BAB 20

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

      Gesa benar-benar kesal, kehadirannya di rumah itu seolah tidak di anggap. Entah pikirannya yang sedang memburuk atau kenyataan yang berkata demikian, sejak mengenal wanita itu, Papanya seolah lupa pada satu hal yang amat di bencinya.

      Kekasihnya hanya masuk setengah hari karena harus mengikuti pertandingan liga persahabatan. Jadilah ia pulang menggunakan jasa ojek online. Namun, saat masuk ke rumah, wajahnya telah ditampar kepulan asap rokok yang melintas di depan wajahnya tanpa permisi.

      Ia membanting pintu masuk ke kamar.

      Percuma. Posisi kamarnya yang bersebelahan dengan ruang tamu, dengan ventilasi jendela menghadap jalanan dan ventilasi pintu tepat berada di depan pintu dapur, membawa asap-asap itu masuk ke dalam kamar Gesa. Mesin pendingin yang ada di kamarnya pun tidak mampu menghalau asap tersebut.

      Setengah berlari ia keluar dari rumah masih mengenakan seragam. Hidungnya ia tutup dengan sapu tangan yang sudah ia tetesi minyak kayu putih. Ia berniat pergi ke taman menghirup udara yang cukup segar di sana.

      Masih setengah jalan, tenggorokkan Gesa seakan ingin memuntahkan apa pun yang terasa mengganggu, tapi tidak ada satu pun yang keluar selain dari air mata, napasnya tersengal mengharuskannya duduk di pinggir jalan.

      Hatinya meronta memaki sifat baru Papanya yang lupa pada hal yang sangat dibencinya. Jantung Gesa memang sehat, tapi setiap kali menghirup asap rokok, dadanya mendadak terikat.

      “Kamu lagi sakit, ya?” Seorang gadis menegurnya. Perawakannya ramah dan periang. Gesa tidak menjawab. Gadis itu lalu menyodorkan sebuah inhaler.

      “Pakelah, napasmu akan membaik.” Mau tidak mau, meski belum pernah memakainya, Gesa akhirnya merasakan fungsi alat tersebut.

      “Aku Vero.”

      “Gesa. Makasih, napas aku udah nggak sakit lagi.” Ia mengembalikan inhaler milik gadis itu dan cukup terkejut melihat wajah gadis itu secara jelas.

      “Kamu asma?”

      Gesa menggeleng. “Aku benci asap rokok, jadi secara otomatis kalau menghirup dikit aja, bakal sesak.”

      “Berarti tadi kamu habis ngehirup asap rokok.”

      Ia mengangguk. “Di rumah.”

      “Orang rumahmu nggak tahu?”

      “Tahu. Tapi, sejak Papa kenal seorang perempuan, rumah jadi ngebul.”

»»»»»

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro