut sama sekali meski mereka berpencar mencarinya. Dua jam lamanya dan mereka kembali ke lahan gua yang agak lapang tadi untuk beristirahat.

"Tidak ada apapun di gua ini kecuali aula ini." Shirenia berpendapat setelah mengatur napasnya kembali normal.

"Kau benar, mungkin gua ini hanya di isi oleh makam di setiap di dinding kecuali bagian ini." Xander ikut berpendapat yang membuat Shirenia bergidik saat pria itu membawa kata makam. Tak mampu dia membayangkan bahwa semua dinding yang dia lewati adalah makam orang mati, dan sekarang mereka ada di pusat makam.

"Sampai kapan kita akan di sini? Xander, aku ingin pulang." Shirenia benar-benar kelelahan dan frustasi karena mencari sesuatu yang tidak dia ketahui bentuk dan wujudnya seperti apa. Rasanya sia-sia mereka datang kemari.

"Jangan terburu-buru, ayo cari di ukiran dinding ini. Aku yakin akan ada petunjuk, Winky tidak mungkin mengerjai kita."

"Kenapa kau begitu yakin?" tanya Shirenia.

"Karena dia salah satu penyihir yang mengabdi padaku dulu. Sekarang aku sudah mengingatnya." Xander terdiam saat melihat ukiran dirinya di dinding. Itu benar-benar mirip seperti dia saat menjadi raja di Archerry land.

"Hebat sekali, aku terjebak diantara orang-orang aneh. Apa kau sudah menemukan yang kau cari?" Shirenia mengerutkan keningnya saat tak mendengar sahutan dari Xander.

Akhirnya dia pun menoleh dan melihat Xander tampak serius menatap padanya.

"Ada apa? Kenapa kau menatapku seperti itu?"

"Shirenia, apa kau sudah yakin bahwa kau adalah reinkarnasi istriku?" tanya Xander tiba-tiba.

"Tidak, kenapa kau bertanya?"

"Kalau begitu ayo bercinta denganku. Kita akan membuktikannya, karena jika kau benae reinkarnasi istriku, maka kekuatanku akan kembali."

Shirenia mematung di tempatnya. Pikirannya kosong mendengar kalimat itu dari pria di depannya. Hingga tiba-tiba raut wajahnya berubah merah, bukan malu melainkan marah.

"Aku tidak mau. Apa kau sudah gila?!"

***

To be continue

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro