Chapter 2 : Diagon Alley

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

.
.
.
.
.

Hari ini, adalah hari Hermione pergi untuk berbelanja ke Diagon Alley.

Gadis itu telah membeli beberapa buku teks khusus, pena bulu ayam, perkamen dan masih banyak lagi kebutuhan yang telah ia beli.

Diagon Alley hari ini cukup renggang, karena tidak banyak anak yang pergi ke Hogwarts. Hermione sedih mengingat kembali bahwa peperangan beberapa waktu yang lalu telah memakan banyak korban terutama murid-murid Hogwart. Bahkan Hermione mengingat jasad teman-temannya yang terbaring kaku di lantai Hogwarts waktu itu. Lebih menyedihkan lagi ada beberapa anak yang belum cukup umur ikut pertempuran itu, yang Hermione ingat adalah Colin Creevey anak tahun keenam. Entah bagaimana perasaan adiknya, Dennis mengetahui bahwa saudaranya sudah terbaring kaku di tanah pemakaman Hogwarts.

Hermione menguatkan hatinya, mengingat pertempuran itu membuat air matanya hampir jatuh jika dia tidak mengusapnya dengan cepat.

Sekarang yang ia lakukan hanya harus menemui teman-temannya, Harry, Ginny, Ron. Oh di mana mereka? Hermione tidak sabar untuk memeluk teman-temannya itu.

Bruk!

Hermione yang terus teman-temannya tidak memperhatikan jalan sehingga menabrak seseorang yang berada di depannya.

"Aduh..sakit!" erangnya sembari meringis karena badannya berbenturan dengan lantai Diagon Alley. Tas yang berisi segala perlengkapan Hogwartsnya juga jatuh disampingnya.

Hermione mendongak dan memasang wajah galaknya. Bersiap untuk memaki siapa saja yang telah menabraknya hingga jatuh.

"Hei! Kau!" tunjuknya dengan wajah garang, tapi sedetik kemudian dia tercengang melihat orang yang ia tabrak.

Draco Malfoy memandang datar Hermione Granger yang terbaring di tanah, Malfoy junior itu sepertinya tidak memiliki niat untuk menolong gadis yang telah menabraknya. Dia hanya memandang datar Hermione.

Mata cokelat Hermione terpaku menatap abu-abu milik Draco. Sungguh, Hermione kaget bertemu kembali dengan Draco seusai persidangan beberapa bulan yang lalu. Dia dan Harry memberikan kesaksian untuk Narcissa dan Draco agar meringankan beban kedua Malfoy itu. Kini, di Diagon Alley dia secara tidak sengaja bertemu dengan lelaki berambut pirang itu.

Melihat bahwa lelaki berambut pirang itu tidak membantunya, Hermione berdiri sendiri sembari mengambil tasnya yang sudah diberikan mantra perluas untuk tempat seluruh peralatan Hogwartsnya.

Hermione membersikan tubuhnya dari debu dengan kaku karena risih ditatap terus menerus oleh Draco Malfoy yang masih memasang wajah datarnya.

Dilihat pakaiannya sudah bersih, Hermione kini berdiri kaku di depan orang yang telah menabraknya.

"Aku tidak apa-apa," entah kenapa Hermione mengeluarkan kalimat seperti itu. Hermione sendiri saja bingung kenapa dia reflek mengatakan itu, tapi sepertinya Malfoy memang menunggu kalimat itu keluar. Dia kemudian mengangguk sekali dan berjalan meninggalkan Hermione.

Gadis itu bingung, kenapa Draco Malfoy ada di Diagon Alley. Apa ia juga pergi ke Hogwart dan datang ke sini untuk membeli peralatan?

Berinisiatif bertanya, Hermione memanggil Draco. "Malfoy!" serunya membuat laki-laki bertubuh jakung itu menoleh sembari menaikkan satu alisnya.

"Sedang apa kau di Diagon Alley?" Hermione sebenarnya agak kikuk bertanya, karena yang dia tanyain bukanlah salah satu temannya tapi musuh masa kecilnya atau bisa disebut rivalnya.

"Bukan urusanmu Granger." jawabnya dengan nada datar, setelah itu dia berbalik meninggalkan gadis yang masih terpaku dengan jawaban yang tidak sopan itu.

"Huuhhh, dasar tidak sopan!" serunya dan langsung meninggalkan tempatnya berdiri itu.

..........

"Mione!" seru seseorang membuat gadis yang baru saja keluar dari sebuah toko buku itu menoleh. Dia mendapati seorang gadis manis berambut merah membara seperti api yang panjangnya sebahu. Gadis itu tersenyum mendapati temannya itu, langsung saja ia menerjang temannya dengan pelukan erat.

"I miss youuuu Gin!" seru Hermione kegiarangan begitu juga dengan gadis yang berada dalam pelukannya.

"I miss you tooooo Mione!" jawabnya tak kalah girang. Mereka berdua melepaskan pelukan tetapi tidak genggaman tangan mereka. Merka tertawa bersama.

"Ginny!" panggil seseorang membuat mereka berdua menoleh, beberapa meter dari mereka berdiri seorang laki-laki berambut berambut merah dan bentuknya nyaris seperti helm. Mata laki-laki itu melotot menatap Hermione.

"Hermione!" serunya nyaris teriak menatap sahabat yang merupakan cinta keduanya dan kembaran bertengkarnya.

Hermione tertawa lalu berlari menerjang laki-laki berambut merah itu dengan pelukan.

"I miss youuu Ronnn!" serunya dengan riang. Laki-laki itu tersenyum kemudian membungkukkan sedikit badannya guna meraih kedua lulut Hermione lalu memutar tubuh gadis itu.

"Hahaha! Ron, hentikan!" teriak Hermione girang. Ron terseyum melihat sahabatnya bahagia.

Ya, Ron berjanji untuk membuat sahabatnya ini bahagia. Mereka berdua pernah berciuman di kamar kebutuhan, setelah itu mereka berdua mulai kencan. Tapi ternyata sangat canggung dan mulai saat itu mereka memutuskan untuk kembali berteman dan bertengkar seperti masa kecil mereka di Hogwarts.

Ron pun berjanji pada seluruh keluarga Weasley untuk membuat Hermione bahagia, ya Hermione adalah cinta pertamanya sebelum dia benar-benar jatuh cinta pada Lavender Brown sebelum perang Hogwarts.

Lavender meninggal di Hogwarts saat pertempuran terjadi membuat Ron berjanji dalam hati akan melakukan apapun agar Hermione bahagia. Mereka berdua membuktikan bahwa persahabatan tidak harus menjadi cinta. Terbukti, mereka berdua sangat canggung setelah mengetahui perasaan masing-masing, dan ternyata itu hanya kisah remaja mereka.

Mereka tidak benar-benar jatuh cinta. Hermione mulai menyadari bahwa rasa suka pada Ron hanyalah obsesi semata karena Ron memperlakukannya kasar tidak seperti Harry. Ya itu karena Ron menganggap Hermione sebagai kembarannya, perangai Hermione kasar seperti Molly dan Ginny. Jika di lihat dari jauh rambut Hermione itu cokelat terang nyaris seperti keluarga Weasley membuat Ron merasa bahwa Hermione itu kembarannya.

"Apa kabarmu Hermione?" tanya Ron dengan kecupan singkat di pipi Hermione membuat gadis itu senang karena perlakuan Ron yang lembut persis seperti Harry.

"Kabarku baik dan bagaimana kabarmu dan keluargamu?" tanya Hermione yang sudah di turunkan oleh Ron.

"Yah, well. Semuanya sudah kembali seperti biasa, kecuali George yang harus menjalani harinya tanpa Fred." jawab Ron disertai tatapan sendu. Hermione menepuk pundak Ron.

"Hei! Kalian berdua!" sapa Ginny yang sudah berdiri di samping Hermione.

"Hahaha! Akhirnya kita kembali!" ucap Ginny riang yang dibalas tawa Ron dan Hermione.

"Oh ya, aku punya surat yang harus kau baca Mione," Ginny mengeluarkan surat dan diberikan kepada Hermione. Karena penasaran Hermione membuka surat itu.

Untuk Ginevra Molly Weasley.

Karena perbaikan Hogwarts sudah selesai. Kami membuka kembali Hogwart untuk anak-anak baru, lama dan anak tahun ketujuh yang mengulang kembali ajaran sebagai tahun kedelapan. Terlepas dari rezim kegelapan kami para professor juga turut berduka cita terhadap siswa-siswi yang menjadi korban peperangan yang lalu.

Kami mengundang anda, Ginny Molly Weasley sebagai Prefek asrama Gryffindor baru Hogwarts. Kami harap anda dapat mengembang tanggung jawab dengan baik dan dapat membuat kami bangga. Anda dapat menggunakan Gerbong Khusus Prefeek anda nantinya. Saya ucapkan selamat karena telah menjadi Ketua Prefeek perempuan Asrama Gryffindor.

Tertanda,

Kepala Sekolah Hogwarts,

Minevra Mcgonagall.

Hermione melihat Ginny dengan wajah terpaku, sedetik kemudian ia menerjang kembali gadis merah itu dengan pelukan girang.

"Hahahha! kau ketua Prefeek Ginny!" serunya bangga.

"Hahahaha! Iya, dan aku tebak kalau kau HeadGirl!" ucap Ginny yang langsung diangguki semangat Hermione.

"Hahahah iya benar!" mereka berdua berpelukan sembari teriak tanpa menperdulikan banyak tatapan mengarah padanya. Ron yang tampak kikuk karena ditatap aneh banyak orang memutuskan untuk ikut menjadi gila dengan masuk dalam pelukan kembaran bertengkarnya dan adiknya.

Mereka berpelukan, tertawa dan berputar-putar dengan banyak penyihir saling berbisik tentang "kenapa ketiga pahlawan kita menjadi gila di tengah Diagon Alley?"

Tanpa diduga, Draco Malfoy berdiri sembari menatap datar tiga orang yang tengah berpelukan itu. Atau lebih tepatnya gadis berambut cokelat bergelombang.

.
.
.
.
.

Hai hai readers.

Gimana part kali ini? Seru atau mulai membosankan.

Catatan :

Oh ya, disini Author mau kasih penjelasan. Author gak tega jadiin Ron jahat, because mereka itu udah kayak keluarga jadi Author itu ngeliat Hermione dan Ron itu suka banget bertengkar waktu di Hogwart. Author liatnya itu kayak kembaran suka bertengkar gitu, apalagi Author itu memegang teguh qoutes:

"Gak semua persahabatan bisa menjadi cinta."

Ok sampai di sini saja penjelasan Author. Jangan lupa vote dan komen ya^^

Tag :

Momor50 syarifa__ Annisa_Angelista cindychintya_ springinseoul aulzalia

Maaf ya yang kena tag.

Salam hangat dan penuh cinta ❤

Tiara Feltson.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro