Chapter 32: Daftar kelas Ekstrakurikuler

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hari kelas Ekstrakurikuler telah dimulai.

Sebenarnya ini hanyalah kegiatan biasa, namun, memiliki satu keunikan yaitu, pemenang dari Ekstrakulikuler akan dikabulkan satu permintaannya.

Acara ini jugalah, awal dari hubungan Garry dan Salwa. Saat Salwa naik ke atas panggung hadiah, dia tiba-tiba berteriak histeris untuk menjadi pacar Garry.

Bahkan Garry pun tak akan bisa menolak permintaan itu. Sebenarnya, dialah yang mengusulkan aturan tersebut, tapi siapa sangka malah berbalik merugikannya.

Jam sudah menunjukkan pukul 07.30, seluruh siswa berkumpul di lapangan sekolah, di depan mereka, terdapat kepala sekolah yang resmi membuka acara Ekstrakulikuler. Seluruh Siswa dipersilahkan untuk mendaftarkan diri ke panitia acara, mereka berlomba-lomba untuk mendaftar, kecuali Indah.

Dia sebenarnya tak begitu tertarik dengan acara murahan seperti ini. Untuk mendapatkan apa yang ia mau, Indah hanya perlu menjentikkan jarinya.

Untuk memenangkan acara ini, itu bukan rintangan bagi Indah, bahkan untuk Dara murid yang banyak menerima beasiswa pun hanyalah seonggok manusia biasa di hadapannya.

Indah tak ingin mencolok, dia lebih suka memainkan perannya di belakang layar, sensasi yang ia rasakan lebih puas. Terlebih, mendekati Garry secara perlahan itu lebih romantis, dalam pandangan Indah.

"Indah, sini!" Clara memanggil temannya itu untuk segera antri, mendaftarkan diri ke panitia.

Ia malah menggeleng. "Lo aja deh, gue males." Ia berniat pergi, tapi Clara segera menghadang jalannya.

"Lo serius nggak mau ikut acara ini? Gue kira, lo yang bakal jadi pemenang di acara ini loh."

"Kenapa lo mikir gitu?"

Clara diam, berusaha memikirkan jawabannya. "Ya, ya karena ... lo keliatan pinternya."

"Hah?" Indah tersenyum lebar. "Maksud lo, kalo gue pinter terus ikut gituan, gue jadi pemenangnya gitu?"

Clara mengangguk.

"Tapi temen lo deh, si Dara, keknya yang bakal jadi pemenang."

"Eh? BTW, Ndah, lo tau dari mana kalo gue temenan sama Dara?"

"Oh, kalau soal itu, gue nggak sengaja ngedengar percakapan kalian waktu itu. Ah, lupain dah. Di sekolah ini, siapapun bakal tau kalo kalian itu temenan. Iya kan?"

Clara mengiyakan, Indah pergi dengan menepuk pelan pundak gadis itu. Membiarkannya berdiri tegap di antara barisan, ia menghela napas panjang. Awalnya dia kira Indah akan mengikuti kelas Ekstrakurikuler ini, ternyata sebaliknya.

Setelah menunggu cukup lama, giliran Clara yang mendaftar ke panitia. Terlihat salah satu panitia itu adalah Wali kelas barunya.

"Lo yakin mau daftar?" tanyanya datar, sambil merapihkan dokumen.

"Iy, iya."

"Di bidang apa?" Lanjutnya.

"Memasak."

"Hah?"

"Memasak," ulang Clara, karena perkataan sebelumnya cukup pelan. Kali ini dia meninggikan sedikit suaranya.

"Nggak mau ke kelas materi? Garry ngedaftar ke sana."

"Ap, apa hubungannya, Pak?"

"Nggak mau uwu-uwuan? Yakin?" Nadanya masih datar, meski kosakatanya penuh makna.

"Yakin!"

"Ya sudah. Sana gih, gue mau ngedata orang lain."

"Udah? Gitu doang, Pak? Nggak pake persyaratan?" Clara tak percaya jika akan segampang ini mendaftar kelas Ekstrakurikuler.

Karena sikap Clara yang cukup menyebalkan, dia sampai menghentikan aktivitasnya dan menatap gadis itu dalam-dalam. "I-Y-A! Udah sana gih! Ganggu gue aja lo."

"Ya, ya maaf, Pak." Clara berlalu, teman ayahnya itu memang aneh, entah dapat darimana ayahnya teman seperti itu.

Bruk!

Tanpa sengaja Clara menabrak seseorang tak jauh dari sana, dia segera meminta maaf sebanyak mungkin, tapi saat melihat ke arah wajah orang itu, dia malah terdiam.

"Kalo jalan pake mata!" omel Garry yang tak begitu senang karena ditabrak oleh Clara.

"Dimana-mana orang jalan tuh pake, Kaki!" Clara menekan kata 'Kaki', tak mau mengalah.

"Heh, pantesan jalan lo nabrak-nabrak orang kek gini, mata lo nggak dipake?!"

"Gar, udah ya, cape gue debatin hal-hal nggak penting kek gini." Keluh Clara ketus.

Dia hendak lewat, tetapi tangan Garry menghadangnya. Ia mendongak ke samping, melihat wajah lurus Garry dari Angle yang berbeda.

Garry memutar matanya, melirik Clara. "Temenin gue buat makan di kantin."

"Lagi?" protes Clara cepat. "Ya udah, boleh, tapi Larry wajib diajak."

Cowok itu memandangnya cepat, ia juga memutar tubuhnya ke arah Clara. "Apa lo bilang barusan? Larry wajib diajak? No!" Tolak Garry mentah-mentah.

"Lah, kenapa sih, Gar? Lagian, mau ada Larry ataupun nggak ada Larry ya sama aja."

"Beda lah, bego!" Garry menaikkan nada bicaranya. "Lo udah remaja tapi kek anak kecil tau nggak?!"

"Lo yang kek anak kecil, Gar, makan doang minta ditemenin."

"Lo bener-bener ya!" Garry menunjuknya namun masih ditahan. Ia menghela napas berat dan membuang muka sesaat. "Ya udah, deh, nggak papa ajak, Larry. Tapi ingat, cuma Larry doang. Oke?!"

"Nah, gitu dong!" Clara tersenyum. "Kan kalo gini, misi buat nyatuin kalian jadi gampang. Ya udah, yuk ke kantin."

Clara sontak menggenggam tangan Garry, memimpin jalan dengan riang gembira. Yang Clara pikirkan, dia sudah semakin dekat dengan keduanya, menyatukan mereka bukanlah hal yang sulit, apalagi mendekati keduanya secara bersamaan.

Namun, berbeda dengan yang Garry rasakan, saat ia melihat genggaman tangan mereka, ia langsung terkesima, jantungnya berdegup kencang tak karuan, bagaimana mungkin hal sepele seperti ini membuatnya jadi kacau begini?!

Keduanya kembali ke kelas yang masih sepi, terlihat Larry yang melihat pemandangan diluar jendela, Clara menyapanya, tetapi tak ada respons apapun dari yang bersangkutan.

"Larryyy?" panggil Clara untuk yang ke sekian kalinya. Apa cowok itu terlalu fokus pada sesuatu hingga mengabaikan panggilan darinya?

Clara menepuk pundaknya, ia pun tersadar dan menoleh ke arah gadis itu. "Ya?"

"Merhatiin apa sih, sampe bengong gitu? Gue panggil dari tadi, nggak nyaut-nyaut."

"Ah, nggak, bukan apa-apa. Kenapa, Ra?"

"Garry ngajak makan di kantin."

Baru saja Garry hendak protes, tetapi sikut Clara sudah membungkamnya duluan. Ia menyikut perut Garry hingga cowok itu menahan rasa sakit yang lumayan.

"Ehm, nggak deh, kalian aja ya."

"Loh, kenapa? Lo takut sama Garry? Dia nggak gigit, kok."

"Bukan gitu, Clara." Larry menunduk.

"Ribet banget sih, lo jadi orang?! Tinggal ikut apa susahnya?!" bentak Garry yang sudah tak tahan melihat kelakuan menjijikkan dari saudara kembarnya itu.

"Gar!" balas Clara cepat, ia menatap Garry, seolah menyuruhnya untuk tetap diam dan sabar.

"Lagian, tumben-tumbenan juga kalian ngajak gue makan, ada apa? Bertengkar lagi?" tanya Larry, inisiatif, menebak permasalahan keduanya.

"Bertengkar? Nggak ada kok, cuma makan biasa ini mah." Clara mengentengkan omongan Larry barusan.

Larry melihat ke samping, ada teman-temannya datang, segera ia beranjak dari kursinya dan bilang, "Oke deh, gue ikut kalian."

"Nah, gitu kek dari tadi!" jawab Garry ketus.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro