Rhea

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Waduhh. Telat gue. Bisa abis nih!!" Kataku lalu begegas turun dari kasur yang makin empuk saat pagi hari seperti hari ini

Kemudian mengambil handuk dan ngacir ke kamar mandi. Mandi air dingin di pagi hari memang menyegarkan tubuh tapi bagiku ini salah satu hal yang aku benci selain bangun pagi karena bisa langsung ampuh membuatku bersin berkepanjangan seketika. Dan bagi para cewek-cewek yang berada di kost-kosan ini, suara bersinku itu bagaikan suara lawakan yang patut untuk di bully habis-habisan dan ya, bisa di bayangkan bagaimana perasaanku. Sebal.

"Oyy mba udah selesai belom?" Terdengar suara cewek memanggil dari luar kamarku

Aku menjawabnya dengan berteriak pula "Belom dif. Tunggu di bawah aja!!" Kataku sambil memasang jepit warna biru di rambutku

Setelah selesai berbenah di kamar yang sempit dan lumayan berantakan ini. Aku langsung keluar dan menghampiri Nadifa Ranidya Syakila. Sahabatku sejak aku masih sangat-sangat junior di kota yang terkenal paling macet se-Indonesia ini. Aku akan berangkat bersamanya ke kampus, menaiki sepeda motor matic miliknya, kadang juga milikku, lebih tepatnya gantian agar bensin di sepeda motorku dan motornya tidak boros.

"Hai bro. Cepet berangkat yuk marahin dosen nanti!" Ajakku sambil naik ke sepeda motornya

Difa langsung menstater sepeda motornya dan berkata "Lama amat sih. Lagian lo kan jomblo, mau dandan buat siapa cobak?" Difa langsung memberikan pertanyaan andalannya ketika aku membuatnya menunggu

Aku menjawab sekenanya "Buat calon suami gue yang masih tersembunyi di suatu tempat" Dan setengah bergurau

Difa langsung tertawa mendengar jawaban asal-asalanku yang memang agak ngawur "Dasar edan lu. Udah ah turun sana!" Katanya sambil menyuruhku turun dari motor

"Iya iya mat. Gue lanjut ah. Assalamualaikum" Kataku kemudian berlalu meninggalkan Difa tanpa menunggu jawaban darinya. Aku segera berlari menggunakan sepatu kets warna hitam dengan garis-garis putih seperti zebra cross yang sudah sering ku ajak berpetualang kemanapun aku melangkah.

Dan ya, aku berlari sekencang mungkin agar tidak telat. Tidak peduli dengan rambut hitam pekat yang berkibar seperti bendera. Tidak peduli dengan mahasiswa-mahasiswa lain yang melihatku keheranan berlari-lari. Tidak peduli dengan siapapun yang berpapasan denganku. Dan..

Brukk..

Aku menabrak sesuatu. Bukan. Aku menabrak seseorang

"Eh mbak atau mas, terserah deh. Kalo jalan hati-hati dong. Gak liat orang buru-buru apah?!" Kataku tanpa melihat orang yang menabrakku karena sibuk mengambil buku dan lembaran-lembaran yang jatuh

Tidak ada tangan yang biasa membantu mengambilkan kertas-kertas yang berserakan. Aku malah mendapati orang itu berkata "Bukannya elo yang harusnya hati-hati ya. Lari-lari gak jelas begitu. Aneh!" Kata-kata yang sanggup membuatku naik darah

Tanpa menunggu apapun aku langsung memarahinya "Heh anda itu harusnya mikir. Sudah tau saya lari malah di tabrak. Gimana sih?!!" Aku memarahinya. Berharap dia kalah telak dengan apa yang aku katakan barusan

Oke. Dia diam. Dan aku sudah tidak sabar dengan responnya. "Halo. Udah sadar belom kalo punya salah?" Tanyaku sambil mengarahkan tanganku ke depan wajahnya serta menggerakannya

"Oke. Gue minta maaf" Katanya sambil menyodorkan tangannya. Ini yang aku harapkan, akhirnya dia ngaku kalau salah

Aku tersenyum "Nah gitu dong. Gue terima permintaan maafnya" kataku. "Hadee, udah telat nih gue" Lanjutku sambil melihat jam tangan putih yang melingkar di tangan kiriku

Tidak enak saling diam seperti ini, aku mencoba untuk mencari topik "Gue mau ke kantin ahh" Kataku. Berharap cowok di depanku ini mau ikutan

"Oke" Ujarnya singkat kemudian berlalu meninggalkanku. Tidak mau merasa sendirian. Aku ngacir ke kantin dan segera memesan makanan favoritku siomay

Siomaynya datang dan aku langsung melahapnya. Rasanya benar-benar enak. Tepat untuk menjadi pelega kekesalanku oleh cowok gak jelas yang barusan ku temui. Setelah selesai makan rencananya aku akan ke perpustakaan untuk sekedar membaca buku-buku tentang ilmu komputer yang sedang kudalami dan merasakan sejuknya AC disana. Namanya saja Jakarta, rasanya susah sekali mencari angin sejuk, dimana-mana hanya ada asap dan debu.

Skip

Sesampainya di perpustakaan yang sejuk ini. Aku langsung menghampiri rak yang kertasnya bertuliskan "Komputer". Mengambil salah satu buku yang cocok dan duduk di tempat yang sudah di sediakan.

"Hoamm.." Aku mulai mengantuk dan menggaruk-garuk rambut yang sebenarnya tidak gatal. Rasanya ada yang aneh. Tapi apa?

Setelah ku ingat-ingat ternyata benar ada. Ada yang hilang. Jepit. Jepit cantik berwarna biru cerah hadiah dari Nadifa untukku saat ulang tahunku yang ke-19.

"Aduhh, gimana nih. Marahin Nadifa gue" Kataku sambil celingukan ke bawah

Hasilnya nihil. Aku mencoba untuk keluar dari perpustakaan dan menyusuri jalan yang sempat aku lewati tadi. Tapi lagi-lagi nihil.

"Kok gak ada sihh??" Aku menggerutu di tengah jalan sendiri. "Siap-siap di marahin difa nih gue!" Ujarku masih menunduk berharap ada sebuah jepit biru yang sangat ku kenali sejak tahun lalu itu

Nyatanya tidak ada. Aku sudah bolak-balik menyusuri jalan ku lewati tadi dan nihil. Aku menyesal bertabrakan dengan cowok tadi. Cowok misterius yang bahkan aku tidak tau namanya. Pasti jepitku ada di tangannya. Tapi bagaimana caraku menemukannya?
Namanya saja tidak tau. Apalagi jurusannya di Universitas ini. Aku pasrah jika Difa memarahiku nanti.

---------------------------
Hai hai.. 👋👋
New story nihh
Tapi gaya penulisannya beda sama yg sbelumnya 😊😊
Gimana?
Pasti banyak kurangnya yakann 😁
Nahh, brhubung banyak kekurangan, reader comment yaa 😉
Nanti saya bkalan blajar dari ksalahan2 tadi 😊
Ok 👌
Jangan lupa vote dan comment yakk 😃
Hargai imajinasi Author 😃😃
Semoga suka 😃😃😃

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro