Chapter 48 : Godaan Theo

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

.
.
.
.
.

"Baiklah, anak-anak!" Professor Mcgonagall menepuk-nepuk tangannya meminta perhatian para murid Hogwarts.

"Aku sebagai Kepala Sekolah meminta maaf atas kejadian tidak menyenangkan ini. Aku juga mengaku bahwa kita sudah kemasukan mata-mata...yaitu, Thomas Felton!" semua murid yang berada di Ruangan itu seketika heboh setelah mengetahui bahwa si murid baru Asrama Slytherin itu ternyata adalah mata-mata.

"Sekali lagi aku minta maaf. Baiklah, karena hari sudah semakin malam...maka kalian harus segera masuk ke Asrama kalian! Kalian semua tampak lelah, jadi segeralah beristirahat! Selamat malam, semuanya!" para murid pun segera berjalan menuju Asrama masing-masing, karena mereka juga merasa sangat lelah akibat peristiwa tadi.

Kini Minerva menoleh pada Hyperion Olymposa yang masih tersenyum padanya. Beberapa murid yang berjalan di dekat Hyperion pun tidak dapat untuk tidak menatap wajah tampannya, terutama para siswi yang asyik tersenyum malu-malu menatap wajah Hyperion.

Hey, girl! Laki-laki yang kalian tatap dengan malu-malu itu usianya sudah berabad-abad! Dia bahkan lebih tua dibandingkan orangtua kalian!

Hyperion sendiri tampak tidak perduli karena menjadi pusat perhatian. Sementara Draco dan Hermione masih berdiri di dekat Hyperion.

Professor Mcgonagall pun memberi perintah pada sepasang Ketua Murid itu.

"Dan untuk kalian...bisakah kalian dan para Prefeek membersihkan tempat ini? Jangan khawatir, aku akan meliburkan kalian selama lima hari sebagai penebusan kesalahanku sebagai Kepala Sekolah yang membiarkan mata-mata memasuki Hogwarts. Jadi, kalian bisa beristirahat dan pulang ke rumah kalian." para murid yang masih ada di sekitarnya bersorak girang dan memeluk sahabat mereka. Draco dan Hermione saling menatap dan tersenyum lebar.

"Baiklah, Professor!" Minerva tersenyum, lalu Kepala Sekolah Hogwarts itu menoleh pada Hyperion.

"Mari, Tuan Hyperion. Kita menuju Kantor pribadi saya untuk membahas masalah tadi."

...................

Di Kantor Pribadi Minerva, Hyperion dan sang Professor Mcgonagall duduk di sofa dengan tenang. Di depan mereka telah tersedia cemilan dan dua teh sesuai dengan pesanan Hyperion tadi.

"Jadi, bisa jelaskan apa saja yang terjadi selama saya dibekukan?"

...................

Di Ruang Pesta, terlihat sepasang Ketua Murid dan beberapa Prefeek tengah membereskan Ruangan. Walaupun mereka membersihkan Ruangan dengan dibantu tongkat, tapi tetap saja perlu waktu karena Ruangan sangat berantakan setelah diporak-porandakan oleh Thomas Felton.

Oh, ya. Hanya sedikit Prefeek yang membantu, yaitu Neville, Theo, Daphne, Michael, dan beberapa Prefeek tahun keenam dan kelima. Sementara Ginny dan Padma sedang membantu Ernest dan para murid Hufflepuff yang dirawat di Hospital Wings bersama Poppy.

Ada yang menurunkan lampu yang menerangi Ruangan, ada yang membersihkan lantai dan ada yang menurunkan hiasan di dinding Ruangan. Mereka sama-sama sibuk! Karena mereka ingin cepat-cepat menyelesaikan pekerjaan ini, agar mereka dapat dengan cepat pergi ke Asrama dan tidur di kasur empuk mereka.

Tapi itu tidak berlaku pada Draco, sembari membersihkan lantai pesta dengan tongkatnya...dia diam-diam melirik Hermione yang sibuk menurunkan hiasan di dinding. Pemuda itu terus-menerus melakukan hal itu dan Theo yang berdiri di dekatnya tahu kalau Malfoy Junior itu tengah memperhatikan Ketua Murid Perempuan mereka.

"Lihatin aja terus sampai lantai yang kau mantrai itu pecah," celetuk Theo yang tertawa kecil melihat Draco langsung gelagapan karena ketahuan diam-diam memerhatikan Hermione. Waduh! Mau ditaruh di mana muka Draco kalau Hermione tahu kalau Draco lagi ngeliatin dia.

Draco juga melihat lantai yang ia bersihkan dengan mantra sudah bersih mengkilat. Dia akhirnya membersihkan lantai di dekatnya yang masih kotor.

"Gak mau lihat Hermione lagi, Drake?" goda Theo yang sudah berdiri di samping Draco. Tapi sebagai jawaban, Draco justru mempelototi sahabat Asramanya itu.

Theo yang mendapatkan pelototan itu hanya tertawa dan langsung merangkul bahu Draco. Ia mengarahkan tatapan mereka berdua pada Hermione yang masih sibuk membersihkan Ruangan bersama Daphne.

"Lihat! Walaupun kelelahan, tapi gebetanmu itu terlihat masih cantik, kan?" Theo kembali menggoda Draco.

Draco tidak menjawab, dia malah melepaskan tangan kanan Theo yang merangkulnya dan kembali membersihkan lantai yang kotor.

Tapi tampaknya, pemuda Nott itu tidak kapok juga menggoda sang Prince Slytherin tersebut.

"Untuk sekarang...aku sangat menganggumi Hermione, dia gadis yang cerdas, cantik dan bijaksana. Jangan lupakan keberaniannya membuat dia diakui hampir seluruh lapisan masyarakat dunia sihir. Tapi...dia dulu terlihat sangat menyebalkan karena sifat tempramentalnya itu," Draco hanya diam mendengarkan ocehan tidak berfaedah Theo itu.

"Tidak ada yang spesial dari diri Hermione selain dia adalah teman Potter dan murid Hogwarts yang sangat pintar melebihi dirimu," Theo menatap ke arah Draco yang masih fokus membersihkan lantai. Theo kini memangku tangannya pada Draco.

"Apa yang membuatmu jatuh cinta padanya?"

Pertanyaan itu cukup membuat Draco berhenti dari kegiatannya. Pertanyaan itu juga cukup mengejutkan bagi Draco.

Alasan dia mencintai Hermione dari dulu?

Entahlah.

Draco sendiri juga tidak tahu, mengapa dia dulu sangat memperhatikan gadis Granger itu?

Padahal tidak ada yang istimewa sekali, selain dia teman Potter dan siswi yang pintar...seperti ucapan Theo tadi.

Tapi mengapa seorang Hermione Jean Granger mampu membuat Draco Lucius Malfoy jatuh cinta kepadanya?!

Mengapa?!

"Aku tidak tahu." itulah jawaban Draco atas pertanyaan Theo, setelah dia berperang dengan batinnya sendiri untuk mencari jawaban itu.

"Hei kalian!" sebuah seruan membuat Draco dan Theo terkejut dan segera menoleh pada orang yang berseru pada mereka.

"Jangan bersihkan di tempat itu saja! Bersihkan juga di tempat lain!" terlihat Daphne berkacak pinggang sambil menatap mereka tajam. Di sampingnya, Hermione juga menatap mereka bingung.

Draco yang awal mulanya masa bodo dengan Daphne yang berteriak padanya, menjadi gelagapan dan segera berjalan pergi untuk membersihkan lantai yang kotor setelah melihat Hermione juga ikut menatapnya.

Malu coi pas lagi buat kesalahan, mana diteriakin pula! Eh, ternyata gebetan juga ikut natap kita.

Sementara Theo hanya terkekeh sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Ok, Daphne!" sebenarnya pemuda Nott itu juga malu karena diteriaki oleh Daphne, tapi dia harus tetap terlihat cool walaupun jatuhnya kocak.

..................

"Begitulah ceritanya." Hyperion mengakhiri ceritanya sambil menyerup teh lemon miliknya.

Minerva memijit kepalanya yang terasa berdenyut. "Jadi, mata-mata itu ternyata kekasihnya Emma Watson, satu-satunya keturunan Medeia Kirk?" Hyperion yang mengambil satu biskuit dengan wajah lucu mengangguk pada pertanyaan Minerva itu.

"Astaga! Jadi, Emma Watson dapat informasi Hogwarts dari pemuda Felton itu?" sekali lagi, Hyperion mengangguk.

"Aku tidak menyangka aku kecolongan!"

"Benar, itulah yang aku lihat dari kuali ajaib di Manor. Bukan cuman aku yang lihat, tapi juga Nyonya Hekate dan para leluhur yang lain."

Minerva kembali menatap Hyperion. "Beberapa hari yang lalu, Mione hampir mati karena seorang gadis Hufflepuff melempar mantra kematian pada Hermione. Apa pemuda itu pelakunya?" Hyperion tersedak setelah mendengar bahwa satu-satunya keturunannya itu hampir terkena mantra kematian.

"Uhuk! Apa! Mione hampir terkena mantra kematian!" serunya histeris. Minerva yang melihat itu ikutan terkejut.

"Bagaimana bisa!"

"Anda dan leluhur lainnya tidak tahu itu?"

"Tidak ada pemberitahuan di Kuali Ajaib, jadi bagaimana kami bisa tahu?!"

"Tenanglah, tuan Hyperion! Biar aku ceritakan."

Bersambung.
.
.
.
.
.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro