Chapter 3 : King Cross

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

.
.
.
.
.

Di the Burrow, Hermione menginap sehari dan dia sudah meminta izin kepada orangtuanya. Ginny memaksanya untuk menginar agar bisa pergi bersama-sama ke King Cross.

Dan berakhir Hermione terbangun di kamar Ginny. Gadis berambut cokelat itu mengerjapkan matanya dan merentangkan kedua tangannya. Dia melirik Ginny yang masih tidur di kasur sebelahnya.

'Harry.' gumam Ginny dalam tidurnya membuat Hermione memutarkan bola matanya.

Ginny terlalu mencintai Harry lebih terhadap obsesi karena semua keluarga Weasley termasuk Hermione tahu, Ginny sangat tergila-gila pada Harry sedari kecil. Tapi, Hermione sangat heran. Mengapa Ginny justru memacari laki-laki lain bila ia menyukai Harry, seperti Anthony dari Ravenclaw dan Dean teman mereka dari asrama Gryffindor. Lebih mengherankan lagi sekaligus membuat Hermione tertawa, saat Ron dan Harry tertimpa masalah maka Ginny lebih mementingkan Harry daripada Ron, kakaknya sendiri.

Sudah cukup membahas Ginny, Hermione bangkit lalu berjalan keluar kamar. Ia menuruni tangga rumah dengan mata agak mengantuk.

"Oh! Hermione! Selamat pagi!" sapa Molly yang sepertinya sedang memasak, Hermione tersenyum di anak tangga terakhir untuk menyapa Molly.

"Selamat pagi, Molly!" jawab Hermione dengan senyuman manisnya.

Brukk!

Hermione merasa dirinya terhantam sesuatu yang menyebabkannya jatuh ke lantai the Burrow.

"Demi merlin, Goerge!" pekik Molly nyaring yang masih di dengar Hermione. Sepertinya ia yang menabrak Hermione dari belakang. Gadis Gryffyndor itu mengenadahkan kepalanya dan mendapati seorang laki-laki tinggi berambut merah yang memasang wajah sangat bersalah.

"Kenapa kau diam saja! Cepat bantu Hermione!" bentak Molly yang langsung dilakukan Goerge tanpa mikir dua kali.

"I'm sorry Hermione," dengan nada sangat bersalah. Hermione tersenyum maklum.

"No Problem, kau kan tidak sengaja."

"Sekarang, makanlah Hermione dear," ucap Molly dengan tatapan mata hangat.

"Terimakasih Molly." jawab Hermione.

"Oh ya, selamat kau telah menjadi ketua murid perempuan," ucapan Goerge membuat Hermione tersenyum kembali.

"Iya, terimakasih. Tapi aku belum tahu siapa pasanganku?" ucap Hermione penuh tanda tanya.

"Nanti juga kau tahu kalau sudah sampai King Cross." jawab Goerge.

.........

"Jangan-jangan, Anthony Goldstein dari Ravenclaw. Aku dengar dia sangat pintar," Ron menyalurkan pikirannya mengenai pasangan ketua murid Hermione. Sekarang mereka bertiga berjalan menuju King Cross dengan Hermione yang berada di antara Ron dan Ginnya.

"Mantan pacar Ginny itu?" tanya Hermione yang diangguki Ron, Ginny mulai jengkel dengan arah pembicaraan kedua orang yang berada di sebelah kanannya ini.

"Mcmillan dari Hufflepuff?" sekali lagi Ron menyalurkan pikirannya membuat Hermione berpikir dan Ginny memutarkan matanya bosan.

"Atau Harry?..."

"Jangan-jangan Malfoy?" celetuk Ginny membuat mereka bertiga terhenti. Hermione memelototi Ginny dan Ron yang tampak terpaku.

"Bloody hell! Malfoy!" seru Ron kaget.

"Ya Malfoy, aku dengar dari Harry bahwa Kingsley dan Professor Mcgonagall mengajukan Malfoy dan Zabini untuk ikut kembali ke Hogwarts," jelas Ginny dengan bangga, jelas karena hanya dia yang di beritahukan Harry sedangkan kedua orang di depannya ini tidak.

"Hanya satu orang yang nilainya tepat di belakang Hermione, dan kita tahu bahwa orang itu adalah Draco Malfoy." sambung Ginny sembari berjalan meninggal kedua orang yang masih terdiam itu.

Ron adalah orang yang pertama kali sadar, dia menepuk bahu Hermione sembari memberi dukungan "Semangat Hermione dan lupakan ucapan Ginny tadi." ucapnya membuat Hermione kembali tersenyum dan mulai melanjutkan perjalanan mereka.

.........

"Astaga! Di mana Harry?" Ginny memasuki King Cross sembari cemberut karena tidak mendapati sang pujaan hatinya.

"Aku justru berandai-andai ia menungguku di King Cross karena tahu ini merupakan tahun terakhir kami di Hogwarts," Hermione dan Ron memasang wajah malasnya mendengar ucapan lebay Ginny mengenai Harry.

"Sudahlah Gin. Kita harus mencari Kopartemen Ron dulu baru kita nyari Harry," sahut Hermione yang masih mencari kopartemen tersisa untuk Ron.

"Oh itu, lihat!" Hermione melihat arah tunjuk Ron yang mengarah pada kopartemen yang berisi si kembar patil, Dean dan Seamus.

"Aku di sana saja." ucap Ron yang diangguki kedua gadis itu.

"Byee!" mereka bertiga berpisah. Hermione sekarang sedang mengantar Ginny ke kopartemen khusus prefeek sebelum ia menuju kopartemen khusus ketua murid.

"Byee Hermione!" Ginny melambaikan tangan melihat Hermione pergi menuju kopartemennya.

Setelah mengantar Ginny, Hermione meneruskan perjalanannya menuju kopartemen khusus ketua murid.

Setelah beberapa menit mencari, Hermione tersenyum puas menatap kopartemen di depannya yang bertulisan (Kopartemen Ketua Murid). Dia ingin masuk, tapi terhenti ketika melihat gerombolan siswa-siswi yang menggunakan jubah hijau lumut.

"Malfoy?" ucap Hermione yang secara tidak langsung menyapa Draco yang sudah berdiri di sampingnya. Di belakang Draco, berdiri Pansy, Blaise, Theo, Astoria dan Daphne.

"Granger." sahut Draco dengan wajah datar.

"Jangan bilang kalau adalah.." tunjuknya tepat di depan hidung Draco.

"Ya, aku adalah ketua murid laki-laki." jawab Draco yang masih memandang datar Hermione.

Jika Hermione adalah orang yang setipe dengan Ron Weasley, maka ia akan mengagakan mulutnya dengan lebar karena terkejut. Tapi sayang, ia adalah Hermione Granger yang tidak ingin terlihat bodoh, apalagi di depan rivalnya ini.

"Ya sudah Drake, ini kopartemenmu dan disini sudah ada Granger. Jadi kami pergi dulu. Bye Draco!" jelas Pansy Parkinson yang mulai pergi diikuti yang lain.

"Bye Granger!" ucap Pansy dengan senyuman. Hermione pada awalnya terpaku, tapi sedetik kemudian ia tersenyum manis sembari mengangguk.

Bukan hanya Pansy Parkinson yang menyapa, tapi juga Blaise Zabini, Theodore Nott, Astoria Grengrass dan Daphne Grengrass. Hermione merasa bahwa Merlin akan bangkit karena melihat para Slytherin yang selalu menjunjung tinggi kebanggan darah mereka, kehormatan darah dan status mereka yang sangat tinggi melebihi Hermione mau menyapa Hermione yang notabenya penyihir kelahiran Muggle-born.

Ya, walaupun sekarang Hermione Granger adalah seorang pahlawan yang sangat di junjung tinggi seluruh masyarakat sihir. Serta Trio Golden Emas menjadi idola banyak anak-anak penyihir di luaran sana, tak terkecuali Hermione yang sangat di gemari kebanyakan anak perempuan.

Hermione menatap kelima slytherin pergi, sebelum menatap Draco Malfoy yang berdiri di depannya.

"Apa kau hanya berdiri di sini saja Malfoy?" tanya Hermione yang heran melihat Malfoy junior itu hanya berdiri diam sembari menatap Hermione datar.

"Aku menunggumu." jawab singkat Draco dan langsung masuk kopartemen mengabaikan wajah terkejut Hermione.

Hermione terpaku. Apa tadi Malfoy bilang? Ia tidak masuk duluan ke kopartemen karena ingin menunggu Hermione duluan? Hermione merasakan wajahnya panas, tetapi cepat ia netralkan dan masuk kopartemen.

Begitu masuk, gadis itu melihat Draco duduk di bangku sebelah kiri. Karena Hermione tidak ingin duduk di sebelah Draco, maka ia memilih duduk di sebelah kanan yang berarti ia duduk berhadapan dengan Draco. Gadis itu merasakan Malfoy junior menatapnya terus, tapi ia hiraukan dengan membuka novel kesukaannya setelah meletakkan barang-barangnya.

.
.
.
.
.

Hai reader^^

Tiap chapter ku sapa. Jadi jangan bosan ya.

Catatan :

Btw mungkin bakalan ada pertanyaan.

Kenapa author milih Ginny sama seperti cerita yang lain? Author gak ikutan cerita sebelah, tapi jujur menurut Author, Ginny itu anak yang pintar di Gryffindor.

Terus mungkin ada lagi pertanyaan.

Apa prefek Gryffindor cowok antara Harry Ron? Tapi keknya enggak deh karena Author bakalan pilih siswa Gryffindor lainnya buat jadi pasangan prefek Ginny.

Sekian penjelasannya. Jangan lupa vote dan komen.

Tag :

Author15_L Momor50 syarifa__ Annisa_Angelista cindychintya_ springinseoul aulzalia

Maaf yang kena tag.

Salam hangat dan penuh cinta❤

Tiara Feltson.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro